Kidung Kinanthi

Life is flowing in its story leaving history

  • Home
  • About
  • Sitemaps
  • Article
    • Opini
    • Story of Me
      • My Diary
      • My Poem
      • True Story
      • Love Story
    • Contact
    • Disclosure
  • UMKN Visit
  • News
Dilema pelantikan Kapolri yang memancing banyak reaksi beberapa waktu lalu, membuat saya teringat Bismillahirrahmaanirrahiim dengan sepenggal episode ketika pada jaman dahulu ketika saya masih di Banyuwangi. Percakapan non formal dengan seorang guru yang sedang melakukan monitoring terhadap siswa-siswa yang sedang PKL di tempat kerja. Jadwal pemantauan rutin yang menyertai mata pelajaran PKL. Di sela-sela mengikuti anak didiknya praktek di Laboratorium, obrolan kami - entah bagaimana alurnya, maap sudah lupa- tapi saya masih ingat sangat dengan point yang jadi tematik oboral kami kala itu. 
“ Beberapa waktu lalu kami dan pihak sekolah mendapatkan protes dari sebuah LSM yang katanya concern terhadap Hak Asasi Anak “ 
“ Lha ada kasus apa Pak? “ tanya saya masih gak nyambung.
“ Belum lama ini kami terpaksa mengembalikan amanah pendidikan seorang anak pada orang tuanya…”
“ Maksudnya, dikeluarkan ya Pak?” deuhh, mestinya kan saya gak perlu menyebutkan kalimat yang segambalng itu ya?
“ Iya Bu. Pilihan yang tidak mudah, tapi harus kami ambil “
“ Penyebabnya apa Pak? Tentu ada alasan yang pokok sehingga keputusan tersebut harus diambil kan?”
“ Anak tersebut hamil. LSM tersebut melayangkan protes yang menganggap kami mengabaikan hak anak untuk bersekolah. Lha jika si LSM tersebut mengaku menyuarakan protesnya demi hak anak yang kami kembalikan pada wali muridnya, secara proporsional, bukankah LSM tersebut juga harus mempertimbangkan hak dan kepentingan sekian ratus anak-anak lainnya juga kan?” Saya diam, bingung mau menjawab apa. 

Edisi candid: belajar motret human interest 
“ Kami instiusi pendidikan, tidak sekedar mengajar pelajaran sekolah. Jika tidak ada sanki apa-apa, maka siapa yang bisa menjamin atau mencegah sekian ratus anak lainnya tidak memiliki stigma : oooo…berarti oke-oke saja tuh jika pacaran sebebasnya sampai hamil getu? “
“ Iya pak, saya mengerti kontroversi yang timbul dengan keputusan tersebut. Terus LSMnya masih mau melanjutkan protesnya kemana Pak”
“ Kami persilahkan saja jika mau melanjutkan kasusnya. Kami sadar jika kami tidak bisa membuat keputusan yang bisa menyenangkan semua pihak. Tapi setidaknya, keputusan kami dalam rangka mempertimbangkan kepentingan anak-anak lainya yang lebih banyak.”
“ Iya Pak, seperti halnya gigi yang sakit juga harus dicabut agar tidak menular pada gigi-gigi yang sehat lainnya. “ aseli jawaban ngaco  gegara habis cabut gigi tuh.
“ Iya, toh kami tidak memblack list. Anak tersebut masih bisa bersekolah di tempat lain, atau ke sekolah yang sama setelah bersalin yang tentunya di tahun ajaran berikutnya. Harapan kami, semoga ada pembelajaran bagi anak-anak lainya agar lebih berhati-hati dalam setiap tingkah laku karena setiap tindakan ada resiko yang sepaket dengan konsekuensinya . “ 

Dari percakapan tersebut, secara tidak langsung si Bapak Guru tersebut juga sedang mendidik saya untuk peka bahwa ukuran baik dari setiap keputusan akan memiliki ukuran yang berbeda bagi berbagai pihak karena sudut pandang yang tidak sama. 

Semakin kecil sudut yang digunakan, tentu akan memberikan penampakan yang sempit terhadap suatu permasalahan. Apalagi jika ditambahi dengan pola pikir, paradigma, kepentingan [pribadi/kelompok] dan bumbu-bumbu lainnya yang akan membuat suatu persoalan semakin nano-nano kan? Maka, demikian tulisan ini saya juduli percakapan Nano-Nano #judul asal comot

#Don’t [just] say It’s my life, Think First karena setiap resiko yang muncul akan membawa keluarga terlibat untuk menanggungnya.

9
Share
Tematik #LBI2015 pekan ke-7 yang Bismillahirrahmaanirrahiim memberi tantangan untuk menuliskan Visi dan Misi. Secara definisi dasar, visi adalah tentang apa yang kita yakini mampu untuk dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu [yang diharapkan bisa mewujudkan visi tersebut]. Sedangkan MISI adalah serangkaian hal/tindakan/perbuatan yang dilakukan dalam rangka mewujudkan suatu visi. 

Nah, untuk tematik #LBI pekan ke-7 ini, saya pilih untuk menuliskan Visi dalam hal finansial yaitu Meraih kemerdekaan Finansial. Adapun misi yang harus saya jalankan adalah:
  1. Re-engineering mind set : cash flow harus di manage tidak hanya dalam kerangka hidup hemat.
  2. Belanja berdasarkan kebutuhan, artinya meski pun awal bulan dan atau baru gajian, jika stock bahan untuk di masak masih mencukup, ya gak usah belanja meskipun untuk acara windows shopping
  3. Tidak menginginkan sesuatu yang tidak bisa saya beli. Kalau suka Rubicon ya cukup menyukai saja [dulu].
  4. Meskipun bisa membeli suatu jenis barang, harus dipikirkan nilai manfaatnya [nilai ekonomis] apakah optimal? Kalau sekedar biar tampil ghaya, HARUS dikendalikan nafsu untuk membelinya.
  5. Menyediakan dana di tabungan sebatas untuk operasional untuk menghindari ketergodaan gencarnya promosi barang-barang komplementer/fashion
  6. Disiplin menyisihkan penghasilan secara rutin untuk dialokasikan dalam tabungan yang memiliki nilai investasi [untuk keperluan jangka panjang saat anak-anak membutuhkan biaya yang lebih besar atau muncul kebutuhan yang tidak terduga dalam jumlah yang relatif besar, sedangkan daya diri sudah menurun produktifitasnya]
  7. Jika belanja barang-barang konsumtif, prioritaskan beli dalam kemasan besar karena memang digunakan setiap hari.
  8. Tidak sering-sering nonton bioskop #sengaja dimasukkan karena sudah hampir 2 tahun gak nonton film di bioskop
  9. Meminimalkan beli produk yang di kemas sachet karena jatuhnya lebih mahal dan bertentangan konsep green living #Think First [don’t] just recycle
  10. Lebih sering masak sendiri. Kuliner cukup sesekali saja, sekaligus untuk refreshing dan gathering sama anak-anak yang sehari-harinya tinggal di asrama
  11. Tetap rajin sedekah/infaq baik harian, mingguan, bulanan maupun tahunan
Demikian, Visi saya dalam hal keuangan karena saya berharap bisa menjalani hidup sehari-hari dengan kemerdekaan finansial. Masih banyak lagi lainnya yang bisa dilakukan dalam rangka wewujudkan kemerdekaan finansial ini. 

