Sakit kepala memang bukan hal baru dan merupakan salah satu jenis penyakit yang tergolong universal: tak kenal usia, gak perduli jenis kelamin, asal-usul, golongan darah, serta atribut-atribut sosial lainya. Dimana Bismillahirrahmaanirrahiim jenis penyakit ini pun datangnya sering tak terduga, tanpa tanda-tanda serta tanpa kabar-kabari sebelumnya. Tak kenal kompromi juga manakala saya sedang suka citanya menjalankan ibadah puasa di Ramadhan ini. Seperti yang saya alami pada minggu pertama bulan Ramadhan ini.
Saat itu usai Sholat Dhuhur dan ketika menapaki anak tangga menuju ke ruangan Laboratorium yang berada di lantai dua, tiba-tiba saja rasa pusing dan pening menyergap. Diagnosa spontan langsung muncul: Sakit kepala!
“ Kenapa Mbak? Kayak letoy gitu ?” tanya Tita, teman kerja yang melihat ekspresi wajah saya yang mringis-mringis menahan rasa sakit kepala.
“ Tau nih, tiba-tiba sakit kepala “
“ Waktu sahur tadi gak minum kopi kan?” Tita memang paham jika saya suka minum meski gak sampai coffeeholic.
“ Ya enggak, kan sudah paham kalau sahur WAJIB menghindari minuman yang berkafein”
“ Kalau gitu, pasti gak sahur ya..?”
“ Hehehee...” saya hanya tertawa, lha memang tebakan Tita tidak meleset jauh. Saat sahur, memang kurang selera makan. Seringnya minum air putih dan segelas susu.
“ Itu salah satu akibatnya jika asal-asalan saat sahur..” sindir Tita. “ Lha makan buka saja, mana cukup untuk coverage kebutuhan energy full day berikutnya Mbakyu…”
Teman saya itu memang berbackground kuliah Jurusan Biologi plus bersuami orang yang berprofesi sebagai paramedis, siiplah ada first opinion gratis bagi saya dan teman-teman saat mengalami gangguan kesehatan. Seperti siang itu, saat tiba-tiba saya di serang sakit kepala.
“ Ya udah, buka puasa lebih dulu saja terus minum obat..” saran Tita lebih lanjut.
Sekilas saya melihat jam, rasanya kok sayang jika mbatalin puasa sementara bedug maghrib kurang +3 jam lagi. Kenikmatan tinggal di Ujung Timur Pulau Jawa sehingga waktu berbuka puasa lebih cepat dari wilayah Jawa lainnya.
“ InsyaAllah…masih bisa bertahan kok. Nanti begitu buka puasa langsung minum Bodrex”.
“ Wah iya, kan ada bodrex ya…hehehe..jadi ingat semasa kecil dulu aku suka bersandiwara sakit kepala biar dibelikan bodrexin sama ibuk”.
Saat itu usai Sholat Dhuhur dan ketika menapaki anak tangga menuju ke ruangan Laboratorium yang berada di lantai dua, tiba-tiba saja rasa pusing dan pening menyergap. Diagnosa spontan langsung muncul: Sakit kepala!
“ Kenapa Mbak? Kayak letoy gitu ?” tanya Tita, teman kerja yang melihat ekspresi wajah saya yang mringis-mringis menahan rasa sakit kepala.
“ Tau nih, tiba-tiba sakit kepala “
“ Waktu sahur tadi gak minum kopi kan?” Tita memang paham jika saya suka minum meski gak sampai coffeeholic.
“ Ya enggak, kan sudah paham kalau sahur WAJIB menghindari minuman yang berkafein”
“ Kalau gitu, pasti gak sahur ya..?”
“ Hehehee...” saya hanya tertawa, lha memang tebakan Tita tidak meleset jauh. Saat sahur, memang kurang selera makan. Seringnya minum air putih dan segelas susu.
“ Itu salah satu akibatnya jika asal-asalan saat sahur..” sindir Tita. “ Lha makan buka saja, mana cukup untuk coverage kebutuhan energy full day berikutnya Mbakyu…”
Teman saya itu memang berbackground kuliah Jurusan Biologi plus bersuami orang yang berprofesi sebagai paramedis, siiplah ada first opinion gratis bagi saya dan teman-teman saat mengalami gangguan kesehatan. Seperti siang itu, saat tiba-tiba saya di serang sakit kepala.
“ Ya udah, buka puasa lebih dulu saja terus minum obat..” saran Tita lebih lanjut.
