Korelasi Kampanye dengan GOLPUT

Membahas tentang pelaksanaan kampanye, nyatanya tak akan ada habisnya. Janji para parpol untuk melaksanakan kampanye damai dan menyejukkan, masih sebatas slogan yang too good to be true. Salah satu contohnya saat kemarin [Selasa, 25 Maret 2014] ada kampanye di Sleman yang Bismillahirrahmaanirrahiim “spectakular” semarak, heboh sekaligus membuat saya dan teman-teman di kantor pada mempertanyakan: Lha kampanye kayak gini gini kok pengen mendapatkan simpatisan dan perolehan suara yang banyak? Pelaksanaannya kampanye-nya saja sudah bikin polusi yang komplek, antara lain: 
  1. Polusi udara: arak-arakan bersepeda motor dengan keliling menempuh total jarak tempuh yang tidak pendek dengan memainkan mesin motor yang menderu-deru. 
  2. Polusi Suara: dari suara motor yang knalpotnya diacak-acak sehingga kebisingannya melebih sirine mobil pemadam kebakaran. 
  3. Polusi pikiran: tidak bisa konsentrasi akibat kegaduhannya yang berlangsung lama [sekira jam sembilan sampai jam tiga sore] dimana central acaranya tak jauh dari komplek perkantoran pemerintahan Sleman. 
  4. Polusi hati. Suara yang gaduh dalam jangka waktu lama kan bikin labil emosi bagi masyarakat yang berada dalam radius ring kampanye. Apalagi pas kampanye kemarin suara gaduhnya melebih ambang batas deh kayaknya. 
  5. Polusi lalu lintas [baca: kemacetan] akibat pengalihan ruas jalan dan atau bagi pengguna jalan raya dari luar kota yang tidak tahu sedang ada kampanye kan bisa terjebak dalam kemacetan. 
  6. Polusi etika dan norma-norma: lha yang pawai naik motor kan rata-rata tidak berhelm, tak jarang pula yang tubuhnya dicat warna-warni, 
  7. Dan polusi lainnya masih banyak deh.
Dari gambaran umum pelaksanaan kampanye yang masih TIDAK singkron dengan tujuan utama untuk mempublikasikan program unggulannya dan membuat semakin banyak calon pemilih yang bersimpatik sehingga dengan suka rela mencoblos parpol yang berkampanye. Lha kalau rerata cara kampanye masih dominan dengan model-model yang MELEGALKAN pelanggran peraturan dan ABAI terhadap norma – normatif, rasanya bisa dinalar jika populasi GOLPUT masih memiliki peminat yang banyak kan? Masang bendera partai di sepanjang jalan kayak lomba umbul-umbul, poster dipaku dipohon-pohon, pawai arak-arakan, pentas musik tak perduli kesopanan, anak-anak disertakan dalam massa kampanye, dan masih banyak lagi “Style” kampanye yang Tidak simpatik lainnya. Jadi kalau ditelaah lebih mendalam, apalagi jika yang mengambil sikap GOLPUT sebagai pilihan dengan kesadaran penuh, bisa jadi salah satu faktornya adalah dari AKSI kampanye tersebut, terjadilah REAKSI dari calon pemilih dengan mengambil sikap untuk menjauh dan memilih GOLPUT.

Bukan bermaksud memihak pada komunitas GOLPUT, tapi pilihan sikap mereka jika dianalisa sebenarnya kan tidak sepenuhnya sebuah sikap apatis atau cuek atau tidak mendukung proses demokrasi. Hukum Aksi=Reaksi pun bisa berlaku dalam sistematika demokrasi. Semoga fenomena Golput ini tidak jadi tema debat kusir acara Televisi tanpa riil action. Sebagai sesama calon pemilih dalam pesta demokrasi negeri ini, saya berusaha positive reaction saja, semoga fenomena pilihan sikap Golput bisa menjadi salah satu kajian yang penting untuk dipertimbangkan dalam mengevaluasi pelaksanaan kampanye yang sampai saat ini masih jauh dari harapan [saya].

 “ Bund, Imunisasi HIB, HPV, Tifoid dan MMR itu apa?” tanya Aida sambil membawa kumpulan latihan soal-soal UN. Acara menulis untuk tema LBI pekan ke-10 pun break sebentar. Untuk menjawab pertanyaan Aida tersebut, saya pun langsung gugling ria. Lha jenis-jenis Imunisasi yang disebutkannya merupakan hal baru bagi saya.

