Kidung Kinanthi

Life is flowing in its story leaving history

  • Home
  • About
  • Sitemaps
  • Article
    • Opini
    • Story of Me
      • My Diary
      • My Poem
      • True Story
      • Love Story
    • Contact
    • Disclosure
  • UMKN Visit
  • News
Prolog: Tulisan ini merupakan Re-Type dari sedikit klipping [koran] yang saya miliki dari masa lampau. Saya sebut lampau karena ‘usia’nya hampir 14 tahun dan so surprise saya menemukannya kini. Sebab, yang saya ingat ‘hanya’ pernah mengguntingnya tapi lupa apakah masih saya simpan ataukah ikut musnah bersama beberapa koleksi surat/postcard/klipping yang tahun kemarin dengan berat hati saya abu-kan [karena dimakan rayap]. Secara random, kadang saya suka menyimpan hasil guntingan koran semata-mata karena tertarik dengan tema artikelnya [tidak aware dengan penulisnya] yang menurut saya bersifat ever lasting  dan potongan koran yang ingin saya Re-Type isinya ini, entah doeloe dapat korannya darimana dan yang jelas saat itu tentu bukan dari membeli koran karena hal itu merupakan kebutuhan tersier yang tak mungkin saya lakukan!.  Bismillahirrahmaanirrahiim  artikel yang diberi judul “Siapa Typical Indonesian Itu?” jika boleh saya analogkan dengan peribahasa: ojo nggebyah uyah  atau yang lebih sering kita dengar: jangan menggeneralisir masalah/stigma/justifikasi etc. Dan inilah tulisan [artikel] yang dirilis terkait dengan [dan tidak berselang lama dari] peristiwa kerusuhan Mei 1998.

Saat kerusuhan massa pada Mei lalu, yang kontroversinya mengenai kekasaran massa terhadap penduduk Indonesia keturunan Cina., saya tengah melanjutkan kuliah di AS. Berbeda dengan para mahasiswa yang turun ke jalan, demo dan unjuk rasa – saya merasa jadi pengecut karena diam saja dan tidak melakukan apa-apa – saya justru pergi kuliah.
Suatu saat, ketika istirahat duduk ngopi di kafetaria, tiba-tiba ada mahasiswa yang saya tahu namanya Johnny. Dia asal Hongkong dan duduk di meja saya, ikut nimbrung. Dia bertanya, “Kamu orang Indonesia, apakah kamu keturunan Cina?” Saya Jawab tidak. Saya anak pribumi. Dia bertanya lagi, “Kamu benci orang Cina?.”
Sedikit tertegun, saya jawab dengan hesitasi, “ Tentu tidak...”
Indonesian dance
Beberapa wkatu kemudian situasi menarik kembali memancing pikiran saya. Situasinya mirip pengalaman sebelumnya. Ngopi di kafetaria. Bedanya, kali ini saya berlima dengan pelajar Indonesia lain. Seperti murid-murid di Indonesia, kami berlima melestarikan budaya nongkrong dan ngobrol di sekolah. Lalu, tiba-tiba seorang teman - dia asal Jepang – bergabung. Kanako, nama murid asal Jepang itu, datang dan menyapa saya. Saya lalu mengenalkan semua “anak” yang sedang ngopi di kafetaria itu. Mulai dari roomates [teman setempat tinggal saya] Y, R, dan H, lalu teman dekat saya, J. Setelah perkenalan itu, Kanako mengajukan dua pertanyaan. Pertanyaan pertama retorikal, “ Semuanya orang Indnesia?” yang tanpa perlu dijawab dia sudah mengerti. Pertanyaan kedua secara kontras adalah salah satu pertanyaan paling hebat yang pernah saya dengar, “Kamu semua kelihatan beda-beda. Yang mana di antara kalian yang typical Indonesian [tampang umumnya orang Indonesia]?”
  
Apa itu typical Indonesian?
Saya bisa mengerti, kenapa Kanako bertanya demikian. Di Jepang, hanya ada satu macam orang [suku?], orang Jepang, yang namanya variasi sedikit. Berbeda dengan Jepang, orang Indonesia bermacam-macam. Bayangkan, di anatara kami berlima saja tidak ada satu pun yang persis. Saya campuran Jawa dengan Kalimantan [Banjar] asal Surabaya. Y keturunan Cina asal Yogya, H keturunan Cina tapi dari Surabaya, R campuran Jawa dengan Manado asal Jakarta. Sementara itu, J asal Jakarta namun campuran Sunda dengan bule Amerika [saya menolak menggunakan kata Indo karena saya tidak setuju dengan  penggunaan kata itu]. Dari tampang saja, kami berlima terlihat sekali perbedaannya. Tetapi, setelah saya perhatiakn lebih dekat lagi, cara berbicara kita juga sangat berbeda-beda.
Indonesian music
Saya misalnya, terus terang, tidak bisa berbahasa Jawa ataupun Banjar. Logat saya pun lebih miring ke logat Jakartaan. Y itu berbicara Jawa halus dengan orang tuanya di Yogya sehingga dia berlogat halus, meskipun dia keturunan Cina. H logatnya sangat Suroboyoan. R itu berbicara dengan logat Jakarta yang kental. Sedangkan J, meskipun tampang bule, mungkin lebih fasih berbahasa Sunda daripada Inggris [dia besar di Indonesia]. Ini belum dihitung perbedaan agama diantara kita...