Sekilas saya melihat jam, rasanya kok sayang jika mbatalin puasa sementara bedug maghrib kurang +3 jam lagi. Kenikmatan tinggal di Ujung Timur Pulau Jawa sehingga waktu berbuka puasa lebih cepat dari wilayah Jawa lainnya.
“ InsyaAllah…masih bisa bertahan kok. Nanti begitu buka puasa langsung minum Bodrex”.
“ Wah iya, kan ada bodrex ya…hehehe..jadi ingat semasa kecil dulu aku suka bersandiwara sakit kepala biar dibelikan bodrexin sama ibuk”.
Senada seirama dengan pernyataan teman saya tersebut, di keluarga saya pun sudah mengenal Bodrex sebagai obat sakit kepala sejak masih kecil. Maka jika ditanya sejak kapan kenal dengan Bodrex? Ya tentunya sejak saya masih kanak-kanak karena itu jika orang tua atau kakak-kakak saya [orang dewasa] yang sakit kepala, minumnya juga si tablet warna merah putih itu. Alhasil record Bodrex pun sudah menorehkan sejarahnya sebagai obat sakit kepala yang Tepat dan Cepat Redakan Sakit Kepala.
Saya masih ingat banget, pokoknya kalau sakit kepala dan atau pilek, Ibu saya langsung beli Bodrexin tablet. Jika cacingan, Ibu saya harus pakai ajian bidadari lemah lembut hingga jurus dewa mabuk untuk membuat anak-anaknya mau minum obat cacing. Tapi untuk minum Bodrexin, tanpa disuruh dua kali, kami pun dengan suka cita mengunyah tablet Bodrexin dan esoknya sudah kembali masuk sekolah dengan ceria lagi. Di jaman itu akses dan sarana kesehatan sangat belum “ramah” seperti sekarang. Hadirnya PT. Tempo Scan Pacific yang menawarkan Bodrex dengan harga yang merakyat dan berkhasiat mujarab, tentu membuat Bodrexin dan bodrex dengan sangat mudah diterima oleh masyarakat.
Apalagi sistem penjualannya yang secara eceran, yaitu bisa dibeli sesuai kebutuhan dimana konsumen tidak perlu membeli obat dalam jumlah banyak sekaligus. Kalau dengan minum sebutir Bodrex sudah bisa meredakan sakit kepala, sehingga biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan obat tersebut dapat dikurangi. Saat ini pun harga Bodrex terbilang cukup murah, harga 1 blister yang terdiri dari 10 tablet sekitar 2.900,- Rupiah. Dengan demikian kesempatan Bodrex untuk bersaing dengan produk lain yang sejenis cukup besar.
Perbincangan mengenang masa kanak-kanak bersama Bodrexin di sela-sela kerja pun berlanjut, lumayan cukup mengalihkan rasa sakit kepala saya hingga pekerjaan selesai. Kok ya kebetulan pas hari itu ada acara buka puasa bersama, jadi pulang dari kantor pun tidak bisa tepat waktu. Rasanya belum lama istirahat sepulang kerja sudah terdengar Adzan Maghrib berkumandang, jadi segera saya minum segelas air putih dan minum sebutir Bodrex. Lima menit...sepuluh menit...saya seperti anak kecil yang menghitung detik-detik menunggu buka puasa, hanya bedanya saya menunggu sakit kepala segera reda. Meski saya sudah menyampaikan untuk absen dari acara bukber jika kondisi belum membaik, tapi sejujurnya saya masih tetap bertekad ingin bisa ikut bukber. Bukan apa-apa, karena bukber bareng teman kerja di Banyuwangi tahun ini InsyaAllah akan jadi moment buka bersama yang terakhir karena kemungkinan besar Ramadhan tahun depan saya sudah pindah domisili di Yogyakarta.
Dan Alhamdulillah, doa dan harapan saya dikabulkan. Sekira lima belas menit berlalu setelah minum bodrex, sakit kepala saya pun mereda. Saya segera bergegas untuk sholat Maghrib dan meluncur ke tempat bukber.
“ Lhoh Mbak, sakit kepalanya sudah sembuh ta?” kali ini si Dian yang kali pertama menyambut saya dengan pertanyaan bernada keheranan.
“ Alhamdulillah, ini buktinya aku sampai disini dengan sumringah kan?”
“ Kok cepet, minum obat apa?”
