“Kalau tukang reparasi sepatu ada yang buka tempat praktek seperti tambal ban, penjahit baju, atau kayak service barang eletronik, bisa lebih enak ya. Sewaktu-waktu kita perlu memperbaiki sepatu, tinggal njujug ke tempatnya “, demikian rasan-rasan saya sama suami sekitar dua bulan lalu.
Bismillahirrahmaanirahim, semenjak tinggal di Yogya, yang saya tahu tukang sol sepatu biasanya keliling. Sehingga sering tidak klik, saat dibutuhkan belum tentu ada tukang reparasi sepatu yang lewat. Atau mungkin terjadi missed, saat ada yang lewat di sekitar rumah pas kami sedang tak ada di rumah. Terasa banget betapa pentingnya kehadiran tukang reparasi sepatu, secara beberapa sepatu yang belum lama dipakai tapi bagian bawahnya sudah menganga seperti mulut kodok. Kalau semakin lama dibiarkan, ya gak sampai sebulan kemudian bisa wassalam itu sepatunya. Seringnya sepatu anak kami, karena mungkin sering kena air (hujan) dan dipakai secara all session saat di sekolah sehingga umur pakainya belum terlalu lama sudah perlu di service. Langkah aman, memang mestinya saat masih baru beli sekalian di sol atau dijahit, jadi bisa lebih kuat dan tahan gempur pisan euy.
Ada yang serius mengamati cara memperbaiki Tas |
Tak hanya sepatu, akhirnya merembet ke dua sandal Azka juga sekalian di permak biar kuat. Dari obrolan yang mengalir, ternyata si bapak tersebut juga bisa memperbaiki tas. Ya sudah, mumpung ada ahlinya, kebetulan ada tas ransel sekolah Azka belum lama ini putus salah satu handle-nya. Eh, masih nambah lagi dengan tas saya pula.
“ Tidak ada pekerjaan yang berat ketika dilakukan dengan senang hati dan untuk orang – orang yang kita cintai”, demikian kalimat sarat makna yang mengalir lancar dari pembicaraan saya dengan Pak Dahwan, tukang sol sepatu yang sore itu khusyu menjahit sepatu dan memperbaiki tas di rumah. Konon, dari cerita Pak Dahwan, profesi sebagai tukang service sepatu sudah ditekuninya sekitar 3 tahun ini. Dengan bermodalkan sekotak perangkat sederhana, beliau berkeliling dari dusun ke dusun dengan menaiki sepeda pancalnya.
“ Aslinya saya berasal dari Temanggung. Sengaja hijrah ke Yogya karena merasa lebih nyaman di sini, juga sekolahnya lebih maju. Jadi sejak dua tahun lalu saya memboyong istri dan kedua anak kami ke sini. Jadi kalau sewaktu-waktu butuh nge-sol sepatu atau memperbaiki tas, bisa kok di antar ke tempat kontrakan saya di Jaban “.
Demikian, panjang lebar obrolan kami yang diselingi beberapa pertanyaan Azka sambil memperhatikan Pak Dahwan dengan tangan cekatannya, bisa menyelesaikan sepasang sepatu, dua pasang sandal dan dua buah tas. Untuk semua jerih payahnya tersebut membutuhkan waktu hampir 2 jam dan tarif yang beliau sebutkan cukup Rp. 62.000,-. Dengan senyum puas, beliau pamit dan masih sempat berujar “ Pekerjaan itu biasanya mengikuti kebutuhan kok Mbak…” seolah beliau ingin menyampaikan bahwa semakin besar penghasilan yang kita peroleh, maka semakin besar pula kebutuhan yang harus dibiayai.
“ Bund, bayarnya hanya enam puluh dua ribu ya? Baik sekali ya bapaknya tadi..?” demikian komentar Azka sepeninggal Pak Dahwan yang mengayuh sepedanya menerobos rintik gerimis yang mulai menyulami udara.