Tadi siang berisik banget ya Bund…” lanjut Aida sementara koneksi modem masih muter-muter saja. “ Aku sampai gak bisa belajar. Di kantor Bunda bising gak?”
Ya Bising poll, wong kamu yang di rumah saja terganggu apalagi Bunda yang berada di kantor yang jaraknya hanya beberapa meter dari lokasi pengumpulan gank motor itu tadi..”
Mereka itu kok mau sih begituan ya? Kira-kira dibayar berapa sih Bund…?” Olalalaaa, logika anak yang duduk di kelas 6 SD sudah langsung mendarat ke arah partisipan kampanye berbayar?
Hehehee….Bunda gak tahu, Da. Sapa tau mereka serius dan suka rela ikutan menyemarakkan kampanye kan?”
Emang orang sebanyak itu mau gak dibayar, arak-arakan, panas, ngabisin bensin ya Bund?”
Tuh kan, rentetan pertanyaan Aida semakin memanjang dan saya pun harus ekstra menyusun jawaban yang mengarah ke WISE sebisa saya deh.
Lha kalau Aida mau gak kalau ikut kayak begituan?”
Gak ada manfaatnya, mending di rumah saja Bund. Good girls, batin saya.
Alhamdulillah, loading internet pun akhirnya cooperative sehingga rasa penasaran Aida teralihkan untuk menyalin contekan tentang jenis-jenis Imunisasi. Dan saya pun bisa kembali melayangkan angan-angan tentang kriteria Capres yang Capable memimpin negeri tercinta ini. Sederet kriteria yang diharapkan mulai dari sifat, sikap, kemampuan, integritas, nasionalisme, komitmen dan sebagainya, sepertinya sudah menjadi janji politik para CALON Capres – Cawapres. Setiap hari, semua media massa baik on line-off line, elektronik maupun cetak, hampir selalu ada slot untuk kampanye, iklan dan pencitraan diri.
Kalau GOLPUT itu apa Bund ?” tanya Aida sambil mengemasi lembaran soal latihan UN-nya. Sepertinya Aida tadi sempat membaca judul draft postingan ini.
Golput itu orang yang tidak ikut memilih pada saat Pemilu nanti, Da”.
Memang boleh tho kalau gak ikut milih getu?”
Memilih dalam pemilu itu kan HAK, jadi tidak ada sanksi hukum bagi  pemilih dalam menggunakan Hak pilihnya atau tidak.” Deuhhh, sepertinya penjelasan saya kok kurang membumi ya untuk ukuran anak SD?
Berarti tidak Wajib ya Bund menggunakan hak pilih itu? Terus Bunda nanti mau pilih presidennya siapa  ?”
Pertanyaan lanjutan Aida ini sepertinya terinspirasi dari tayangan TV, dari sekian sosok yang sudah memunculkan diri dan optimis akan maju dalam putaran PilPres, memang sesekali saya dan suami berkomentar ini, itu, begini dan begitu.

Sebagai sosok Emak yang masih new comer yang sedikit paham bahwa asas Pemilu itu LUBER, maka dengan gaya diplomatis saya pun menjawab:Siapapun Pemimpin yang terpilih nanti SEMOGA BISA membawa Indonesia punya Bargain positian yang kuat di kancah politik Internasional, ya…semacam power para negara anggota PBB yang memiliki HAK VETO agar tidak ada lagi negara lain yang menyepelekan Indonesia dalam segala manifestasinya tuh kan jawaban model Ibu yang sablenk MODE ON, pertanyaannya apa terus ngasih jawabannya kemana tuh?

Maka postingan ini pun saya akhiri cukup sampai di sini, daripada nanti saya makin nglantur sampai ke Perang Baratayuda dan Adipati Karna yang confident dengan prinsip “ Right or Wrong Is my country”.  Selamat menikmati masa-masa crowded kampanye yaaa….yang jelas tulisan ini BUKAN kampanye untuk Golput lho? Tapi hanya sebatas pengamatan bahwa ada korelasi antara cara pelaksanaan kampanye yang masih jamak dengan ragam pengabaian normatif dengan sikap calon pemilih yang Golput.

Ririe Khayan

Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com

40 comments:

  1. Untuk Poin 2 : Polusi Suara memang sedang ramei di Pontianak. Bahkan sudah ada operasi dari satlantas Polda Kalbar untuk mentertibkan knalpot racing yng sering dipake anak muda di Pontianak. Knalpot yang tidak sesuai standar pabrikan ini diduga sering dipake anak anak muda bermotor. Brisik memang suaranya sangat mengganggu kenyamanan berkendaraan orang lain

    ReplyDelete
    Replies
    1. biarpun brisik, kang asep pake brisk ya?