“ Ya biasa, minum Bodrex tadi pas buka puasa..”
“ Syukurlah, soale bukber gak lengkap kalau dirimu gak datang Jeng...hehehehee..”
Saya masih ingat banget, pokoknya kalau sakit kepala dan atau pilek, Ibu saya langsung beli Bodrexin tablet. Jika cacingan, Ibu saya harus pakai ajian bidadari lemah lembut hingga jurus dewa mabuk untuk membuat anak-anaknya mau minum obat cacing. Tapi untuk minum Bodrexin, tanpa disuruh dua kali, kami pun dengan suka cita mengunyah tablet Bodrexin dan esoknya sudah kembali masuk sekolah dengan ceria lagi. Di jaman itu akses dan sarana kesehatan sangat belum “ramah” seperti sekarang. Hadirnya PT. Tempo Scan Pacific yang menawarkan Bodrex dengan harga yang merakyat dan berkhasiat mujarab, tentu membuat Bodrexin dan bodrex dengan sangat mudah diterima oleh masyarakat.
Apalagi sistem penjualannya yang secara eceran, yaitu bisa dibeli sesuai kebutuhan dimana konsumen tidak perlu membeli obat dalam jumlah banyak sekaligus. Kalau dengan minum sebutir Bodrex sudah bisa meredakan sakit kepala, sehingga biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan obat tersebut dapat dikurangi. Saat ini pun harga Bodrex terbilang cukup murah, harga 1 blister yang terdiri dari 10 tablet sekitar 2.900,- Rupiah. Dengan demikian kesempatan Bodrex untuk bersaing dengan produk lain yang sejenis cukup besar.
Perbincangan mengenang masa kanak-kanak bersama Bodrexin di sela-sela kerja pun berlanjut, lumayan cukup mengalihkan rasa sakit kepala saya hingga pekerjaan selesai. Kok ya kebetulan pas hari itu ada acara buka puasa bersama, jadi pulang dari kantor pun tidak bisa tepat waktu. Rasanya belum lama istirahat sepulang kerja sudah terdengar Adzan Maghrib berkumandang, jadi segera saya minum segelas air putih dan minum sebutir Bodrex. Lima menit...sepuluh menit...saya seperti anak kecil yang menghitung detik-detik menunggu buka puasa, hanya bedanya saya menunggu sakit kepala segera reda. Meski saya sudah menyampaikan untuk absen dari acara bukber jika kondisi belum membaik, tapi sejujurnya saya masih tetap bertekad ingin bisa ikut bukber. Bukan apa-apa, karena bukber bareng teman kerja di Banyuwangi tahun ini InsyaAllah akan jadi moment buka bersama yang terakhir karena kemungkinan besar Ramadhan tahun depan saya sudah pindah domisili di Yogyakarta.
Dan Alhamdulillah, doa dan harapan saya dikabulkan. Sekira lima belas menit berlalu setelah minum bodrex, sakit kepala saya pun mereda. Saya segera bergegas untuk sholat Maghrib dan meluncur ke tempat bukber.
“ Lhoh Mbak, sakit kepalanya sudah sembuh ta?” kali ini si Dian yang kali pertama menyambut saya dengan pertanyaan bernada keheranan.
“ Alhamdulillah, ini buktinya aku sampai disini dengan sumringah kan?”
“ Kok cepet, minum obat apa?”
“ Ya biasa, minum Bodrex tadi pas buka puasa..”
“ Syukurlah, soale bukber gak lengkap kalau dirimu gak datang Jeng...hehehehee..”
Sepenggal cerita pengalaman sakit kepala di Bulan Ramadhan ini penyebabnya memang karena kesembronoan saya juga. Sahur memang tidak diwajibkan tapi sunnah dilakukan karena di dalamnya terdapat berkah dan pahala yang memperkuat puasa. Sebenarnya untuk memenuhi standar menu makanan sahur ya tidak sulit agar stamina tubuh terjaga sepanjang hari saat berpuasa. Sebenarnya kegiatan sahur pada dini hari kan bisa saya nikmati karena bukan makanan yang susah didapatkan tapi saya saja yang ‘merasa kepagian’ karena waktu sahur yang dini hari sehingga tak jarang makan sahur dengan waktu yang mepet, hasilnya ya sekedar mendapatkan sunnah bersahur. Padahal kan harusnya saya tetap berpedoman pada nasehat ahli gizi yaitu untuk menyantap menu makanan yang memiliki kriteria antara lain:
- Berkarbohidrat kompleks yang tak mudah membuat lapar, karena karbohidrat adalah sumber energi untuk tubuh dan otak melakukan aktivitas fisik maupun mental. Sehingga tidak heran jika kekurangan karbohidrat akan menyebabkan tubuh mudah lelah, tidak bersemangat, lesu dan akibatnya mengundang sakit kepala [seperti yang saya alami itu].