“ Kalau kita mereparasikan sepatu, tas dan sandal….manfaatnya dobel-dobel ya Bund. Kita bisa hemat banyak, terus bapaknya juga dapat penghasilan. Iya Kan..?” Penalaran khas anak-anak ala Azka, tapi cukup kritis juga. Dengan biaya yang sangat terjangkau, kami bisa berhemat cukup banyak. Profesi seperti Pak Dahwan adalah salah satu bentuk Mass Market yang sangat kami butuhkan, tak kalah pentingnya saat kami butuh menambal ban sepeda, menjahitkan baju, pesan kue dan makanan saat ada acara kantor maupun di rumah.
Iyah, berbagai unjuk kerja yang dilakukan dan ditekuni oleh pelaku usaha yang secara klasifikasi dalam skala Usaha Mikro, Kecil dan menengah, tak bisa dipungkiri telah banyak membrikan kontribusi yang significant dalam kehidupan saya, kita dan semua lapisan masyarakat. Mereka, yang kita kenal dengan sebutan kelompok pengusaha UMKM juga telah berperan aktif dalam memberdayakan masyarakat pra sejahtera. Fakta membuktikan bahwa UMKM adalah jenis usaha yang tahan banting dan mampu menyerap tenaga kerja sangat banyak. UMKM juga berperan nyata dalam mengoptimalkan sumber daya lokal hingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Singkong mentah yang per kilogram harganya “hanya” Rp.3000 – Rp.4000, tapi menjadi berlipat saat diolah menjadi aneka kue basah maupun kering. Buah salak yang harganya dibawah Rp. 5000 saat panen raya, bisa dinaikkan nilai ekonomis juga umur simpannya saat direkayasa menjadi minuman sari salak, keripik salak, dodol salak dsb.
Pelaku UMKM tak hanya memberdayakan SDM dan meningkatkan nilai ekonomis sumber alam lokal, tapi juga memiliki peran dalam mengurangi pencemaran lingkungan. Sebut saja bagaimana produk craft dan aneka aksesoris yang menggunakan bahan baku dari “sampah” plastik menjadi produk-produk baru yang memiliki nilai manfaat. Juga limbah ampas tahu yang dioleh menjadi Nata De Soya, biji dan kulit salak yang dioptimalkan sebagai minuman yang memiliki khasiat kesehatan.
Orang-orang seperti Pak Dahwan dan pelaku UMKM umumnya, dengan segenap daya upaya dan sarana pendukung yang seadanya (minimal) mereka berjibaku menghasilkan barang dan jasa secara maksimal.
Tentu kita sangat berterima kasih dan ungkapan terima kasih yang kita sampaikan akan lebih berdaya guna manakala kita wujudkan dengan aksi nyata, salah satunya Dengan menabung di BTPN Sinaya.
Seperti kita ketahui bahwa BTPN merupakan lembaga perbankan yang fokus untuk melayani dan memberdayakan segmen mass market, yang terdiri dari para pensiunan, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta komunitas prasejahtera produktif. Selain itu, BTPN juga memiliki anak usaha (BTPN Syariah) yang fokus melayani nasabah dari komunitas prasejahtera produktif. melalui program Daya, yaitu program pemberdayaan mass market yang terukur dan berkelanjutan, sehingga memiliki kesempatan tumbuh dan mendapatkan peluang usaha untuk hidup yang lebih baik.
Semakin banyak anggota masyarakat yang terlibat langsung dalam memberdayakan nasabah merupakan kunci menuju pertumbuhan kinerja bisnis yang prima dan berkelanjutan. Beberapa kali saya terlibat dalam pelatihan dan bimbingan teknis untuk pemberdayaan masyarakat pra sejahtera, yang diharapkan bisa melahirkan wirausaha baru yang mandiri dan sejahtera.
Mereka punya semangat, kemauan, sudah memiliki ketrampilan, fasilitasi pemasaran juga tersedia seperti pameran dan fasilitas show room Dinas Perindagkop yang disediakan secara gratis bagi UMKM. Tapi pada kelanjutannya, hasil monitoring dan evaluasi pasca pelatihan, kendala yang rata-rata dihadapi oleh para peserta pelatihan adalah permodalan.