Lalu, yang mana di antara kami berlima itu yang lebih pantas dibilang typical Indonesian? Kami berlima saling memandang satu sama lain. Dan tampaknya, saya lebih dekat ke jawaban pertanyaan tersebut, meskipun saya sendiri tidak begitu setuju. Menurut stereotype saya, typical Indonesian itu mestinya adalah orang keturunan Jawa asli yang kulitnya sedikit lebih gelap. Bagaimana tidak, pemerintahan kita didominasi orang Jawa, suku terbesar itu suku Jawa [ini asumsi, yang mungkin saja saya salah]. Lalu, populasi Indonesia sebagian besar di Jawa dan bahasa tradisional yang paling banyak digunakan itu mungkin bahasa Jawa. Jangan lupakan pula agama Islam sebagai agama mayoritas.

Meskipun lahir dari keluarga beragama Islam dan dibesarkan di Jawa, saya ini berkulit lebih terang [terima kasih kepada ibu saya yang asal Kalimantan]. Karena itu, sering saya dipanggil sinyo di Indonesia. Saya juga tidak bisa berbahasa Jawa [waktu di SD, di kelas saya pernah di tanya apa itu isi lombok, saya jawab “pedes”]
****
Lantas, kenapa kedua cerita tadi membuat saya berpikir dalam? Memikirkan lagi latar belakang pemikiran saya mengenai kerusuhan Indonesia yang berbau rasial terhadap keturunan Cina. Dari media massa yang saya ikuti di AS, hampir semuanya menuding orang pribumi Indonesia sebagai pembenci keturunan Cina. Hal ini menyebbakan saya sangat sedih. Jika orang bertanya, saya paling hanya menyangkal. Saya katakan, kerusuhan terhadap WNI keturunan Cina hasil dari kebencian sosial, bukan rasial, mengingat sebagian besar kekayaan Indonesia itu dipegang oleh orang keturunan Cina. Saya sadar, jawaban saya itu tidak sepenuhnya benar. Saya ingin pernyataan itu benar, tetapi kenyataannya mungkin berbeda. Kenapa bangsa kita [yang pribuminya] dicoreng sebagai bangsa rasialis? Jika benar bangsa kita ini rasialis, kasarnya bangsa kita ini sama dengan cerita-cerita kuno mengenai kebencian orang putih terhadap orang hitam di Amerika: mayoritas membenci minoritas, apakah memang benar bangsa kita ini rasialis?
Two Indonesian: beda kostum, hehehe....
Saya bangga sebagai orang Indonesia, bangga karena bangsa yang beragam-ragam penduduknya itu bisa menjadi satu bangsa : Bangsa Indonesia. Tetapi, kenyataan seperti itu telah mengerosikan sebagian dari kebanggaan saya. Saya tidak ingin menjadi bagian dari bangsa yang rasialis. Inginkah Anda? Saya lelah menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti dari Johny yang asal Hongkong tadi. Saya lelah menjadi orang pribumi di luar negeri yang dicap pembenci Cina. Memang, saya tidak suka beberapa orang keturunan Cina. Tetapi, yang tidak saya sukai itu karakternya, bukan rasnya. Saya juga tidak menyukai beberapa pribumi di Indonesia, seperti para polisi yang menerima suap. Tetapi, itu juga karena kelakuannnya. Memang ada beberapa orang keturunan Cina yang kelakuannya less desirable [kurang disukai] oleh para pribumi, tetapi pisahkan mereka dari masyarakat Cina secara umum. Jangan disamaratakan!