      Delete
    2. @ Kang Asep: Iyae, knalpot bikin suara gaduh dan mengganggu getu kok ya niat banget digunakan? Apa yg naik motor sendiri itu telinganya gak keganggu ya?

      @ Pak Zach: Wew, brisk itu nama es krim ya?

      Delete
  2. Kampanye sekarang sudah diluar batas menurut sya, tidak lagi dengan cara yang elelgan. apalagi bagi partai berkuasa yang keluarganya sedang ikut nyalon, intimidasi dimana-mana.........., korban dari yang ingin netral pun tak terelakkan karena takut kehilangan sumber untuk kampung tengah.........:) kami adalah korban.......:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Secara umum, masyarakat merasa gak nyaman dengan cara-cara pelaksanaan kampanye. Tapi herannya, kenapa koordinasi pelaksanaan pemilu masih saja belum ada upaya memanage cara kampanye yang ramah masyarakat, ramah lingkungan dan ramah normatif ya? Lha sama-sama ngeluarin biaya yg besar, tenaga dan waktu, alangkah lebih baiknya jika kampanye dilaksanakan dengan sistematika yang lebih akrab dan ramah utk semua pihak kan?

      Delete
  3. malah kabarnya (dari twitter) ada peserta kampanye si merah kemarin yang "dikepruk" pake bata gara-gara mabuk dan berkelahi/ngamuk dg sesama peserta. *tragis*

    ga boleh mengkampanyekan golput karena termasuk kriminal. hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener-2 memprihatinkan jika kampanye masih sering kejadian tindakan anarkis ya

      Delete
  4. dan sekarang Mbak, kampanye adalah dangdutan. penyanyinya mah tetep aja bikin gaya joged yang sudah menjadi citranya. kalo biasa ngegol, ya ngegol. tetep aja. itu masuk polusi apa ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. lha mereka diminta jd penggembira kampanye karena citra ngegolnya itu pak.
      Itu masuk polusi pemandangan deh pak kayaknya? Sama polusi Iman....hehehee

      Delete
  5. dari awal dikasih hak milih...selalu saja Golput, hingga udah mendarah dagingdijiwa dan raga, akibatnya polusi apapun tentang kampanye...melirikpun males....kenapa coba?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya sudah Kang, jangan di lirik tapi dipelototin saja gimanah? hehhee

      Delete
  6. Jangan Golput, mbak, masih ada Partai yg pure menampung aspirasi rakyat dan pure berjuang untuk keadilan negeri ini. jgn dilihat dari kampanyenya saja, karena kampanye spt itu kan memang cuma 5 th sekali, dimaklumi saja. tp kl hanya kampanye jd Golput dan mengabaikan hak suara, sayang bgt. Jadilah pemilih cerdas karena insya Allah pemilih yg cerdas akan melahirkan pemimpin yang cinta rakyat dan negeri ini :D )|( No. 3 )|(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener Mbak, kampanye-nya mmg kudu 5 tahun sekali wong mmg pemilunya 5 tahun sekali kok. TApi bukan berarti jadi pembenaran Mumpung 5 tahun sekali jadi sah-sah saja bikin acara pemilu yang heboh dan menghebohkan masyarakat

      Pemilih cerdas akan memilih calon pemimpin yg cerdas tentunya ya?

      eniwei, nomer 3 itu nomer apaan ya?

      Delete
  7. Iya sih, itu memang hak asasi, tapi apa dengan golput akan menyelesaikan masalah?
    Kalo saya, gag akan gol[ut, karena pilihan sudah ada.. :D

    ReplyDelete
  8. Dari kalimat ini :"Siapapun Pemimpin yang terpilih nanti SEMOGA BISA membawa Indonesia punya Bargain positian yang kuat di kancah politik Internasional, ya…" dapat saya simpulkan bahwa akan ada yang Golput hahaha :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. wowowowooo....kesimpulannya ?
      Kan pointnya pada Asas LUBER, kalau saya floorkan jawaban dengan menunjuk ancang-ancang yang akan saya pilih nanti, maka unsur RAHASIAnya kan jadi hilang. Apalagi tertuang dalam postingan, bisa lebih parah kan karena di anggap saya sedang kampanye.

      Delete
  9. spanduk partai sebenernya menghias aapa merusak sih ? hahaha :D

    ReplyDelete
  10. bener tuh, nyebabin polusi.. polusi umum dan polusi khusus.. polusi khusus misalnya polusi hati..
    tu gambar bendera sama poster di jalan bikin sepet mata aja deh ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banyaknya bendera partai, nanti kalau usai pemilu mau diapain ya?