Setiap orang, siapa saja bisa meraih kemerdekaan finansial karena ini merupakan pilihan. Sejatinya tidak ada orang yang hidup kekurangan karena Allah SWT menciptakan kondisi kekayaan dan kecukupan [bukan kekurangan ataupun kemiskinan]. Anda tentu punya cara-cara yang lebih cerdas untuk meraih kemerdekaan finansial ini sejak dini pula. Aamiin:)

17
Share
Pesawat telpon di meja kerjaku berdering kembali padahal baru satu menit aku meletakkan gagang telpon tersebut,  “ Iya Lia, ada apa lagi ?” tanyaku tanpa basa-basi pada sekertarisku. 
 “ Seorang bapak ingin bertemu, tapi tidak mau menyebutkan namanya Pak.” kudengar nada agak ragu di seberang telpon yang aku pegang. Sok misterius banget, mau bertemu tapi tidak mau menyebutkan identitasnya. Tapi demi mengingat didikan etika kedua orang tuaku, maka aku bilang pada Lia untuk mempersilahkan tamu itu masuk ke ruang kerjaku.
“ Assalamu’alaikum…” seorang lelaki seumuran bapak tapi sedikit lebih tinggi memasuki ruanganku. Kulitnya sawo matang, rambut agak bergelombang. Garis wajahnya mengingatkan aku pada seseorang tapi aku tidak ingat sama sekali kapan dan dimana pernah melihatnya.
“ Wa’alaikum salam,” kuterima uluran tangannya,”silahkan duduk Pak..” 
“ Maaf jika kedatangan saya mengganggu Nak Damar..”
“ Tidak ada apa-apa, tapi maaf boleh saya tahu bapak ini siapa ya?”
Lelaki itu tidak langsung menjawab, kulihat seberkas gundah menghiasi wajahnya yang mulai keriput di beberapa bagian.
“ Sangat wajar jika Nak Damar tidak mengenaliku, sama halnya aku juga tidak akan tahu bagaimana rupa Damar kecil yang telah kutinggalkan 27 tahun silam…”
“ Maksud Bapak…?” perasaan aneh, gugup dan bingung serta merta membadai di dadaku. Apakah dia….?
“ Iya aku ayahmu…” satu kalimat yang cukup membuat bumi terasa berhenti berputar. Aku terdiam dalam keterpanaan tiada terkira, terkejut dan ingin tidak mempercayai ucapannya. 

Bippp...bippp...suara handphone menghentikan lamunanku, kulihat nama Pratama muncul dilayar HPku. Hemm, adikku yang bawel itu pasti akan mencerca dengan banyak pertanyaan kenapa dan untuk apa aku tiba-tiba mau pulang lagi padahal belum ada seminggu berada di Jakarta. Sebagai gantinya kukirimkan pesan singkat agar besok menjemputku di Juanda.
*****
“ Bapak mana, Buk?” tanyaku begitu masuk rumah dan mencium tangan ibu.
“ Kamu ini ada apa? Tiba-tiba pulang lagi dan langsung nanyain bapakmu “ protes ibuk sambil mengacak rambutku, kebiasaannya jika gemas pada anaknya ini. “ cuci kaki dan minum teh dulu. Jam segini ya bersama taxinya, apa lupa kalau pekerjaan bapakmu itu sopir taxi?”
“ Lha Bapak sih ngeyel, suruh berhenti jadi sopir tidak mau. Sekarang aku sudah kerja dan Andi sudah lulus kuliah. Hanya Pratama yang harus dibiayai, aku sanggup bayari kuliahnya”.
“ Kamu ini datang-datang bicara ngalor-ngidul gak jelas begitu? Ada apa sih, Mar? Apa kamu malu punya bapak yang jadi sopir taxi? ”
“ Astaghfirullah, kok jadi salah paham begini ? Ibuk tahu jika Damar sangat menghargai dan kagum dengan bapak kan ?” aku berusaha meredamkan perasaan ibu, merangkul pundaknya dan mencium keningnya dengan lembut. “ Bagi Damar bapak adalah ayah terhebat di dunia, jadi tidak ada alasan buat Damar untuk malu dengan pekerjaannya sebagai sopir “.
“ Iya ibuk heran lha tiba-tiba kamu pulang lagi dan baru satu menit masuk rumah sudah bicara yang membingungkan seperti orang kesambet gitu “.

Ya Allah, aku tak sanggup mengatakan pada ibuk kenapa aku mendadak pulang lagi. Aku memandang pigura yang menggantung di tembok, foto kami sekeluarga saat acara wisudaku beberapa tahun lalu. Ada bapak, ibuk dan kedua adikku, sungguh potret keluarga utuh yang harmonis. Dan kenyataanya keharmonisan itu tak hanya tampak di foto. Dengan bekerja sebagai sopir taxi dan dibantu ibuk yang melayani pesanan kue, mereka membesarkan kami bertiga dalam kesederhanaan di tengah kerasnya kehidupan kota Surabaya dan mampu mengantarkan kami sampai jenjang kuliah. Bapak menikah dengan Ibuk yang janda beranak satu yaitu diriku. Sebenarnya saat itu bapak kerja di perusahaan tapi karena mengalami kebangkrutan akhirnya bapak harus mencari pekerjaan lain dan jadi sopir taxi sampai sekarang. Aku hanya mengenal Bapak sebagai ayahku, karena yang aku tahu dari cerita sekilas ayah kandungku sudah meninggalkan ibuk sejak aku belum genap berumur setahun. 
 “ Kamu kenapa? Kok dari tadi melihat foto itu? “.
Aku menoleh dan tersenyum pada ibuk “ Coba lihat di foto itu, bapak kelihatan keren kan Buk? Hehehe…”
“ Dari tadi bapakmu terus yang kamu omongin, Mar “ selidik ibu dengan instink ingin tahunya.
“ Ibuk bisa saja “, elakku sekenanya .
*****
 Semilir angin sore yang meniup perlahan, menawarkan kesegaran tersendiri dengan aroma basah sisa hujan beberapa jam lalu. Duduk pada salah satu sudut tribun di Stadion Tambaksari, melayangkan pandangan ke tengah lapangan. Tampak beberapa anak sedang asyik main bola dengan keriangannya yang tanpa beban. Pemandangan yang menerbangkan ingatanku pada masa kanak-kanak. 

Tak terasa sudah dua puluh tahun berlalu saat bapak setiap hari minggu mengajakku main bola di lapangan ini. Bapak yang mengajariku naik sepeda, menemaniku main bola dan membuatkan aku layang-layang. Bapak yang panic saat aku di serempet sepeda motor, bapak yang meredamkan amarah Ibuk waktu tahu aku coba-coba merokok. Terlalu banyak kenangan dan tak bisa aku sebutkan satu persatu betapa bapak sudah menempatkan dirinya sebagai sosok ayah yang luar biasa bagiku dan kedua adikku. 

“ Menangis itu normal Mar, tapi jadi laki-laki cengeng itu yang salah besar..” nasehatnya ketika aku jatuh saat belajar naik sepeda.
“ Kenapa cengeng itu salah, Pak?” tanyaku kala itu.
“ Karena cengeng itu artinya kamu lemah, kamu tidak hebat…” dengan bahasanya bapak mencoba memberi penjelasan yang bisa diterima oleh nalar kanak-kanakku.