Mungkin media massa di AS itu bohong – seperti klaim teman saya yang tinggal di Indonesia. Tetapi, mungkin juga mereka benar bahwa orang pribumi [pribumi yang mana? Nah, Lho?] itu menyerang keturunan Cina dengan alasan yang berbau rasialis. Sebelum kerusuhan Mei lalu, Johny juga pernah berbicara dengan saya dan teman saya yang lain, yakni F yang keturunan Cina asal Surabaya.
Johny kepada F bertanya, “ Kamu orang Indonesia keturunan Cina, bisa berbahasa Cina?”.
F menjawab dengan bahasa Inggris yang berlogat Suroboyoan amat kental, “ Ya, saya keturunan Cina. Tetapi, saya tak bisa berbahasa Cina.”
“Kenapa?” tanya Johny.
“Karena saya orang Indonesia, jadi ya berbahasa Indonesia.”
Saya kagum sekali kepada F. Seandainya dia bukan keturunan Cina, seharusnya dia bilang sebagai orang Indonesia yang lebih asli, sebagai pribumi. Dia mengaku orang Indonesia, sementara banyak diantara kita yang pribumi memanggil diri kita orang Jawa, orang Medan, orang Madura, atau orang suku lain. Dia juga lebih Indonesia daripada saya, yang masih kurang setuju saat ditunjuk sebagai typical Indonesian.
Karena kerusuhan-kerusuhan berbau rasialis akhir-akhir ini, saya sering memikirkan F. Apa yang dia pikirkan sekarang? Saya sendiri malu bertanya padanya... Tolong, jangan sampai kita dicap rasialis. Jangan hancurkan hati orang-orang seperti F.


Notes : Surat terbuka dari Amerika yang ditulis oleh Azrul Ananda [nama yang sudah tidak asing di dunia jurnalistik saat ini] ketika masih jadi mahasiwa di AS, diterbitkan di Jawa Pos, 26 September 1998. 

162
Share
Edisi postingan kali ini ada publish tiga kado istimewa yang sya terima dari teman-teman blogger. Dan sebelumnya saya mohon maaf, terutama buat sang pengirim hadiah tersebut karena baru sekarang bisa memajangnya di sini. Dan Bismillahirrahmaanirrahiim tiga hadiah yang saya bingkai dalam Special Gift: Three in One [post] yang pertama datang dari Mas Ivan Prakasa : Berbagi Cerita Untuk Belajar Menjadi Lebih ...

Postcard tersebut saya terima dari program “Dear Friends…” dengan tema sesuatu yang berbau Jepang dengan disediakan 7 pilihan postcard yaitu versi: Tiga Putri, Sumo, Pendekar, Lima Samurai, Lembah Jepang, Kota Tua jepang dan Bangau. Adapun yang saya pilih adalah “Lembah Jepang” dan inilah penampakan the sweet post card tersebut.

Hadiah yang kedua saya terima dari Mbak Keke yang lebih familiar dengan ID blogger Yunda Hamasah dari event Kuis Akhir April dan KBHS dengan hadiah 2 buku Ketika Buah Hati Sakit dan melalui sistem undian Alhamdulillah saya terpilih sebagai salah satu pemenangnya dan ini merupakan hal yang mengejutkan karena selama ini saya termasuk orang yang unlucky kalau sistem undian. Dan Sepakat dengan pernyataan Mbak Keke, jika mekanismenya bukan undian maka saya sendiri juga akan pilih Una yang jawab secepat kilat dan Mbak Fitri [Lidya-Mama Cal-Vin] yang layak mendapatkannya. Buku Antologi tersebut sudah saya terima pada 10 Mei 2012 dan langsung dipinjam oleh teman kantor. Sebagai seorang ibu, dia attractive banget saat melihat buku yang baru saya terima dan ijin untuk mem-perdana-i baca buku tersebut. Demi mengingat dia yang sudah punya 2 buah hati tentunya lebih cepat ‘dimanfaatkan’ isinya dalam kesehariannya sehingga saya pun meminjamkan buku KBHS pada dia lebih dulu. Bagi sebagian tema-teman blogger tentu sudah tidak asing dengan buku tersebut, karena di dalamnya [yang saya kenal] ada 2 kontributor yang tidak asing lagi di dunia blogger yaitu Mbak Keke [Yunda Hamasah] yang memberikan hadiah KBHS dan Mbak Niar [Mugniar’s Note: Sebuah Renungan]. 




