Ngrumpi Imajiner: Me and Una

Bismilllahirrahmaanirrahiim,

Beneran neh tulisanmu ?,” tanya Vanya dengan mimik wajah menahan tertawa sesaat setelah membaca buku antologi yang di dalamnya ada satu judul tulisanku.
Aku menghentikan kegiatan mengetikku, sesaat.“ Memang kenapa, Van?”
“ Sosok Bagas demikian sempurna: tampan, pekerjaan mapan, romatis, setia... pria impianmu ya ?“ kuterima buku kumpulan cerpen itu dari Vanya
Ketika bicara impian tentunya yang sempurna kan? Aku yakin jodoh tak akan salah orang kok “
Jika dia tidak seperti sosok dalam tokoh imajinermu, gimana?” teman kostku itu kembali mengejar.
Aku terdiam sejenak, pertanyaan temanku memang terdengar sederhana tapi tidak sederhana untuk menjawabnya. “Setiap pribadi adalah individu-individu yang memiliki ciri dan karakerisitiknya masing-masing. Mencintai seseorang berarti sudah mengukur batas kemampuan diri sendiri untuk bisa menerima/memahami apa dan bagaimana dia sebagaimana adanya, sehingga segala perbedaan yang ada menjadi kekayaan bersama untuk saling menambah, mendukung dan saling menutupi kekurangan”.
“ Wouw, kalimatmu mengandung filosofis tingkat dewa tuh. Dan tiap membaca tulisanmu sepertinya kamu sudah sangat memahami bagaimana harusnya orang hidup menikah..”
“ Ini pujian apa sindiran neh?”
“ Membaca hasil tulisanmu, seperti membaca isi hatimu yang demikian ingin menikah lho?”
“ Ya iyalah, kita kan sahabatan sudah berabad-abad dan sampai sekarang tinggal satu kost “, jawabku sambil mengacak rambut Vanya gemas. “ Tentu saja kamu tahu banget gimana aku berharap bisa segera menemukan si pemilik tulang rusukku “.
Vanya tersenyum penuh arti “dua orang yang menjadi satu dalam pernikahan adalah suatu proses penyempurnaan, melengkapi dan pengkayaan kualitas diri melalui kekhasan dan keunikan masing-masing dalam rangka mewujudkan tujuan bersama “.
“ Kamu baca draft tulisanku 1000 jalan menemukan jodoh ya?”
“ Hahaha...tidak hanya membaca, bahkan aku sampaikan pada Mas Satrio dan dia jadi mantap tuh mengajakku menikah.”
“ Satrio?!” kali ini aku memutar tubuhku sehingga berhadapan dengan Vanya langsung. “ Kamu gak salah menyebut nama kan?”
Absolutely....I’m sure will marry him..!” jawab Vanya dengan mengangkat dua jarinya seperti orang mau di sumpah dalam persidangan.
“ Hanya tiga bulan aku training course di India? Tapi perspektifmu terhadap Satrio sedemikian berubah drastis ya..?”
“ Seperti katamu, kenal dari dunia Maya hanya cara awal kenalnya...siapa pun yang di dunia maya kan pada dasarnya sosok yang riil, Non?”
“ Iya, akan ada prosesnya yang bisa kita tempuh untuk mengenal orang-orang dari dunia maya secara actual...” ucapku mengafirmasi kalimat Vanya.
Yang berikutnya Vanya menceritakan tanpa aku minta tentang proses hbungannya yang demikian menuju serius dalam jeda tiga bulan aku tinggal ikut kursus gratis di India. Ternyata Satrio pun punya pola pikir yang menganggap bahwa sebuah hubungan bisa bermula dari cara apa saja termasuk jalur maya. Kalau punya itikad baik, tentu tak akan menampilkan identitas diri yang serba absurd apalagi jadi-jadian.
“ Setidaknya, untuk mengklarifikasi semua cerita diri kami masing-masing, terbantukan oleh beberapa teman kami yang sama. Memang bener kok kalau jejaring sosial membuat dunia semakin kecil...secara tak terduga tuh ternyata ada temanku SD yang jadi teman kuliah Satrio. Terus teman SMP Satrio ada yang jadi teman SMAku..” celoteh Vanya antusias dengan mata berbinar-binar dan wajah bersemu merah tiap kali aku ledekin betapa freaky-nya dia dulu sama orang yang dikenal dari dunia maya.
So, bagaimana denganmu? Ada yang prospek untuk more than friend?” Pertanyaan yang straight to the point itu membuatku tergagap beberapa saat tapi aku  berhasil mengalihkan topik pembiacaraan kembali pada rencana Vanya bersama Satrio.

*****
            
Aku menghentikan sketsa awal naskah fiksi, karena dari radius lima meter kulihat sosok Una menunjukkan penampakannya dengan rambut kriwil yang di kuncir kuda.
Sudah sejak dua bulan lalu aku bikin kesepakatan untuk kopdar dengan teman blogger yang terkenal dengan quote di blognya “ If You can’t be better just be different”. Sebelumnya kami hanya berinteraksi di dunia maya dan mumpung aku di Jakarta sekalian menyempatkan untuk ketemuan agar persahabatan kian guyub.