Saya, Anda dan siapa saja bisa turut serta memberdayakan jutaan mass market di Indonesia bersama BTPN Sinaya. Secara ringkas, bisa dikatakan bahwa:
Yang Pertama: Mari kita buka web http://menabunguntukmemberdayakan.com/ kemudian silahkan meng-KLIK “MULAI SIMULASI”.
Karena saya memilih Simulasi Manual, maka isian yang harus saya lengkapi adalah memasukkan Nama, email dan pilihan jenis usaha yang akan di simulasikan. Untuk jenis usaha, saya sengaja pilih Culinery karena saya cukup sering menerima curhatan pelaku UMKM yang butuh informasi untuk bisa mengakses pinjaman modal dengan bunga kompetitif. Setelah semua data diisikan, tinggal klik “MULAI LOGIN”.
Kita harus mengisikan berapa dana yang akan tabung per bulan, tersedia pilihan nominal Rp. 500.000,- sampai dengan Rp. 5.000.000,- dan saya pilih nominal Rp. 1.000.000,-. Sedangkan untuk jangka waktu menabung, bisa mulai dari 6 bulan hingga 10 tahun dan saya pilih 5 tahun.
Setelah selesai, kita bisa langsung Klik pada “LIHAT HASIL SIMULASI” yang memberikan hasil sebesar Rp. 68.354.259,- dengan setoran dana sebesar Rp. 1.000.000,- per bulan selama 5 tahun. Dengan penghimpunan sebesar itu, saya memiliki kesempatan untuk menjadi bagian dalam misi memberdayakan dan mengubah hidup jutaan Mass market di Indonesia, salah satunya adalah Ibu Sri Ningsih Sulistyowati, pembuat roti manis dan keripik di Sleman, Yogyakarta. Manfaat langsung yang saya terima tentu saja akumulasi tabungan yang nilainya cukup kompetitif dengan deposito.
But, hal ironis yang tidak mustahil akan terjadi adalah semua gambaran menakjubkan hanya akan sebatas data, angka dan cerita atau bahkan jadi dongeng yang tak indah bagi generasi yang akan lahir dua atau tiga dasawarsa lagi. Anda tahu Kenapa?
Karena yang namanya pelaku usaha mikro, industri kecil dan industri rumah tangga memiliki permasalahan yang sama, yaitu MODAL. Pelaku usaha yang dikategorikan sebagai UMKM, salah satunya didasarkan terhadap modal (terbatas). Sekian kali saya ikut mendampingi aneka jenis pelatihan pemberdayaan bagi warga pra sejahtera, baik pelatihan pangan olahan, kerajinan, batik, souvenir dan pelatihan lainnya, saat dilakukan evaluasi paska pelatihan, mayoritas peserta pelatihan menyampaikan uneg-unegnya yang masih dirasakan sangat menghambat untuk berproduksi, yaitu terkait PERMODALAN. Tanpa adanya modal, bagaimana mereka bisa mengadakan material untuk produksi, dari mana bisa menyediakan sarana prasarana pembuatan produk, untuk peningkatan kualitas produk yang standar dengan kemasan yang baik serta memiliki jaminan keamanan pangan (PIRT dan sertifikat Halal), dan lain sebagainya.
Usaha, bisnis atau industri yang dikelola dengan sarana dan prasarana yang bisa dibilang minimal. Tempat usaha yang masih jauh dari kategori standar, kualitas produk, pemasaran, daya saing SDM yang masih rendah, dan permasalahan lainnya yang komplek. Apalagi jika dihadapkan dengan tuntutan konsumen akan produk yang berkualitas, aman dan memiliki standar yang terukur dan terjamin serta persaingan MEA yang sudah bukan isu, tapi tantangan di depan mata. Jadi, untuk bisa survive, berkembang dan existing, kebutuhan akan modal merupakan harga mati.
Keterbatasan Modal, tak bisa dielakkan jika akan menimbulkan dampak berantai seperti:
Nah, tunggu apalagi...
“ Aslinya saya berasal dari Temanggung. Sengaja hijrah ke Yogya karena merasa lebih nyaman di sini, juga sekolahnya lebih maju. Jadi sejak dua tahun lalu saya memboyong istri dan kedua anak kami ke sini. Jadi kalau sewaktu-waktu butuh nge-sol sepatu atau memperbaiki tas, bisa kok di antar ke tempat kontrakan saya di Jaban “.