Inilah sekilas info tentang buku tersebut:
Judul                     : Diary Bunda: Ketika Buah Hati Sakit
Penulis                 : Artineke A. Muhir, Mugniar Marakarma, Hamasah putri, Vincensia Naibaho, dkk
Penerbit              : Indie Publishing
ISBN                      : 978-602-9142-19-8
Cetakan I             : February, 2012
Tebal                     : 367 hlm 14x21 cm

KBHS ini berisi sharing pengalaman dari 68 penulis yang semuanya sudah memiliki status prestisius seagai “IBU”. Jadi secara keseluruhan apa yang tertuang dalam antologi ini dinarasikan berdasarkan pengalaman para bunda saat menghadapi situasi sang buah hatinya sakit. Bagaimana dalam situasi yang menegangkan, panik dan kuatir namun harus bisa di-tenang-kan agar bisa mencari solusi terbaik bagi sang anak. Dan bahkan ternyata menghadapi anak yang sakit [meskipun sakitnya sama], cara penanganannya tidak selalu bisa disamakan. Seperti kasus yang dihadapi oleh Mbak Keke dengan kedua buah hatinya: Yunda dan Hamas [page: 205 -210].  Satu kalimat yang bisa uangkapkan mengenai KBHS: buku yang penuh hikmah, semua kisahnya sarat makna dan memberikan pembelajaran yang aktual. Jadi sangat cocok untuk dimiliki oleh setiap orang tua maupun yang belum jadi orang tua seperti saya [Alhamdulillah saya sudah mendapatkan KBHS ini]. So, bagi siapa saja yang belum memiliki buku wonderful ini, silahkan di bookmark... #belajar promosi !

Hadiah yang ketiga berasal dari Mbak Titik [ celoteh .:tt:. ] adalah sebuah buku kumpulan cerita dari penulis Catastrova Prima. Buku ini merupakan hadiah untuk Giveaway yang beliau adakan dalam rangka satu tahun peristiwa gempa di Jepang. Dalam event GA tersebut, saya menang untuk kategori fiksi dengan judul tulisan “[Biar] berlalu bersama musimnya”. Dan sekilas info tentang buku tersebut adalah:

Judul                     : Suburban Love
Penulis                 : Catastrova Prima
Penerbit              : Klinik & Rumah buku
Tahun Terbit     : 2012
Tebal                     : 140 hlm


Cerita-cerita dalam buku ini merupakan antologi dari memori, sebuah usaha mengenang, mencatat, merenungkan, atau mungkin mengobati sebuah ‘luka.’ Berbagai kisahnya sangat ‘menyentuh’ hati, jadi bagi yang sedang ini berkelana dalam rasa haru yang menunjukkan diri masih manusia yang punya rasa “cinta” dalam arti yang universal. Dan bersama dengan buku tersebut, Mbak Titik juga menyelipkan selembar postcard bergambar : Kiyomizu-dera Temple in Snow, Kyoto. Demikian edisi Special gift: Three in One [Post], semoga bermanfaat bagi saya dan berkah bagi yang sudah memberikan hadiah-hadiah tersebut. So, keep happy blogging for better.....



 “Don’t take life’s experiences too seriously. Play your part in life,
but never forget it’s only s role ~ Paramahansa Yogananda“


  
106
Share
Setelah dengan edisi naratif dalam Reportase Trip on Rajegwesi–Teluk Hijau, One Night Stand @Sukamade dan [Pesona] Alas Purwo – Pantai Pancur. Maka Bismillahirrahmaanirrahiim, lasting posting terkait dengan 3 entry tersebut adalah oleh-oleh yang saya dapat saat di Sukamade yaitu tentang Konservasi penyu di Meru Betiri. Jadi postingan ini merupaka re-type dari pocket book yang diberiakn oleh bapak petugas di pos pintu masuk area Konservasi di Sukamade, karena saat saya mampir di situsnya ternyata isi buku kecil tersebut tidak ada dalam dalam laman web’nya. Maka saya tertarik untuk sharing isi buku tersebut dalam postingan ini, semoga ada manfaatnya bagi semua yang singgah di sini dan khususnya bagi yang sedang membutuhkan referensi [tambahan] tentang satwa langka Penyu. So, here we go to the “Konservasi Penyu di Meru Betiri”

Penyu merupakan binatang laut yang sudah ada sejak 150 juta tahun lalu, bahkan sebelum dinosarus ada. Termasuk ke dalam kelas reptilia laut. Archelon adalah fosil laut sepanjang 4 meter. Adapun ciri-ciri umum biologis penyu adalah:
  • Penyu bernafas dengan paru-paru
  • Bertelur namun tidak tidak menjaga telur-telurnya hingga menetas [ no parental care ]
  • Penyu dapat merespon getaran suara yang lemah
  • Jika naik ke darat penyu akan mengeluarkan cairan garam dari matanya untuk menyeimbangkan kadar garam dalam tubuhnya, ini yang terlihat seperti air mata.
Dahulu ada 5 famili penyu laut, sekarang tinggal 2 famili yang terdiri 7 species: 
1.       Penyu Belimbing [ Dermochelys coriacea ]
2.       Penyu Lekang [ Lepidochelys olivacea ]
3.       Penyu Sisik [ Eretmochelys imbricate ]
4.       Penyu Hijau [ Chelonia mydas ]
5.       Penyu Tempayan [ Caretta caretta ]
6.       Penyu pipih [ Natator Depressus ]
7.       Penyu Ridley [ Lepidochelys kempii ] yang endemik di Atlantik/Mexico