Matahari memang hilang ditelan senja, tapi ia akan menepati janjinya,
datang esok hari [lagi dan lagi]
Dedauanan hijau yang masih basah oleh sisa air hujan, beberapa butirnya jatuh di tubuhku saat angin bertiup perlahan. Kupejamkan mata, merasakan romantisme suasana di stadion ini sambil mengenang kembali setiap kenangan masa-masa aku sering bermain di lapangan ini. 
“ Damar…” suara yang sangat aku kenal, seorang lelaki yang akrab aku panggil bapak sudah duduk dengan santai. 
Kucium tangannya dengan takzim “ Kok bapak tahu Damar di sini?”
“ Di sini kamu dulu suka menghabiskan waktu untuk bermain, dan di sini pula kamu biasa menyendiri jika ada masalah kan?”
Yah, tentu saja bapak dengan mudah bisa menemukan aku di sini karena dia sedemikian paham dan hafal akan semua kebiasaanku.

“ Apa dia sudah menemuimu, Mar? Sehingga kamu tiba-tiba pulang dan mau minta penjelasan kenapa bapak memberitahu dia alamatmu di Jakarta?” tanya bapak langsung pada pokok dilema hati yang aku alami.
“ Damar bingung, pak. Antara kecewa, sedih dan ingin marah…andai bisa di hapus, Damar akan lebih mudah untuk memilih menghapus jejaknya dalam hidup Damar “.
“ Hushh, jangan ngawur gitu kalau ngomong..”
Bapak menatapku dalam-dalam, seolah hendak menyelami isi hatiku dan sesaat kemudian melemparkan pandangannya lurus ke tengah lapangan.
“ Karena Bapak tahu bagaimana hati seorang ayah terhadap anaknya..”
“ Hanya karena dia kebetulan yang menyebabkan aku lahir? Kemudian pergi tanpa tanggung jawab sedikitpun, tidak perduli istri dan anaknya masih hidup atau tidak? Itu yang di sebut hati seorang ayah?”
“ Bapak mengerti perasaanmu, tapi dia tetap ayah kandungmu yang harus kau hormati “
“ Dan kalau aku tidak bisa maka aku di sebut anak durhaka ya kan Pak? Kenapa dia tidak di sebut ayah durhaka?”
“ Damar..!” pintas bapak dengan intonasi agak tinggi.
“ Maaf, Damar tidak bermaksud kasar..”

Bapak menghela nafas  panjang dan merangkul pundakku dengan kasih.
“ Bapak tahu tidak mudah bagimu untuk menerima kenyataan bahwa kau harus menerima dan menghormati dia. Asal kau tahu inipun salah satu resiko tidak mudah yang harus bapak hadapi ketika memutuskan menikah dengan ibukmu “
“ Maksud bapak?”
“ Aku yang membesarkan dan selalu ada buatmu..bagiku kau sudah menjadi anak kandungku. Tapi kenyataannya ada laki-laki lain yang jelas-jelas adalah ayah kandungmu ? Dan bapak tidak mungkin meniadakan fakta itu. Sangat tidak mudah buat bapak, Mar. Dengan menekan rasa cemburu dan ego, bapak meyakinkan ibukmu agar mau memperkenalkan kamu dengan keluarga ayahmu demi hubungan silaturahim agar tidak putus..”
“ Iya, Damar sama-samar masih ingat. Dulu ibuk sesekali mengajak Damar ke rumah orang yang menyebutkan dirinya sebagai Eyang” 
“ Tidak mudah juga bagi  bapak saat harus berbesar hati memberikan alamatmu, Mar. Tapi bapak harus realistis, walau bagaimana tidak ada mantan orang tua dengan anaknya kan?”
Aku terdiam menyimak kalimat demi kalimat yang di ucapkan bapak, berusaha meresapi dan mengendapkannya dalam hati serta meredam emosiku.

“ Sisi manusiawi bapak tidak rela, tiba-tiba dia muncul dan ingin di anggap sebagai ayah kandungmu. Tapi bapak akan jadi sosok ayah yang gagal mendidikmu jika bapak sendiri tidak mampu bersikap gentlemen dengan memberikan apa yang menjadi hak bagi kalian sebagai anak dan ayah..”
Aku terhenyak, terenyuh dalam palung haru yang terdalam. Sedemikian luar biasanya jiwa besar bapak. Dia yang sudah bersusah payah berselimut suka dan duka untuk membesarkan aku yang jelas-jelas bukan darah dagingnya, melimpahiku dengan perhatian dan kasih sayang. Dan dia berbesar hati meyakinkaku agar bisa menerima laki-laki yang mengaku sebagai ayah kandungku.
“ Terima kasih, bapak adalah ayahku yang terhebat” kupeluk bapak dengan sangat erat. Jika tidak ingat ini di lapangan, mungkin air mataku sudah menetes perlahan.
“ Jadi bagaimana..?”
“ Damar tidak akan mengecewakan bapak “ jawabku dengan suara serak “ Damar akan berusaha bersikap sportif terhadap ayah kandung Damar“
“ Maksudmu…?”
“ Dua puluh tujuh tahun tidak bisa ditebus dengan hitungan hari untuk melahirkan hubungan emosional antara ayah dan anak..”
“ Iya bapak mengerti itu “
“ Bapak sendiri yang suka bilang pada Damar bahwa tidak ada yang instan di dunia ini. Semua butuh proses dan waktu kan ?” 
“ Ya sudah, sekarang ayo kita pulang. Ibukmu sudah masak nasi goreng kesukaanmu lho?”

Kami pun beranjak dari stadion dengan diiringi sayup-sayup suara adzan Maghrib, menggema memecahkan langit Surabaya. Warna jingga mulai semburat di sisi barat dan angin senja pun seolah  berhenti sejenak untuk menjawab seruan suara muadzzin yang merdu mengumandangkan panggilan untuk menyerukan pada Allah azza wa jalla dalam sujud demi sujud yang khusyu. 


Noted: Sebagian cerita based on true story [ Edisi memfiksikan true story]. Masih harus banyak belajar dan berlatih lagi. #SEMANGAT




14
Share
Tumbuh kembang pesatnya industri konveksi dari waktu ke waktu dapat dipahami karena Bismillahirrahmaanirrahiim produk-produk konveksi merupakan salah satu bisnis yang akan terus hidup dan berkembang seiring perkembangan peradaban. Bisa dibilang, bisnis konveksi bukan jenis bisnis musiman karena kebutuhan manusia akan barang-barang yang dihasilkan oleh industri konveksi merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Apalagi ditunjang dengan trend fashion yang berkembang pesat dewasa ini yang otomatis membuka peluang emas bagi bisnis konveksi semakin melaju pesat karena ragam produk konveksi sangatlah banyak, mulai baju anak-anak hingga manula, aksesoris, tas, topi, seragam, baju untuk distro, butik, dompet, kaos, jaket, dan segala jenis produk yang terkait dengan out fit sehari-hari merupakan produk yang dihasilkan industri konveksi. 

Oleh karena itu, bisnis konveksi ini menunjukkan grafik perkembangan cenderung meningkat dari waktu ke waktu di berbagai daerah, termasuk juga di Yogkarta dan Sleman khususnya yang tak mau kalah bersaing dengan geliat KONVEKSI SEMARANG yang salah satunya adalah MUSLIMAX Clothing. 

Selain kelima faktor “alamiah” di atas, perkembangan bisnis konveksi di wilayah Yogyakarta yang cukup pesat juga karena adanya ‘katalisator’ status Yogyakarta sebagai kota pelajar dan destinasi wisata yang memiliki daya magnet sangat besar bagi para wisatawan manca negara maupun domestik. 
Bimtek membatik di Desa Sumberharjo, Sleman
Akumulasi jumlah pelajar/mahasiswa yang ngangsu kaweruh [menimba ilmu] dan berbondong-bondongnya turis ke Yogyakarta, tentunya merupakan daya ungkit demand and order terhadap kebutuhan-kebutuhan primer, salah satunya ya produk konveksi kan? Baik untuk dipakai sehari-hari ataupun untuk oleh-oleh manakala pulang kampung yang mana item konveksi merupakan salah satu pilihan oleh-oleh yang memiliki rating order cukup tinggi di kawasan Yogyakarta.