Demikian, panjang lebar obrolan kami yang diselingi beberapa pertanyaan Azka sambil memperhatikan Pak Dahwan dengan tangan cekatannya, bisa menyelesaikan sepasang sepatu, dua pasang sandal dan dua buah tas. Untuk semua jerih payahnya tersebut membutuhkan waktu hampir 2 jam dan tarif yang beliau sebutkan cukup Rp. 62.000,-. Dengan senyum puas, beliau pamit dan masih sempat berujar “ Pekerjaan itu biasanya mengikuti kebutuhan kok Mbak…” seolah beliau ingin menyampaikan bahwa semakin besar penghasilan yang kita peroleh, maka semakin besar pula kebutuhan yang harus dibiayai.
“ Bund, bayarnya hanya enam puluh dua ribu ya? Baik sekali ya bapaknya tadi..?” demikian komentar Azka sepeninggal Pak Dahwan yang mengayuh sepedanya menerobos rintik gerimis yang mulai menyulami udara.
“ Kalau kita mereparasikan sepatu, tas dan sandal….manfaatnya dobel-dobel ya Bund. Kita bisa hemat banyak, terus bapaknya juga dapat penghasilan. Iya Kan..?” Penalaran khas anak-anak ala Azka, tapi cukup kritis juga. Dengan biaya yang sangat terjangkau, kami bisa berhemat cukup banyak. Profesi seperti Pak Dahwan adalah salah satu bentuk Mass Market yang sangat kami butuhkan, tak kalah pentingnya saat kami butuh menambal ban sepeda, menjahitkan baju, pesan kue dan makanan saat ada acara kantor maupun di rumah.
Kegiatan Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Pra Sejahtera di Sleman |
Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Pra Sejahtera |
Orang-orang seperti Pak Dahwan dan pelaku UMKM umumnya, dengan segenap daya upaya dan sarana pendukung yang seadanya (minimal) mereka berjibaku menghasilkan barang dan jasa secara maksimal.
Tentu kita sangat berterima kasih dan ungkapan terima kasih yang kita sampaikan akan lebih berdaya guna manakala kita wujudkan dengan aksi nyata, salah satunya Dengan menabung di BTPN Sinaya.
Seperti kita ketahui bahwa BTPN merupakan lembaga perbankan yang fokus untuk melayani dan memberdayakan segmen mass market, yang terdiri dari para pensiunan, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta komunitas prasejahtera produktif. Selain itu, BTPN juga memiliki anak usaha (BTPN Syariah) yang fokus melayani nasabah dari komunitas prasejahtera produktif. melalui program Daya, yaitu program pemberdayaan mass market yang terukur dan berkelanjutan, sehingga memiliki kesempatan tumbuh dan mendapatkan peluang usaha untuk hidup yang lebih baik.
Semakin banyak anggota masyarakat yang terlibat langsung dalam memberdayakan nasabah merupakan kunci menuju pertumbuhan kinerja bisnis yang prima dan berkelanjutan. Beberapa kali saya terlibat dalam pelatihan dan bimbingan teknis untuk pemberdayaan masyarakat pra sejahtera, yang diharapkan bisa melahirkan wirausaha baru yang mandiri dan sejahtera.
Mereka punya semangat, kemauan, sudah memiliki ketrampilan, fasilitasi pemasaran juga tersedia seperti pameran dan fasilitas show room Dinas Perindagkop yang disediakan secara gratis bagi UMKM. Tapi pada kelanjutannya, hasil monitoring dan evaluasi pasca pelatihan, kendala yang rata-rata dihadapi oleh para peserta pelatihan adalah permodalan.
Saya, Anda dan siapa saja bisa turut serta memberdayakan jutaan mass market di Indonesia bersama BTPN Sinaya. Secara ringkas, bisa dikatakan bahwa:
Menabung untuk memberdayakan orang banyak, dan kita tetap mendapatkan manfaat yang maksimal dari dana yang kita tabungkan. Dengan memilih untuk bergabung dengan BTPN Sinaya merupakan langkah yang tepat guna, tepat sasaran dan memberikan nilai daya yang multi guna. Bukankah, sebaik-baik orang adalah yang berguna bagi orang lain dan lingkungannya?