Dari 7 species tersebut,  hanya penyu Ridley yang tidak ditemukan di kawasan Indonesia. Dan yang pernah bertelur di Pantai Sukamade yaitu: Penyu Belimbing, Penyu Lekang, Penyu Sisik, Penyu Hijau. Dari 4 jenis tersebut yang naik ke pantai untuk bertelur 2-3 ekor tiap hari adalah Penyu Hijau. 

Penyu dewasa akan memijah tapi tiap tahun. Ketika terjadi perkawinan penyu jantan dan betina, sperma disimpan di oviduk dimana diperlukan waktu 2 minggu untuk pembuahan telur yang mengeraskan cangkang telur. Sekitar 2-4 minggu kemudian penyu betina naik ke pantai untuk bertelur. Induk penyu akan kembali ke pantai yang sama untuk bertelur  setelah 2-3 tahun, biasanya waktu yang dipilih adalah malam hari karena suhu dingin dan sedikit predator. Penyu dapat bertelur sebanyak 50-150 butir, tergantung jenisnya, dengan kedalaman sarang 50-80 cm. Cangkang telur penyu sangat lunak. Setelah bertelur Induk penyu akan menutup sarang dengan pasir menggunakan sirip pendayung bagian belakang, kemudian kembali ke laut dimana proses ini terjadi kurang lebih selama 3 jam. Maka saat melihat penyu sedang bertelur, yang harus diperhatikan adalah:

  •  DILARANG menyinari penyu yang akan sedang bertelur
  • DILARANG membuat gerakan mendadak di depan penyu yang akan bertelur [penyu akan kembali ke laut]
  • DILARANG mengagetkan penyu sedang menyentuh air kembali ke laut karena saat tersebut sangat kritis, penyu bisa pergi dari perairan sekitar dan menuju pulau lain untuk bertelur.
  • JIKA pemotretan dengan blitz MAKA dapat dilakukan setelah penyu mulai bertelur [20 butir] dan harus dari arah belakang!
  • JIKA ada pengambilan gambar dengan kamera atau video kamera, MAKA dapat dilakukan saat penyu mulai bertelur dan dengan pencahayaan yang soft.
Setelah selesai bertelur, induk penyu akan kembali ke laut. Masa pengeraman telur penyu adalah 45-60 hari dengan suhu sarang akan menentukan jenis kelamin anak penyu [di sebut TUKIK]. 
Tukik setelah menetas di kondisikan dalam air
Suhu rendah akan menghasilkan lebih banyak penyu cowok dan sebaliknya. Tukik yang baru menetas akan mencari jalan menuju permukaan sarang selama 3-7 hari, kemudian tukik akan keluar dari sarang pada malam hari karena suhu lebih dingin dan ancaman pemangsa lebih sedikit. Dari 1000 ekor tukik hanya 1 yang akan bertahan sampai dewasa yaitu 20-50 tahun. Perjalanan tukik-tukik menuju laut sangat berbahaya karena mereka akan berhadapan berbagai pemangsa seperti kepiting, biawak, burung laut dan pencemaran laut/pantai. Aktitifitas-aktifitas yang mengancam penyu antara :

  • Telurnya diambil untuk dijual
  • Adanya pembangunan di pantai-pantai pendaratan
  • Abrasi dan kerusakan habitat
  • Cahaya lampu dari pantai, kapal dan penangkap ikan
  • Kematian karena tertangkap tidak sengaja akibat alat penangkap ikan atau terkena baling-baling kapal.