Laju perkembangan bisnis konveksi  tersebut, selain dilandasi inisiatif personal untuk berwirausaha di bidang jahit-menjahit dan daya kreatifitas dalam berproduksi, juga tak bisa dikesampingkan adanya dukungan dari instansi-instansi terkait. Bimbingan teknik/pelatihan yang terkait dengan konveksi yang telah rutin dilakukan antara lain: pelatihan sablon, pelatihan membatik dan fashion tradisional. Dengan pelatihan-pelatihan tersebut diharapkan:
  1. Peserta terbuka wawasannya dan termotivasi untuk menekuni usaha konveksi dan memiliki kreatifitas dalam membuat produk konveksi
  2. Meningkatkan kemampuan pelaku industri dan warga masyarakat peserta pelatihan dalam memproduksi baju dan produk konveksi turunannya yang berkualitas [kompetitif] dan memiliki prospek pasar yang baik
  3. Sebagai salah satu upaya pengembangan industri mikro dan kecil agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan usaha yang sudah ditekuni sebelumnya
  4. Menjadi sarana untuk menumbuhkan wirausaha baru di bidang konveksi.
Bimtek membatik di Desa Sendangsari, Sleman
Terkait dengan pelatihan ini, peserta juga disupport untuk membentuk kelompak usaha dan diberikan bantuan hibah peralatan sehingga bisa bersemangat dan secepat mungkin memulai usaha konveksi begitu penyelenggaraan pelatihan/bimtek selesai. 

Selain pelatihan dan memberikan ”kail” sesuai jenis pelatihan, juga telah disediakan media untuk memasarkan hasil produksi konveksinya. Ada pasar lebaran yang diadakan secara rutin dengan mengundang para pelaku usaha kecil dan mikro untuk memasarkan produknya atau sebagai media untuk melakukan test market bagi yang baru memulai usaha konveksinya. Juga ada fasilitas showroom di Instansi yang memangku bidang perindustrian, dimana semua pelaku bisnis konveksi dipersilahkan untuk memperkenalkan dan memasarkan produk konveksi yang dihasilkannya. 

CV. Kutu Buku adalah salah satu dari sekian banyak pelaku pebisnis [IKM] konveksi yang sudah memajang produknya di Showroom Disperindagkop Sleman: mulai baju anak hingga dewasa dengan berbagai jenis bahan, tas, jilbab, dompet, bed cover, sprei, taplak meja, dan masih banyak lagi varian lainnya. Produsen konveksi CV. Kutu Buku ini beralamat di Gamping Lor, Ambarketawang, Gamping – Sleman  yang memantapkan segmentasi produknya pada jenis Kaos Anak, Kaos Lukis dan Kaos polos. Bagi yang tertarik atau berencana untuk memiliki kaos yang limited edition dengan lukisan yang special tak ada duanya, silahkan kontak ke marketing.kaos.kutubuku@gmail.com atau bisa menjelajah dulu webnya di www.kaosanakindonesia.com dan dapatkan penawaran terbaik sesuai selera anda.
[Sebagian] Name Card stake holder pebisnis Konveksi
di Showroom Disperindagkop Sleman
Bagaimana dengan pengalaman menggunakan jasa konveksi? Jelas dunk jika saya merupakan konsumen konveksi, terutama produk-produk konveksi lokal [dalam negeri], tentu amat sangat sering. Segala rerupa out fit dan pernak-pernik yang kami kenakan sehari-hari adalah produk konveksi lokal. Sebagian memang ada yang dibuat berdasarkan pesanan/menggunakan jasa konveksi [penjahit]. Terutama untuk menjahitkan baju seragam dan baju yang saya gunakan untuk ke kondangan misalnya. Cukup dengan menemukan penyedia jasa konveksi yang klik, dalam arti hasil jahitan dan modelnya sesuai dengan yang saya inginkan. Biasanya saya menyerahkan modifikasi model bajunya, termasuk pembelian kain yang cocok untuk dimix dan match dengan baju yang saya pesan tersebut. Ketika ada yang kurang pas, mereka dengan terbuka siap memperbaikinya dengan sistem free of charge. Dalam memberikan pelayanannya, pihak penyedia jasa konveksi juga komunikatif. Misalnya ketika ada modifikasi yang dirasa kurang sreg, maka akan disampaikan terlebih dulu sebelum fixed diproses penjahitannya. Kalau soal harga, rata-rata ya sesuai dengan tingkat kesulitan model baju dan seberapa banyak membutuhkan tambahan bahan [kain dan aksesoris tambahan]
Kaos pada Moment Cities of  Volcanoes ke-8
Nah, kalau pengalaman memesan kaos baik untuk pribadi ataupun seragam, sampai saat ini saya belum pernah. Biasanya ya terima beres kaos tinggal pakai, baik kaos seragam dari tempat kerja atau manakala join di suatu jenis event/komunitas. Apa saja tips [ala saya] dalam memesan kaos yang perlu dipertimbangkan ketika memesan kaos adalah:
  1. Pilih penyedia jasa konveksi kaos yang memiliki kualifikasi yang sesuai dengan jenis kaos yang hendak kita pesan. Karena masing-masing produsen kaso konveksi memiliki segmentasi produk kaos yang berbeda, ada yang menggunakan teknik penyablonan, lukis dan printing. Kecuali jika pesan kaos polosan, yang perlu diperhatikan tentu kualitas bahan dan hasil jahitannya saja sudah cukup.
  2. Menyepakati harga di awal pemesanan. Seperti apa kaos yang kita pesan tentu tergantung dengan bugdet yang sudah direncanakan dan ini perlu disampaikan ke penyedia jasa. Dengan demikian kedua belah pihak sama-sama clear, dengan budget sekian Rupiah akan mendapatkan kaos yang seperti apa.
  3. Service after sale, yaitu jika nanti ada kaos yang sudah terkirim dan ternyata terdapat cacat pengerjaannya: toleransi failure-nya apa saja, tenggang waktu penyelesaian komplain dan garansi/jaminan yang apa saja yang bisa diberikan oleh penyedia jasa konveksi.
  4. Waktu pengerjaan kaos juga sangat penting untuk disepakati karena pemesan tentu sudah merencanakan kaos tersebut akan digunakan kapan dan untuk event apa. Terlebih jika pesanan dalam jumlah besar dan jarak kotanya cukup jauh semisal di Papua dan pesannya pada penyedia KONVEKSI Semarang seperti MUSLIMAX Clothing. 
  5. Jangan lupa menanyakan bonusnya apa saja ya? Lha kan jika pesan kaosnya buanyak, biasanya kan ada bonus, discount, dapat kulkas, rumah atau mobil getuu kan cethar membahana tho?  

Nah, Apakah Anda punya tips jitu atau pengalaman ketika pesan kaos? Dan bagaimana perkembangan bisnis konveksi di daerah Anda?