Tertarik untuk segera bergabung dengan BTPN Sinaya kan? Berikut simulasi yang telah saya lakukan dan semoga bisa memantapkan niat kita untuk disiplin menabung sekaligus memberdayakan orang lain.Yang Pertama: Mari kita buka web http://menabunguntukmemberdayakan.com/ kemudian silahkan meng-KLIK “MULAI SIMULASI”.
Silahkan Klik: MULAI SIMULASI |
Silahkan connect melalui akun Facebook atau Manual Simulasi. |
Kita harus mengisikan berapa dana yang akan tabung per bulan, tersedia pilihan nominal Rp. 500.000,- sampai dengan Rp. 5.000.000,- dan saya pilih nominal Rp. 1.000.000,-. Sedangkan untuk jangka waktu menabung, bisa mulai dari 6 bulan hingga 10 tahun dan saya pilih 5 tahun.
Langsung Klik pada “LIHAT HASIL SIMULASI”, yang akan memberikan hasil seperti dibawah: |
Setelah selesai, kita bisa langsung Klik pada “LIHAT HASIL SIMULASI” yang memberikan hasil sebesar Rp. 68.354.259,- dengan setoran dana sebesar Rp. 1.000.000,- per bulan selama 5 tahun. Dengan penghimpunan sebesar itu, saya memiliki kesempatan untuk menjadi bagian dalam misi memberdayakan dan mengubah hidup jutaan Mass market di Indonesia, salah satunya adalah Ibu Sri Ningsih Sulistyowati, pembuat roti manis dan keripik di Sleman, Yogyakarta. Manfaat langsung yang saya terima tentu saja akumulasi tabungan yang nilainya cukup kompetitif dengan deposito.
Apakah Anda masih galau kenapa dan bagaimana DAYA manfaat simultan yang bisa dihasilkan dari para nasabah BTPN Sinaya terhadap UMKM?
Baiklah, untuk lebih jelas dan konkrit mari sekilas kita coba membaca potensi yang dimilki oleh UMKM dalam pemberdayaan masyarakat. Saya ambil contoh yang terdekat saja, yaitu keberadaan UMKM di Sleman. Jumlah Unit Usaha secara keseluruhan tahun 2014, tercatat + 16.088 unit usaha yang didominasi usaha skala IRT dan kecil sebanyak +15.944. atau sebesar 99% dengan kontribusi nilai tambah sebesar 31%. Kebayang kan, betapa significant peluang UMKM dalam pemberdayaan masyarakat, perekonomian dan lingkungan. Dengan kata lain, Potensi UMKM atau massa masyarakat memberikan dampak besar dalam merangsang pertumbuhan dan kemandirian ekonomi daerah.Komposisi Pelaku Usaha |
Terlebih jika dikaitkan dengan branding ekowisata dimana Yogyakarta merupakan merupakan destinasi wisata kedua terbesar setelah Bali. Artinya UMKM di Kabupaten Sleman memiliki peluang besar untuk menjadi pilar kemandirian dalam pemberdayaan masyarakat, perekonomian, penyerapan tenaga kerja yang diungkit dari derasnya kunjungan wisatawan manca negara dan domestik yang meningkat dari tahun ke tahun.
Setidaknya terjadi demand yang cukup besar akan barang/produk untuk oleh-oleh wisata dan tentunya bisa dikembangkan oleh kelompok UMKM, antara lain:
- Industri Pengolahan Pangan
- Tanaman salak yang pusat produksinya berada di Kecamatan Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan ini sudah menjadi trade mark Kabupaten Sleman Bahkan Kecamatan Turi telah ditetapkan sebagai pusat pengembangan Agropolitan Kabupaten Sleman. Diversifikasi vertikal yang sudah dilakukan dalam industri pengolahan salak antara lain kripik salak dengan metode vacum frying, wajik salak, minuman sari salak ‘Salaka’, kripik salak, jenang dan suwar-suwir. Diversifikasi produk ini tentu bisa memperpanjang masa simpan sekaligus memberikan implikai nilai ekonomi meningkat.