Karena berbagai alasan/hal-hal yang mengancam kelestarian penyu tersebut, maka perlu dilakukan program pelestarian satwa tersebut. Program terpadu konservasi penyu khususnya spesies penyu hijau di Sukamade, didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut:
ü     Salah satu fauna yang menjadi ciri khas Taman Nasiona Meru Betiri
ü     Satwa lindung berdasarkan PP no.77 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
ü   Pantai Sukamade merupakan satu-satunya habitat penyu hijau, khususnya daerah Lautan Hindia yang bisa dijadikan sebagai tempat pemulihan populasinya
ü  Di daerah Lautan Hindia lainnya seperti: pesisir bagian selatan di Pulau Sumatera [tidak ada manajeman pengelolaan yang jelas], pantai Pangumbahan di Jawa Barat [dikonsesi oleh pengusaha penyu], Pulau Nusa Barong di Jawa Timur [aksesilibitas dan pemantauan populasi tidak ada], sehingga sudah tidak memungkinkan untuk dilakukan pemulihan populasi penyu hijau di area-area tersebut.
ü      Satu-satunya rookery penyu hijau di lautan hindia dengan populasi viable [significant]
ü     Panjang pantai [Sukamade] penelusuran yang relatif managable.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelestarian penyu di Pantai Sukamade adalah : Patroli malam, Pemindahan telur penyu, penanaman telur penyu, penetasan telur penyu, perawatan terhadap tukik dan pelepasan tukik ke laut. Sedangkan jenis-jenis penyu yang terdapat di Taman Nasional Meru Betiri adalah:
1.       Penyu Belimbing [ Dermochelys coriacea ]
Penyu belimbing merupakan penyu terbesar saat ini, ukurannya saat dewasa mencapai 160 cm bahkan ada yang sampai 220 cm, biasanya menyelam sampai kedalaman 100 meter lebih untuk mencari ubur-ubur, dapat berenang dengan kecepatan 1,5 – 9,3 km/jam. 


Jenis penyu ini sangat mudah dikenali:
Ø      Ada 5/7 alur pada karapas
Ø    Warnanya [biasanya] hitam dengan beberapa bintik putih, kadang-kadang ada berkas putih pada kepala karena benturan.
Ø     Terdapat lekukan pada rahang atas
Ø    Kulit licin, sulit ditangging, punya 2 mata, telinga, kuping [tidak telinga luar]
Ø    Tukik’nya punya sisik kecil yang hilang setelah 1-2 bulan

        2.       Penyu Lekang [ Lepidochelys olivacea ]
Penyu Lekang adalah penyu terkecil, paling besar beratnya <30 kg dan lebih cepat begerak di pasir karena ringan


Dengan beberapa ciri-cirinya antara lain:
Ø  Sisik dada >5
Ø  Jika dibalik – plastron ada pori-pori inframarginal, lebar 1 cm
Ø  Tukik berwarna hitam
Ø  Kadang ada inframarginal abnormality, kadang 7 sisik
Ø  3-6 sarang permusim dengan kedalaman sarangnya sekitar 40 cm.

        3.       Penyu sisik [ Eretmochelys imbricate ]
Penyu sisik kecil sering salah dikenali sebagi penyu hijau karena identifikasi berdasarkan warna, bukan menghitung sisiknya. Penyu sisik omnivora, makan sayur dan daging dengan menu utamanya adalah sponge dan kerang keras. Bahkan ada yang beracun sehingga menyebabkan keracunan/kematian [kasus di India]. Untuk penyu sisik warna pasir tidak mempengaruhi spesies, hanya saja jika hitam berarti banyak betinanya dan jika putih cenderung banyak jantanya. Pertumbuhan penyu sisik di alam cukup lambat yaitu 1 cm per tahun. Saat jadi lebih besar menjadi 2-3 cm per tahun dan saat lebih dewasa keceptan pertumbuhan jadi nol. Sebaran penyu sisik ini cukup luas, terutama di daerah tropis. Biasanya di terumbu karang, berlindung di relung karang. Ditemukan bahw penyu sisik kecil di daerah dangkal sedangkan penyu yang remaja dan dewasa ada di perariran yang lebih dalam. Cukup bervariasi warnanya, penyu dewasa beratnya sekitar 50 kg dengan panjang karapas 80 cm. 

Beberapa ciri-ciri yang bisa dikenali dari jenis penyu sisik antara lain:

Ø      Tempurung keras dengan 4 pasang sisik dada
Ø       Kepala: sisik prefrontral, bisa 1 atau 2 dengan 4 sisik
Ø      1 sisik prefrontral dengan 4 pasang sisik dada, sisik saling bersusun tumpang tindih. Karena overlap sulit dihitung, maka yang dihitung tetap sisik dada
Ø      2 pasang sisik prefrontral, dengan 4 sisik dada dan paruh runcing untuk mencapai relung karang dalam rangka memakan sponge dan rumput laut
Ø      Tukik bervariasi pada warna, tetap sisik dada 4 pasang
Ø      Hanya sisik pada penyu sisik yang sisiknya makin tebal, sedangkan pada penyu jenis lain sisikya akan mengelupas.
Ø      3-6 sarang per musim dengan kedalaman sekitar 50 cm dan jenis penyu ini hanya dapat menyelam selama 35-45 menit

        4.       Penyu Hijau [ chelonia mydas ]
Kunci utama jenis penyu ini: karapas keras, 4 pasang sisik dada, satu pasang sisik prefrontal, tidak ada preocular. Jika mulut dibuka, ada gerigi pada rahang, khusus untuk memotong rumput laut dan lamunPenyu hijau disebut sebagai “penyu hijau’ hanya istilah bahasa Inggris saja karena lemaknya berwarna hijau, di Mexico penyu ini di sebut penyu putih karena perutnya berwarna putih. Penyu hijau herbivora makanannya adalah algae, seagrass dan buah mangrove. Internesting/jarak antara musim peneluran adalah 3-8 tahun. 