13
Share
Prolog: Seharusnya tulisan ini  saya posting di akun http://komp.as/jogjahijau tapi karena kala itu registrasi saya tidak kunjung mendapatkan konfirmasi pengaktifan sehingga lewat dari masa submit tulisan. Dalam rangka memasyarakatkan Gerakan Sustainable Consumption Program, Kompas mengadakan workshop kepenulisan dan fotografi yang kesemuanya berporos Sustainable Consumption Program [SCP]: #Don’t (just) Recycle! Think First berkelanjutan mulai September 2014 s.d Januari 2015. Nah, berhubung tulisan ini gagal posting di #jogjahijau,jadi deh publish di sini

Bismillahirrahmaanirrahiim 
Ketika kita dihadapkan pada himbauan “Save water”, yang spontan terlintas adalah Prinsip dan berperilaku hemat air: gunakan air secukupnya dan seperlunya. Konsep ini sebenarnya sudah ditanamkan oleh kebanyakan orang tua dan para nenek moyang kita. Salah satu bagian orang-orang bijak terhadap pola penggunaan air tersebut adalah Kedua orang tua saya. Sedikit ikut berbagi kisah kasih yang dikembangkan dalam pola didik terhadap anak-anaknya, khususnya soal penggunaan air. Berdamai dengan alam, mungkin ini salah satu refleksi dari beradaptasi. Iyaah, kami tinggal di daerah yang memiliki keterbatasan dengan ketersediaan air di saat musim kemarau. Lamongan, merupakan salah satu wilayah yang termasuk menjadi langganan kekeringan air di kala musim kemarau menyambangi musim. Dengan sebuah teori dasar: untuk mendaptakan air itu tidak mudah yaitu harus menimba dari sumur yang sangat dalam atau mengambil dari desa lain yang berjarak beberapa kilometer. 

Sehingga dalam keseharian sudah ditanamkan pola-pola untuk berhemat air seperti yang belakangan ini digencarkan dalam rangka kampanye Save Water di seluruh penjuru dunia. Sekedar bernostalgia tentang kebiasaan bijak menggunakan air yang telah dibiasakan oleh orang tua kami, bisa saya sebutkan bagian dari budaya hemat air yang saya sejak kecil antara lain:
  1. Mencuci baju seminggu sekali. Sekilas terkesan: Idiiih, jorok nian ya, lha nyuci baju kok seminggu sekali? Maksudnya, kalau mencuci baju ya nunggu jumlah baju kotornya banyak, yang diperkirakan bisa sekali periode mencuci baju dalam kuota baju oran serumah. Atau, karena kami sudah dibiasakan untuk mengurusi keperluan diri sendiri sejak SD kelas 3, lha kan kalau tiap haru nyuci baju kan capek karena nimba air berkali-kali hanya untuk mencuci baju dua atau tiga potong, ribet, riweh. Jadi ya saya kumpulin sampai seminggu baru deh dicuci pas hari libur sekolah. 
  2. Memanfaatkan air bekas cucian beras yang digunakan untuk minum binatang piaraan yang kami punyai kala itu, kambing, sapi atau ayam serta untuk menyirami tanaman konsumtif (sayur dkk). 
  3. Ketika musim kemarau, air bekas mencuci pakaian kami gunakan untuk menyiram halaman rumah dan bunga, sedangkan untuk air bilasan mencuci baju yang terakhir biasanya kami manfaatkan untuk mencuci sepatu atau sepeda onthel kesayangan (the only one). 
  4. Untuk mencuci piring, Ibu saya mengajarkan untuk menggunakan 3 baskom air: Baskom pertama, untuk merendam piring kotor. Baskom kedua untuk membilas piring/gelas yang disabun. Baskom ketiga untuk finishing alias bilas bersihnya.
  5. Kalau mandi pakai gayung, kira-kira 5-7 gayung cukuplah. Apalagi jika musim kemarau, bisa-bisa 3-4 gayung saja dan mandi cukup sekali saat sore hari. Hehehe
  6. Untuk wudhlu menggunakan ‘padasan’ yakni gentong ukuran kecil yang dikasih lubang kecil yang difungsikan sebagai kran untuk outlet air wudhlu
  7. Ketika hujan menampung air dari pancuran untuk mengisi dua gentong besar di dapur yang sehari-hari digunakan untuk memasak. Lumayan, tidak perlu capek-capek menimba air dari sumur kan? Sekaligus di saat-saat hujan, kesempatan untuk rajin mencuci baju sambil mandi dan keramas dengan berhujan-hujan. Jangan tanya soal pilek atau masuk angin ya? Waktu dulu, kami sudah terbiasa dengan bermandikan sinar matahari dan hujan ketika membantu pekerjaan di sawah. 
  8. Ketika musim hujan, menyuci sepeda onthel cukup dibiarkan kehujanan di luar ketika turun hujan. Apa tidak takut berkarat? Saat itu tidak terpikir soal sepeda berkarat, wong nyatanya sepeda butut kami baik-baik saja meski sering kehujanan kok. Bahkan sepeda pancal yang saya gunakan saat SMP sampai sekarang masih bisa digunakan dengan lancar jaya (saat ini sudah hampir 25 tahun saya lulus dari SMP).
Dan masih banyak lagi kebiasaan bijak yang ditanamkan pada kami semenjak usia kanak-kanak, yang sebagian besar masih kami lestarikan sampai sekarang untuk kemudian bisa dilanjutkan oleh generasi kami selanjutnya. Karena main core dari save water adalah ketersediaan air untuk kelangsungan kehidupan di masa mendatang.  Jika dimasa kecil saya ditanamkan KEBIASAAN hemat air, pada perkembangan selanjutnya dimana populasi manusia semakin bertambah, pola hidup juga berkembang serta dampak lingkungan akibat jumlah limbah/sampah baik industri maupun rumah tangga yang kian meruah, adalah sumber-sumber yang mengancam ketersediaan air yang tak hanya dalam batasan mencukupi untuk masa-masa tertentu, tapi juga mengancam kelestarian sumber air untuk mendukung kehidupan di masa-masa mendatang. 

Bila tiga dasawarsa lalu, orang tua kita telah mengajarkan untuk terbiasa berpola hemat dalam menggunakan air, maka Tantangan terhadap masalah air di masa-masa selanjutnya  secara global sudah TIDAK MUNGKIN lagi bisa dipecahkan dengan pemecahan persoalan-persoalan yang sudah ada saat ini semacam [hanya] pola-pola berhemat air. Karena Permasalahan air di seluruh dunia ini sebenarnya berakar dari hubungan fundamental manusia dengan alam yang seiring dengan masalah-masalah ekonomi, sosial dan ekosistem yang menyertainya sehingga berdampak (salah satunya) pada kelestarian sumber air.


Jadi, secara hukum demand and order, prinsip 3R ( reuse, reduce, dan recycle) sudah SAATnya didahului dengan pola pikir: THINK FIRST. Hemat air saja, sudah tidak cukup tangguh ‘membendung’ laju drastis penurunan ketersediaan air. Sedangkan mengaplikasikan prinsip 3R pada intinya hanya bersifat “delay Time” sebelum benar-benar terbuang ke alam bebas dalam bentuk sampah yang pada akhirnya akan menjadi salah satu sebabt utama yang memicu terjadinya masalah air di bumi ini. 

So, it’s time to think first for everything we gonna do in our life. Dalam setiap aspek kehidupan dan penggunaan barang konsumtif kita wajib mengedapankan pertimbangan THINK first sebelum memilih dan membuat keputusan. 