- Selain potensi salak pondoh, kabupaten Sleman memiliki variasi produk khas dan memenuhi kriteria sebagai oleh-oleh wisata khas Yogya lainnya seperti aneka bakpia, diversifikasi pengolahan hasil laut dan air tawar seperti pengolahan belut, ikan tuna, dan lain-lain menjadi abon dan makanan siap saji lainnya. Diversifikasi pengolahan minuman berbahan rempah-rempah seperti kunyit, jahe merah, temulawak, beras kencur dan lain-lain dan juga baru-baru ini adanya suatu inovasi pengalengan makanan siap saji yang menjadi cirri khas makanan unggulan yaitu gudeg, dimana gudeg tersebut dikemas dalam kaleng yang dapat bertahan lama.
- Industri kuliner dengan ragam sajian makanan dan minuman yang melegenda yang bertebaran dan padat pengunjung yang sebagian besar dikelola oleh pelaku usaha kecil, mulai lesehan, kaki lima, angkringan, warung tenda, café dan beberapa versi lainnya. Yang sudah pernah atau bahkan sering ubek-ubek seantero Yogya, tentu paham banget seberapa besar potensi industri kuliner yang bisa dikembangkan.
- Industri Kerajinan
Bagaimana, sangat besar kan peluang usaha yang bisa dipilih dan dikembangkan oleh para UMKM di Sleman. Setidaknya nilai tambah yang mampu disumbangkan dari sektor UMKM adalah sekitar 31%.
Prosentase pencapaian Nilai Tambah |
Karena yang namanya pelaku usaha mikro, industri kecil dan industri rumah tangga memiliki permasalahan yang sama, yaitu MODAL. Pelaku usaha yang dikategorikan sebagai UMKM, salah satunya didasarkan terhadap modal (terbatas). Sekian kali saya ikut mendampingi aneka jenis pelatihan pemberdayaan bagi warga pra sejahtera, baik pelatihan pangan olahan, kerajinan, batik, souvenir dan pelatihan lainnya, saat dilakukan evaluasi paska pelatihan, mayoritas peserta pelatihan menyampaikan uneg-unegnya yang masih dirasakan sangat menghambat untuk berproduksi, yaitu terkait PERMODALAN. Tanpa adanya modal, bagaimana mereka bisa mengadakan material untuk produksi, dari mana bisa menyediakan sarana prasarana pembuatan produk, untuk peningkatan kualitas produk yang standar dengan kemasan yang baik serta memiliki jaminan keamanan pangan (PIRT dan sertifikat Halal), dan lain sebagainya.
Usaha, bisnis atau industri yang dikelola dengan sarana dan prasarana yang bisa dibilang minimal. Tempat usaha yang masih jauh dari kategori standar, kualitas produk, pemasaran, daya saing SDM yang masih rendah, dan permasalahan lainnya yang komplek. Apalagi jika dihadapkan dengan tuntutan konsumen akan produk yang berkualitas, aman dan memiliki standar yang terukur dan terjamin serta persaingan MEA yang sudah bukan isu, tapi tantangan di depan mata. Jadi, untuk bisa survive, berkembang dan existing, kebutuhan akan modal merupakan harga mati.
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi UMKM |
- Pemilik merangkap jadi manager, pekerja, pemasaran, all session akibatnya kemungkinan besar mengalami over load sehingga tidak melihat suatu masalah sebagai hal yang harus di follow up dengan plan and action,
- dan masih berkutat pada bagaimana produksi bisa stabil dan terjual (dengan margin yang mepet BEP sudah dianggap usaha lancar) diperparah dengan sistem pengelolaan keuangan yang masih bercampur dengan keuangan keluarga,
- akan terinfeksi virus Mind set: seperti ini saja sudah baik-baik saja sehingga belum ada implementasi untuk inovasi desain dan sentuhan teknologi,
- Belum bisa menerapkan standardisasi produk seperti sertifikasi halal dan P-IRT (untuk produk pangan olahan), SNI, ISO, dll.