Beberapa ciri-ciri lainnya adalah:

Ø      Warna tukiknya bervariasi antar daerah, namun semua punya tepian putih pada sisiknya.
Ø     Ketika dewasa: perubahan warna menjadi kecoklatan dan punya pola sunray [berkas cahaya] coklat. Tetap ada variasi warna penyu hijau dewasa.
Ø   Mencapai dewasa sampai usia 40 tahun, dengan 5-6 sarang per musim [ kedalamannya sekitar 60 cm]
Ø    Dapat berenang dengan kecepatan 1,5 – 2,5 km/per jam dan mampu menyelam selama 5 jam,
Bila menemukan penyu yang tertangkap/kena pancing atau sebab-sebab lainnya, saat melintas di perairan Pantai Sukamade maka langkah-langkah yang harus dilakukan untuk penyelamatan penyu adalah:
1.       Ukur besar penyu, kemudian lepaskan kembali atau bawa naik ke kapal
Bila penyu terlalu besar untuk diangkat ke kapal, usahakan membawa kapal sedekat mungkin ke arah penyu, hindari tali berada dalam keadaan tegang, kemudian potong tali sedekat mungkin dengan penyu. Bila ukuran penyu kecil, gunakan jaring serok untuk mengangkatnya ke kapal.
2.    Letakkan sepotong kayu pada mulut penyu supaya tidak menggigit, kemudian potong kail atau tali.
Bila penyu tersangkut pada bagian mulut, potomg kawat terlebih dulu sebelummelepas tali. Jika kail tidak terlihat, potong tali sedekat mungkin dengan penyu tanpa menariknya terlalu keras.
3.   Teliti kondisi penyu sebelum dilepaskan kembali: biarkan penyu berada di kapal selama 4-24 jam, tergantung apakah kesehatannya sudah pulih.
Jika penyu kelihatan tidak berdaya atau tidak berontak saat diangkat, mungkin paru-parunya terisi air. Angkat sirip belakang setinggi kirakira 20 cm saat pemulihan di atas kapal. Pada saat kejadian, letakkan penyu pada tempat yang teduh di atas kapal. Selimuti penyu dengan handuk basah, jangan sampai menutup lubang hidung dan jangan menyemprotkan air ke waajh penyu.
4.       Kembalikan penyu ke air dengan hati-hati
Perlahan-lahan lepaskan penyu ke air, dengan posisi kepala lebih dulu. Kapal harus dalam kondisi diam dan mesin dimatikan. Pastikan penyu sudah menjauh dari kapal sebelum menyalakan mesin.
5.    Catat kejadian ini dalam logbook dan laporkan pada Balai TN Meru betiri atau isntansi terkait lainnya. Bila memungkinkan, identifikasi jenis penyu tersebut dan catat TAG’nya bila ada.


Demikian oleh-oleh dari Konservasi Penyu di Meru betiri, mohon maklum jika masih ada kesalahan ketik/kelebihan huruf dll. Jika ingin tahu tentang penyu lebih banyak lagi, bisa di kunjungi ke www.merubetiri.com atau email : merubetiri@telkomnet.net. Dan jika ada yang berkenan untuk berkunjung ke kantornya di Jalan Sriwijaya 53 Jember – Jaw timur, Telp/fax: 0333-335535

NOte: Saat posting ini publish, status web TN meru betiri statusnya "Under suspend"
89
Share
Prolog: Beberapa waktu lalu sempat melihat tayangan berita di salah satu stasiun TV [lebih dari sekali] yang menampilkan tentang orang di pasung [oleh keluarganya] karena kondisi stress yang dialaminya sehingga kehilangan akal sehatnya. 

Bismillahirrahmaanirrahiim, beberapa kali saya pernah berpapasan di jalan dengan orang yang kondisi kejiwaannya tidak stabil [belum lama ini], hingga sempat terjadi percakapan dengan teman kerja: apakah RSJ sudah over load sehingga banyak pasiennya yang lepas [atau dilepas]?. 