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” QS. Ar ruum: 41




4
Share
Landmark yang disematkan pada suatu spot wisata tentu sudah bukan hal baru. Begitu pula Landmark daerah yang dimaskudkan [salah satunya] sebagai “label” yang diharapkan mudah dilihat dan diingat bagi siapa saja yang sedang melintasi di [kawasan] daerah tersebut. Makanya saya tak bisa menyimpan rasa takjub manakala  Bismillahirrahmaanirrahiim ketika ke pasar Denggung sekira dua minggu lalu, melihat penampakan landmark dengan bunyi KABUPATEN SLEMAN yang anggun di sisi utara lapangan denggung [disebut juga alun-alun Sleman, satu area dengan taman Denggung] // / Jalan Magelang Km 10 [Denggung, Tridadi], Sleman, 

“ EH, landmark Kabupaten Sleman itu sejak kapan tho?” tanya saya ke teman di kantor. Barangkali karena saking jarangnya saya lewat sekitaran Lapangan Denggung sehingga kupdet tentang kehadiran landmark tersebut. Wong belanja juga seringnya ke arah pasar Sleman atau toko/penjual sayuran yang terletak searah dengan sekolahnya Azka. 

“ Lhoh Sleman punya Landmark, dimana?” *tuing-tuing* langsung deh bertambah rasa takjub saya. Teman yang saya anggap sering mobile malah gak tahu kalau ada Landmark yang saya tanyakan tersebut. “ Ahhh, barangkali kebetulan dia belum melintas di sekitaran lapangan Denggung “ batin saya dan memforward pertanyaan sama ke bebrapa teman lainnya.


“ Landmark Kabupaten Sleman sudah ada tho? Kapan dipasang? Dimana?” Jawaban yang tak jauh berbeda. *kok banyak yang belum tahu?---> tanya pada rumput yang bergoyang*

“ Landmarknya itu bertuliskan KABUPATEN SLEMAN dan terletak di sisi utara lapangan Denggung” jawab saya sedikit bangga *sokgaul*. 

“ Kenapa diletakkan pada sisi utara lapangan? Itu kan berhadapan dengan pasar?” pertanyaan balik yang bikin saya nyengir kuda.

“ Yo pantesan aku ora weruh. Lha aku kan gak pernah ke pasar Denggung sih Mbak?” 
“ He-eh, ke pasar Malioboro saja rame Mas”  
“ Berarti njenengan kudunya tanya ibu-ibu yang sering ke pasar Mbak. Atau penjual di pasar Denggung, tentu mereka tahu kapan Landamark itu dibikin di sana.” 
“ Ide bagus, ayo traktir aku makan mie pangsit lapangan Denggung sekarang ya? Sekalian nanti kita tanya-tanya sejarah Landmark Kabupaten Sleman tersebut dan poto-poto narsis di sana”
“Weleh-weleh, endingnya ini lho yang bikin maju cantik mundur cantik…ogahhhhh, hahahaa…"

Secara umum, dari sekian teman yang saya tanyain tentang Landmark Kabupaten Sleman, justru memberikan pertanyaan balik “Kenapa Landmark tersebut tidak diletakkan pada sisi yang berhadapan dengan Jalan Magelang ya? “ 
Alhamdulillah, bukan hanya saya yang memiliki kepenasaran tersebut. Sangat wajar jika kami penasaran dengan posisi landmark tersebut karena dari [sedikit] yang saya pahami bahwa something yang  disebut Landmark adalah bentukan visual [buatan maupun alamiah] yang menonjol keberadaannya dan memiliki fungsi antara lain: 
  1. Identitas atau penanda suatu tempat/daerah.
  2. Pengingat /reminder sehingga biasanya landmark memiliki sifat “mengesankan” 
  3. Ciri khas yang memiliki karakteristik [unik] karena pada umumnya Landmark merupakan hasil buatan manusia yang dibuat sedemikian rupa agar special.
  4. Titik Orientasi suatu tempat
  5. Untuk berfoto-fotoan seru [hayoo ngaku, siapa saja yang suka berfoto ria di dekat landmark saat traveling ke suatu daerah?]
  6. Dipersilahkan jika mau menambahkan tujuan dan manfaat landmark lainya, Hehehe..
Penampakan dari Sisi Timur
Sangat lumrah dan seharusnya suatu Landmark berada di point of view yang strategis. Tanpa celingak-celinguk, orang yang sedang melintas di kawasan tersebut sudah bisa langsung tersita pandangan dan perhatiannya oleh keberadaan suatu Landmark. 

Nah, wajar jika saya dan beberapa teman beropini kenapa Landmark Kabupaten Sleman tersebut diletakkan pada sisi alun-alun Sleman yang berhadapan dengan pasar tradisional Denggung. Alangkah indahnya jika posisi Landmark tersebut berada pada sisi alun-alun yang berhadapan dengan Jalan Magelang. TAk ada maksud untuk memperdebatkan pemilihan letak landmark tersebut karena tentunya penempatan Landmark tersebut sudah melalui studi kelayakan dan perhitungan yang mumpuni. Mungkin cita rasa saya saja yang terlalu umum, yakni berdasarkan pada BIASAnya landmark yang pernah saya lihat berada di titik-titik yang strategis [TIDAK NDELIK]. 

Overall, saya pribadi apresiatif dengan kehadiran Landmark Kabupaten Sleman ini yang tentunya akan menambah keistimewaan bagi DI Yogyakarta *Hopefully*

Oia, Apa saja Landmark yang ada di daerah Anda [Landmark alamiah maupun buatan manusia]? Atau, landmark apa/daerah mana yang paling berkesan bagi Anda?

Note: Sekilas pandang posisi alun-alun Sleman: 
* Sisi utara menghadap pasar denggung; 
* Sisi timur berhadapan dengan Jalan Magelang, 
* Sisi selatan berhadapan dengan Jalan KRT Pringgodiningrat [arah ke pusat pemkab Sleman];
* Sisi barat berhadapan dengan beberapa gedung milik pemkab Sleman [salah satunya gedung serba guna]

9
Share
Bunga malam dan bunga di tepi jalan, Kira-kira mana yang lebih menarik perhatian? Bismillahirrahmaanirrahiim mumpung lagi suka jalan-jalan, antusias motret-motret bunga di tepi jalan yang saya temui di sepanjang rute JJS pagi ini.  Tidak semuanya ada di tepi jalan, ada juga yang di depan rumah orang. Yang penting masuk range untuk di jepret. Lha start jalan-jalan pagi di Hari Jum’at sudah telat, sehingga just me menapaki jalan Parasamya menuju seruas Jalan Magelang dan ambil belokan ke Kanan, menyusuri jalanan desa yang di kanan-kiri terhampar tanaman padi menghijau. 
Nama Versi saya: Bunga Ganyong
Nah, mumpung jalan sendirian…bisa leluasa motret-motret tho? Kan gak bikin yang lain terhenti-henti untuk nunggu saya yang mandeg-mandeg tiap kali see something yang menarik untuk di shoot. Potograper amatiran dengan kamera poket, tapi karena obyeknya bunga-bunga, menurut saya hasilnya tetap cantik-cantik semua.
Bunga Jam Empat

Belum tahu namanya jugak
Dipersilahkan memberikan nama sesuai jenis bunga yang sudah anda kenali. Saya juga memberi nama berdasarkan "the name" yang memang sudah saya kenal di daerah saya. Jadi harap maklum jika ada penamaan yang nyleneh. Hehehehe #piss

Bunga Bakung

Bunga Bawang 
Belum tahu namanya [ nge-Zoom juga]

BUNGA-BUNGA di tepi Jalan yang saya pajang ini benaran bunga yang berwujud tanaman [sudah terlihat dari barang bukti hasil jepretan soale]. Kalau bunga malam, saya no comment. Karena nanti bisa memancing kumbang malam? Padahal, kalau kumbang yang asli, apa iya keluar malam? Kalau bunga malam beneran, kan ada bunga sedap malam itu? Cantik loh…sayang saya belum pernah moto bunga sedap malam. 
Terompet ungu [ngarang lho?]
Bunga Tapak Dara