Dokumenatsi kopdar sebelumnya @Plasa Senayan
          
 “ Dah lama nungguin mbak? “. sapanya riang dan mengambil tempat duduk di sebelahku setelah adegan cipika-cipika diantara keramaian pengunjung Plasa Senayan.
            “ Yaa...belum lama kok, gak selama ngitung hasil pilkada kayaknya”.
            “ Padahal aku dah dari tadi tuh datang..tapi lihat Mbak Ririe asyik sama note-nya getu, jadi biarin dulu deh..”
            Meski aku dan Una baru pertama kali ketemu tapi suasananya sudah melting banget karena hampir tiap hari kami ngobrol secara On line. Jadi bertemu secara face to face hanya beda jalurnya saja, selebihnya kami sudah saling mengenal sejak kali bertegur sapa di blogging.
            “ Lagi bikin tulisan apa sih, keliatannya asyik banget tadi..?”
            “ Hanya kebetulan saja terlintas ide untuk bikin fiksi tentang hubungan yang berawal dari jejak dunia maya..”
            “ Berarti tentang kita dunk..” pintas Una semangat.
            “ Yeee..GeEr, kan kubilang tadi fiksi, Sist!”
            “ Lha kita ini Fiksi apa bukan sey.., heheheheee”
            “Kumat deh sakau-nya..” Una hanya nyengir sambil mempermainkan rambutnya yang mulai memudar high light-nya
            “ Ehmmm, apa kamu selalu bisa welcome dengan orang yang kenal di dunia maya, Mbak?”
            “ Aku memang menganggap banyak teman bikin hidup lebih berwarna dan tambah saudara, meskipun kenal di dunia maya. Tapi tak selalu orang yang kukenal di bisa berteman dengan baik...pada akhirnya akan ada seleksi alam kok mana teman yang baik dan kurang baik..”
            “ Ciyeeee...banyak pengalaman neh rupanya?”
            “ Logis saja saja..kenal secara menjejak bumi saja kita kadang masih gak bisa berteman dengan akrab, maka kenal secara Maya akan lebih butuh lagi banyak kehati-hatian diri”
            “ Jadi?”
            “ Percayai sebatas data dan informatif selama belum teruji kevalidan apa yang dituturkan pada kita kan?”
            “ Weiiii...kayak uji statistik dunk?” seperti biasa pertanyaan Una yang spontan selalu bernada kritis.
            “ Menurutku..kamu sendiri sudah experienced untuk bersikap yang obyektif dalam berteman di jalur dunia maya...”
            “ Iya sih Mbak, dengan adanya intensitas komunikasi akhirnya kita bisa menilai kok teman yang kita kenal di dunia maya itu integritas dirinya seperti apa...konteks blind friendship itu kan sebenarnya adalah hasil dari sikap kita sendiri yang ceroboh?”
            “ Berawal kenal dari media cyber pun sebenarnya sosok orang yang nyata...dan merupakan pilihan masing-masing untuk menampilkan performance diri yang riil atau sebaliknya.”

Ternyata ngomongin jalinan persahabatan dari dunia digital bersama Una, teman yang kukenal dari ngeblog ini tetap seru, tak kalah seru dengan kopdar berempat dengan Mbak Alaika dan mas stupid monkey beberapa waktu sebelumnya. Keseruan kopdar yang menguatkan keyakinan saya bahwa jalinan persahabatan bisa bermula dari arah mana saja, termasuk dari jejak dunia digital. Kalau saja tak ingat waktu yang sudah beranjak sore dan saya harus menempuh rute Jakarta ke Tangerang alone, rasanya masih ingin berlama-lama ngobrol sama Una deh. 

=========

NOTED: Tulisan ini adalah salah satu dari isi Mozaik Kinanthi



Ririe Khayan

Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com

13 comments:

  1. Curang.... gak ngajak2... padahal aku lagi di Jakarta loch...
    Jalan Karya Tani (JaKarTa) - Ketapang... hehehe :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kan sudah kala itu di Bulak SUmur, hayyooo..lupa ya

      Delete
  2. Waaa asyik bener ya Kopdaran eui. Sayang sekali saya belum ada kesempatan kopdaran sama mba Alaika, mba Una dan juga mbar Ririe Khayan. Mungkin di masa yang akan datang Insya Allah ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asyiiikkkk Kang Asep mau jalan-jalan ke Jogya neh? TA tunggu dan kabari ya Kang kalau mau ke jogya yaa

      Delete
  3. cerita yg paling atas sebuah cerpenkah mak? ceritanya bagus, jadi pengen tahu endingnya hehe
    bertemu teman secara nyata dari dunia maya, memang menyenangkan ya mak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cerita di atas sbnrnya mau ta bikin cerpen tapi stag, jd di mixed deh buat tulisan ngerumpi. hehehe

      Delete
  4. wah kopdaran lagi sama Una & mbak al ya

    ReplyDelete
  5. kangen rek ketemu sampeyan lagi mbak ririe :D

    ReplyDelete
  6. kapan ya saya bisa ikut acara kopdar2 kaya gini...:D

    ReplyDelete
  7. kopdar dengan temen blogger kayanya asyik mba, namun saya belum pernah nie.hehe
    jadi pengen juga..

    ReplyDelete

Leave a comment or just be silent reader, still thank you so much.
Terima kasih telah singgah di Kidung Kinanthi.
Mohon maaf, atas ketidaknyamanan MODERASI Komentar.

Maaf ya, komentar yang terindikasi SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublikasikan.

So, be wise and stay friendly.