- Makanan yang berkuah, karena cairan sangat dibutuhkan oleh tubuh dan itu tidak bisa didapatkan selama menjalankan puasa. Oleh karena itu kebutuhan tersebut harus dipenuhi saat bersantap sahur: sayur berkuah, air mineral dan buah-buahan sebagai sumber cairan bagi tubuh. Tidak lupa untuk minum air putih minimal: 1 gelas penuh saat bangun tidur, 1 gelas setelah sahur dan 1 gelas menjelang imsak.
- Makan Kurma juga pilihan jitu bagi pencernaan dan stamina saat puasa karena kurma mengandung banyak manfaat dan zat gulanya bisa mengembalikan tubuh yang tidak mendapat asupan makanan apapun saat berpuasa kembali bugar. Makan Kurma kurma saat sahur juga dianjurkan juga [seperti halnya ketika buka puasa] karena kandungan buah kurma yang berserat tinggi berperan penting untuk menjaga kesehatan pencernaan serta gerakan lambung dan usus.
- Secara historical Bodrex sudah memberikan unjuk kerja comprehensive dalam meredakan sakit kepala yang sudah saya ketahui sejak masih anak-anak [sebagai konsumen bodrexin kemudian berganti pada tablet Bodrex saat memasuki usia remaja/dewasa].
- Bodrex yang tiap tablet lapis dua mengandung Parasetamol dan Kofein yang bekerja sebagai analgesik dan antipiretik yang berdaya guna dalam meredakan sakit kepala secara cepat, yaitu bisa langsung diminum secara dan tidak menimbulkan kantuk sehingga tidak mengganggu aktifitas.
- Bodrex sebagai suatu produk obat sakit kepala yang berkualitas yang bisa berkolabarasi dengan kondisi maag saya, dapat dengan mudah dijumpai baik di supermarket maupun warung-warung kecil dengan harga yang sesuai mulai dari masyarakat kelas atas hingga kelas bawah.
Dan semenjak berlabel jadi anak rantau [walaupun tidak sampai keluar dari Pulau Jawa], untuk menjaga kesehatan, saya berpedoman “sedia payung sebelum hujan”, yaitu siap sedia dompet P3GK ~ Pertolongan Pertama Pada Gangguan Kesehatan ~ yang isinya multivitamin dan obat-obatan untuk: maag, diare, dan sakit kepala. Kata Ibu saya "tidak ada orang yang berharap untuk sakit, namun juga tak ada orang yang bisa menghindar jika tiba-tiba terserang sakit". Maka dalam kondisi apapun saya harus siap sedia obatan kan? Ya minimal obat untuk sakit kepala, diare dan maag. Lha daripada mendadak sakit dan tidak persediaan obat sama sekali? Kan jauh lebih baik jika sesegera mungkin mendapatkan pertolongan pertama sehingga sakitnya tidak menjadi lebih parah.
Berdasarkan pengalaman saya dalam mengkonsumsi Bodrex saat sedang sakit kepala, minum 1-2 tablet bodrex sudah bisa mengatasi sakit kepala. Kecuali jika sakit kepala yang terjadi sebagai indikasi penyakit yang lain, misalnya: penyakit thypus, Demam Berdarah, dll. Oleh karena itu, sangat perlu untuk memperhatikan dosis minum bodrex [obat lainnya] sesuai yang dianjurkan, yaitu:
- Dewasa dan anak diatas usia 12 tahun = 1 tablet, 3-4 kali sehari
- Anak-anak usia 6 – 12 tahun = ½ s/d 1 tablet, 3-4 kali sehari.
- Atau ikuti petunjuk dokter
Nah, jika sakit kepalanya karena kenaikan harga sembako akibat perubahan harga BBM dan jelang Hari Raya Idhul Fitri, saya dengan mantap hanya bisa menyarankan: Belanjalah sesuai kebutuhan, tetap sisakan THR yang diterima karena setelah Hari Raya masih banyak keperluan penting lainnya lho?
References:
1. Brosur Bodrex
2. Vemale.com