Pacar banyu [merah]

Pacar banyu putih

Any one know this flower?
[mirip] Anggrek Ungu --> mode zoom

Puteri malu
Kesimpulan saya, walaupun bunga itu tumbuh di tepi jalan yang tak henti kena tempias debu dan kotoran, ketika mekar kelopaknya tetap memancarkan keanggunan yang sejati. Walaupun bunga di tepi jalan itu tumbuh liar, tak terawat, di dekat comberan, toh bunganya tetap CANTIK menawan hati kok. Bikin fresh dan adem gettu melihatnya.
Bunga Adenium [ada yang punya/bukan bunga liar di tepi jalan]
Makanya, bebungaan adalah salah satu obyek favorit untuk jadi sasaran tembak kamera sederhana saya.  Hanya saja, ketika bunganya berukuran kecil, agak susah mendapatkan gambar yang jelas kelopak-kelopaknya. Mestinya pakai Mode Makro, latapi kameranya gak ada opsi untuk setingan makro-mikro. Ya sudahlah, nikmati saja dan leluasain diri untuk jepret-jepret sana-sini. 

Feel the fresh air, hear the wind blows, see the flower and green field, How wonderful life can be created in every single breath.


♠♠♠ Facebook | Twitter | Instagram | Linkedin ♠♠♠


Noted: 
Foto-foto diambil pada 06/02/2015 [Jalan-jalan pagi di Hari Jum’at] di sekitar lingkungan Kantor Pemkab Sleman. Foto hanya saya compress ke opsi document.



10
Share
Film Indonesia, antara dilema dan menerima? Ini sih tema yang berat untuk saya yang kurang mengikuti perkembangan dunia perfilman. Sedikit yang saya amati, Bismillahirrahmaanirrahiim memang dunia perfilman Indonesia mulai menunjukkan perkembangan yang significant sejak kemunculan Mbak Dian Sastro dalam AADC. Iyah, saya menyebutnya Bianglala Film Indonesia mulai muncul penuh warna semenjak AADC tersebut. Meskipun tidak serta merta grafik perkembangannya bergerak secara linear, tapi bisa dibilang  cukup menggembirakan karena satu demi satu film-film baru mulai di produksi, baik film indie maupun gak indie. Bahkan beberapa film Indonesia sudah ada yang mendapat perhatian pecinta film internasional, seperti The Raid. Iya sey, saya pribadi kurang begitu bisa menikmati jalan cerita dalam film yang penuh adegan baku tembak dan adu jotos itu.

Perkembangan film Indonesia juga membukukan catatan bahwa semakin banyak Tema cerita yang diangkat juga mulai beragam dengan kualitas cerita yang lebih baik. Dan perkembangan lain terkait dunia perfilman Indonesia satu dekade belakangan ini, para produsen film semakin banyak yang tertarik untuk mengangkat cerita dari novel yang best seller. Sudah banyak judul film yang diangkat dari novel, antara lain: 
Ayat-ayat cinta [AAC], Ketika cinta bertasbih [KCB], Laskar pelangi, Negeri 5 menara, Endensor, 99 cahaya di langit eropa, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Moga Bunda Disayang Allah, Hafalan sholat Delisha, 9 Summers 10 Autumns, Ibuk, Perahu kertas, Sang penari, 5CM, Zahrana, Assalamu’alaikum Beijing, Hhemmm….apalagi ya? Masih banyak dan semoga lebih banyak lagi Novel Indonesia yang diangkat menjadi cerita film di masa-masa mendatang

Banyak banget film Indonesia yang mengukir prestasi best seller mengikuti jejak prestasi versi Novelnya.  Perkembangan yang tak kalah menggembirakan adalah tak hanya melirik novel-novel best seller yang diangkat dalam versi layar lebar, tapi juga tulisan blogger pun mulai diperhitungkan untuk dijadikan film! AMAZING….

Raditya Dika menjadi pelopor penulis blog yang tulisannya difilmkan. Tak hanya satu film, tapi beberapa film dibuat berdasarkan tulisan Mas Blogger Raditya Dika. Beberapa juudl film yang saya tahu antara lain; Kambing jantan, Manusia Setengah Salmon, Cinta Brontosaurus, Marmut merah jambu, Cinta dalam kardus. 

Tuh kan, bahkan tulisan blogger juga memiliki daya tarik untuk difilmkan. Hayuukkkk...makin semangat untuk menulis di blog yang lebih tertata dan memiliki ruh yang jelas. *PAdahal saya sendiri masih fokus nulis di blog untuk senam jari tangan dan agar daya ingat tidak mengalami demensia dini. Kalau di kemudian hari ada yang nyasar di blog saya dan memakainya jadi judul film, seneng banget. #ngarep boleh kan? 
Big HOPE, semoga unsur selektif terhadap konten [kualitas] Novel atau blog tetap menjadi skala prioritas [utama], karena bukan tidak mungkin sesuatu yang nge-HITS [best seller] itu karena dominasi sensionalitas saja kan? 
Credit dari SINI
Saya pribadi sangat mengapresiasi terhadap good will produsen film yang mulai memperhitungkan dan mempertimbangkan novel-novel serta konten blog karya anak Indonesia untuk di filmkan. Artinya kekuatan budaya lokal dan kekayaan geografis (untuk lokasi pembuatan film) akan lebih dominan dalam Bianglala Film Indonesia. Manfaat bangkitan lain yang tak kalah berbianglala adalah trigger potensial yang membuat banyak orang gemar menulis bermacam MOMENT dalam keseharian. Jika gemar menulis, secara multiplier akan membangkitkan minat membaca buku dan dinamika sosial di sekitarnya. 

Nah, bagaimana trend perkembangan perfilman di Indonesia menurut Anda? 


Noted:
Bukannya saya gak pengen lihat novel yang dijadiin film. Tapi dari sekian film yang diangkat dari buku/novel, saya merasa ada yang "berubah". Hal ini bisa jadi karena ketika membaca versi asli di buku/novel, imaji saya berkreasi visualisasi sesuai cita rasa saya. Sedangkan naskah buku/novel yang diFilmkan  juga melalui proses  "penerjemahan" versi tim kreatif pembuat film. So, dari pajangan novel di atas, untuk versi filmnya, saya melihatnya ketika sudah tayang di Televisi deh. Hehehe