      Delete
    2. ow, mendingan benderanya dimanfaatin biar gak jadi limbah. :D

      Delete
    3. Hehehehe, dibuat tenda getu ya? wah, gak asyik ah..kan sama saja jadi ajang promosiin partai ybs ntar

      Delete
  11. Terus terang sampai sekarang aku belum memilih siapa calon yang akan kucoblos. Bingung soalnya, gak kenal pula sama calonnya. Berbeda dengan suasana ditempat Mbak Ririe, di Surabaya kampanyenya gak gitu heboh, gak ada caleg yang mampir disekitar rumah.. sedang arak-arakan juga biasa aja, entahlah kalau di jalanan protokol.. poster pun lebih banyak fotonya Jokowi segede gaban :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau poster segede gaban itu, bayarnya habis berapa ya?
      Tapi kalau nyebarin poster seabreg-abreg getu,lhak jadi mirip kontes narsis ria ya mbak?

      Delete
  12. Istilah polusi hati baru dengar di sini deh, Mba. Hihihi.
    Sesuk noblos siapa, Mba?

    ReplyDelete
  13. ayo kita dukung pemilu damai...

    ReplyDelete
  14. Aku nggak Golput mbak, tapi nyoblos semua..... sayang banget kalo nggak nyoblos, cuma 5 tahun sekali ini.
    Ayo dukung bang Haji mbak, sumonggo ke blog ane...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayaknya saya pernh neh, nyoblos model demikian, semua di coblos biar adil, hahahahah #ups, buka rahasiA

      Delete
  15. Kampanye sekarang itu malah ngabisin duit yaa, ujung2nya nanti kalo udah kepilih pasti pengen balik modal

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaa, kayaknya itu sdh jadi hukum alamnya para caleg ya ? Ngluarin uang banyak, bahkan sape modal pinjam kesana-sini, jd harus bisa balik modal agar bisa bayar hutang

      Delete
  16. wah, ada polusi hati segala, haha. Saya kritik boleh ya mba.... yang salah itu bukan calegnya mba, tapi pendukungnya. Masa punya motor make knalpot bising, terus nggak pake helm, jangan-jangan malah nggak punya SIM lagi...... Calegnya kan kasian mba, dia udah ngeluarin duit buat bayar tuh arak-arakannya. Nah masyarakatnya nih yang belum beres. Makanya kita sebagai masyarakat harus menjadi masyarakat yang baik.

    Karena masyarakat yang baik pasti memilih pemimpin yang baik pula. <<< saran Pak Mario Teguh

    Seharusnya KPU juga memberikan penilaian, manakah umbul-umbul terbaik, hehe. Terus ada yang perlu diingat kembali mba, Indonesia sampai kapanpun tak akan pernah mempunya hak veto. Saya suka dengan kutipan "Right or wrong is my country"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yg saya sorot cara pelaksanaan kampanye, klo caleg sy gak ngrti bgmn mekanisme penjaringan kader. Soal hak veto, itu kan penggambaran power politik luar negeri yg saya impikan kelak semoga AKAN bs dimiliki negeri ini.

      Eniwei, tengkiyu utk tambahannya yg sangt positif

      Delete
  17. kampanye di sana beda bgt mbak sama di sini nih :)

    aku malah sdh dikirimisurat suara dr KJRI tinggal nyoblos dan ngirimbalik via pos :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asyiknya Mbak, gak perlu ribet antri berkepanjangan tuh? Coba di Indo sistemnya via post juga ya? hehehe

      Delete
  18. saya memilih untuk tidak memilih mbak, :) bener kok ini bukan ajakan golput, tiap orang sudah punya keyakinan dengan pilihan masing2, termasuk untuk tidak memilih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tidak memilih itu sebuah pilihan sikap ya sob?

      Delete
  19. Bagaimanapun juga adanya suara kita hrs tetap teraspirasi dlm pesta rakyat itu, krn 1 suara saja dpt menentukan msa depan NKRI 5 thn ke depan. Dlm bberapa partai psti ada slh satu yg msh baik, itulh nyata'a hidup d zaman berpolitik.

    ReplyDelete

Leave a comment or just be silent reader, still thank you so much.
Terima kasih telah singgah di Kidung Kinanthi.
Mohon maaf, atas ketidaknyamanan MODERASI Komentar.

Maaf ya, komentar yang terindikasi SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublikasikan.

So, be wise and stay friendly.