26
Share
Gendhis itu pasti manis, kalau gak manis berarti bukan gendhis sehingga  Bismillahirrahmaanirrahiim kesan manis pula yang saya rasakan saat bisa windows shopping ke Gendhis beberapa waktu lalu. Bersama para emaks manis-manis dari Kumpulan Emak Blogger (KEB) yang tinggal di DIY dan sekitarnya, dikawal dua bodyguard dari KEB Mak Lusi dan Mak Indah   kami diterima diberi kesempatan oleh empunya Gendhis untuk blusukan ke showroom yang baru terletak di Desa Trihanggo, Gamping [bersebelahan dengan pabrik Teh Poci]. Tararaaa…..tibak’e lokasinya cukup dekat, dari Beran Kidul [Tridadi] butuh waktu 15 menit saja. Lha wong cedhak buangets gettu, kalau saya berangkat sendiri kayaknya satu jam baru tiba di lokasi karena perlu adegan kesasar-kesasar dulu. 
Tukang potret: Ardiba Sefrienda
Outlet baru Gendhis yang diperuntukkan juga bagi friends-nya Gendhis, maksudnya para wirausaha dan pelaku womenpreneur, specially untuk produk-produk outfit. Jadi, jika bingung mau bergaya OOTD apa, bisa tuh datang ke gendhis dan keluar dari sono langsung berubah jadi eye cathing mulai kaki sampai kepala karena di show room Gendhis tak hanya menyediakan aneka tas, tapi juga ada sepatu, baju, jilbab, aksesoris yang bejibun. Bisa dibilang, showroom Gendhis yang di Gamping ini menawarkan konsep ONE STORE fashion, cocok banget bagi yang pengen tampil ghaya tapi masih bingung mix match out fitnya kayak gimana. Untuk Reportase kunjungan ke Gendhis ini sudah diulas disini lho:
  1. Dengan gaya detail oleh Mak Lusi http://www.beyourselfwoman.com/2015/02/event-keb-belajar-entrepreneurship-di.html. 
  2. Ada juga Mak Nunung yang menceritakan dengan sistematis http://www.ummunawazim.blogspot.com/2015/02/keb-jogja-visit-to-gendhis-natural-bags.html. 
  3. Ehhhm terus ada juga news yang dibuat oleh Mak Ardiba untuk web KEB yang ini http://emak2blogger.web.id/gathering-kumpulan-emak-blogger-di-gendhis-bags-gallery-yogyakarta/. 




Bagi yang ingin membaca ulasan dan cerita kunjungan ke Gendhis Bags monggo langsung mlipir ke postingan-postingan di atas. Mumpung awal bulan, sapa tahu pas baca-baca reportase Manisnya jalan-jalan ke Gendhis kemudian tergoda untuk membeli tas hand made yang bermerk Gendhis kan? 

Mayoritas produk gendhis terbuat dari bahan natural, makanya secara harga bisa “terasa” juga, at least bagi saya sendiri. Secara harga yang "terasa" tersebut sebenarnya ya equivalent dengan waktu, pikiran dan tenaga saat proses pembuatan tas. Secara, bahan natural kan perlu kekhusyukan yang khusus untuk menghasilkan tas yang anggun, elegan dan awet pastinya.

Makanya, bisa ikut berkunjung ke Gendhis saja sudah seneng banget karena bisa window shopping secara puas tanpa malu-malu karena hanya lihat, pegang dan motret-motret duang. Cobak kalau saya datang sendirian, dijamin gak sampai 10 menit sudah keluar dari gendhis karena salting tidak beli tas dan hanya windows shopping. Ya iya sih, dilema salting tersebut semata saya-nya saja yang gak pede. Lha wong Ibu Ferry dan segenap staf di Gendhis pada ramah dan welcome pada semua orang yang berkunjung kok. 


“ Gendhis besar bukan karena banyak ekspor lho? Gendhis besar karena market dalam negeri sendiri yang sangat antusias terhadap hasil kreatifitas anak bangsa, salah satunya terhadap produk-produk Gendhis” Demikian [ kurang lebih], sebaris kalimat menuju sesi terakhir sharing rahasia sukses berwirausaha yang disampaikan oleh owner Gendhis untuk di sounding-kan. 

Ini termasuk selfie gak ya?

Bagi yang hobi OOTD, jangan ragu untuk pilih produk Gendhis, lha first lady Indonesia saja [sejak masih Solo] sudah menjadi langganan Gendhis kok. Apalagi mumpung ada lomba selfie di Gendhis sampai dengan akhir Bulan Pebruari ini. Lomba poto selfie ini cukup dengan upload ke twitter atau Instagram dengan mention @gendhisbag dan sertai dengan #selfiegendhis.



8
Share
Newer Posts Older Posts Home
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK MENCOBA. ~ Ali Bin Abi Thalib

My photo
Ririe Khayan
Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com
View my complete profile
  • Cara Cepat dan Aman Mematikan Ikan Lele
    Ikan dan Belalang (berdasarkan ajaran agama yang saya anut) termasuk jenis [bangkai] hewan yang halal untuk dimakan. Tapi tidak berarti k...
  • Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ?
    Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ? Bagi orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan atau lokasinya masih berdampingan al...
  • Brand Susu Untuk Kesehatan
    Jika ada pertanyaan: Sehat ataukah sakit yang mahal harganya? Bismillahirrahmaanirrahiim , kalau menurut saya, secara ‘value’ kondisi se...
  • Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online
    Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online . Sebenarnya persyaratan dan alur pembuatan proses secara langsung ( walk i...
  • Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil
    Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil . Jika Anda sedang berusaha punya anak, menunggu kapan Anda resmi ...
  • Lima Cara Mengaktifkan (Kembali) Google Adsense yang Diblokir
    Sebaiknya dikesampingkan dulu bila ada yang beranggapan Akun GA di Banned, tak bisa diaktifkan.  (Ternyata) Google Adsence Bisa Aktif  Kem...
  • Panic attack Ketika Terkena HERPES Zoster
    P anic attack Ketika Terkena HERPES Zoster . Mendengar kata HERPES, bisa jadi sebagian orang langsung tertuju pada nama penyakit yang satu ...
  • Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin
    Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin   .Mungkin kita pernah mendengar peristiwa keracunan sete...
  • Suplemen Madu Untuk Membantu Atasi Anak Yang Susah Makan
    Punya pengalaman menghadapi anak yang susah makan? Ada yang baper karena selera makan putraatau putrinya belum variatif yang berputar seki...
  • Serunya Mudik Naik Kereta Api Probowangi
    Usai long wiken Idhul Adha...jadi ngayal kalau tiap bulan ada long wiken 4 hari gitu pasti indah sekaliiiii...... #Plakkk [digampar klomp...

Blog Archive

  • ▼  2024 (3)
    • ▼  December (1)
      • Manfaat Penting Bermain Untuk Anak-Anak Usia Pra S...
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2022 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2021 (45)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (7)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (6)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2020 (43)
    • ►  December (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2019 (35)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
  • ►  2018 (49)
    • ►  December (5)
    • ►  November (11)
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (51)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (6)
    • ►  February (7)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (73)
    • ►  December (5)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (10)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (12)
  • ►  2015 (118)
    • ►  December (12)
    • ►  November (12)
    • ►  October (11)
    • ►  September (11)
    • ►  August (12)
    • ►  July (8)
    • ►  June (8)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2014 (60)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (6)
    • ►  September (5)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (11)
    • ►  February (10)
    • ►  January (8)
  • ►  2013 (90)
    • ►  December (7)
    • ►  October (5)
    • ►  September (6)
    • ►  August (9)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (13)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (126)
    • ►  December (6)
    • ►  November (5)
    • ►  October (14)
    • ►  September (10)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (11)
    • ►  May (12)
    • ►  April (12)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (10)
  • ►  2011 (69)
    • ►  December (11)
    • ►  November (11)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (9)
    • ►  July (7)
    • ►  June (18)
    • ►  May (5)
Ririe Khayan is an Intellifluence Trusted Blogger

Juara LBI 2016

Juara LBI 2016
facebook twitter youtube linkedin Instagram Tiktok

Labels

Advertorial Aneka Kuliner Article Blog Award Book Review Contact Me Disclosure English Version Fashion Fiksi Financial Gadget Give Away Guest Post Info Sehat Informasi Inspiring Lifestyle Lomba Love Story My Diary My Poems Opini PR PerSahabatan Pernik-Pernik Renungan Review Skincare Technology Traveling True Story UMKM Visit Who Am I? Writing For Us banner parenting




Copyright © 2019 Kidung Kinanthi

installed by StuMon