Flash back sekilas ketika saya masih kuliah, saat tidak jadwal di kampus dan ‘bebas’ dari freelance job, sesekali saya ‘nongkrong’ di RSJ Menur bersama teman. Berada di sana dan melihat dari dekat keadaan di dalam RS tersebut. Ada rasa miris, prihatin, sedih dan entah apalagi yang mengaduk hati dan pikiran kami saat melihat bagaimana kondisi mereka yang mayoritas masih usia produktif! 

Dan sempat terlintas bayangan betapa hari-hari mereka yang hampa, serta bagaimana keluarganya yang tentunya juga berada pada situasi yang complicated. Saat di RS tersebut kami juga sempat ngobrol-ngobrol dengan mahasiswa yang sedang praktek [kebetulan saat itu yang sedang magang dari AKPER]. Dari hasil obrolan dengan para Mahasiswa tersebut, kami diberitahu bahwa sebagian besar penyebabnya adalah stress akibat suatu kegagalan [karir,cita-cita, cinta, dll] dan kehilangan orang yang dikasihi [karena kecelakaan, bencana alam, pengkhianatan, dll]. 

Dalam postingan Bersimbiosis dengan stress saya mencoba menampilkan tentang stress yang [bisa] membawa energi positive dimana aliran adrenalin dalam diri justru akan melahirkan the power of kepepet alias menimbulkan kreatifitas untuk menjawab dan menyelesaikan permasalahan dengan optimal dan maksimal. Secara umum, kondisi yang justru [sangat mungkin] membuat kita bergairah untuk mengatasi stress tersebut bilamana the main cause’nya terkait dengan proses [pencapaian]: prestasi, kinerja, cita, cinta, dll. 

Maka dalam postingan ini, saya mencoba ‘melihat’ stress dari sisi yang berbeda, yaitu ketika suatu hasil/kenyataan memaparkan hal yang tidak terduga [kegagalan dan kehilangan] dengan intensitas pressure yang sedemikian hebatnya [menurut batas kemampuan seseorang] sehingga menyebabkan ketidakstabilan psikis kemudian bermuara pada kondisi yang saya uraikan dalam prolog di atas [menyebabkan seseorang mengalami depresi berat, emosinya labil atau akal sehatnya jadi terganggu]. 
 
5 Hal Yang Bisa dilakukan untuk Re-Engineering [saat] Stress

Tidak ada yang bisa lepas dari rasa sakit/sedih ketika mengalami kegagalan ataupun kehilangan. Sehebat apapun orang tersebut, ketika hal dan peristiwa terjadi di luar dugaan kita dan sifatnya tidak menyenangkan, maka reaksi kita adalah sedih, kecewa atau shock! Tapi bagaimana menghadapi serta menerima kala rasa (tidak enak) tersebut menghampiri kita? Dalam hal rasa sakit secara emosi, kita bisa lari . . . tapi tidak bisa menghindar. 
How far we run, how deep we hide…we’ll never can reject it. Sebelum kita bisa “sembuh” kembali, kita harus menghadapi rasa sakit tersebut (suka atau tidak, tidak bisa di tolak !). Ingin sembuh dengan cepat? Siapkan toleransi yang besar terhadap rasa sakit: jalani proses untuk ikhlas. Kalau kita belajar untuk menghadapi, merasakan, dan menerima rasa sakit, maka rasa tersebut akan menjadi semakin kecil, sampai akhirnya menghilang [netral kembali deep impactnya].
Merasakan rasa sakit sama dengan menghadapinya dan artinya kita sedang dalam proses penyembuhan. Semakin kita acuhkan, justru semakin menumpuk. Then suddenly, seperti tsunami yang akan menghempaskan gelombang rasa sakit yang sangat besar. Kalau sedang menghadapi hal berat, penting sekali untuk tahu ada pilihan duduk dan menghadapi rasa sakit dengan segera. Berusaha menghindari malah akan merasakan sakit yang lebih besar lagi nantinya dan justru menunda tahap penyembuhan. Dengan menerima rasa sakit, kecewa, dan sedih, maka intensitasnya akan berkurang. 

Penolakan akan rasa sakit malah membuat kita lebih gelisah dan bisa berakibat pada rasa takut. Kalau kita menghindari rasa sakit dan sedih, ingatkan diri kalau takut akan rasa sakit lebih buruk dibanding rasa sakit itu sendiri. Percayalah pengalihan rasa sakit hanya akan memperparah rasa sakit itu sendiri. Jika kita berada pada situasi yang sulit, mengalami kondisi yang biasa kita sebut “kegagalan atau kehilangan” sebenarnya adalah jalan bagi pendewasaan diri kita, tempaan yang akan membuat kita lebih kuat. 

Beberapa point yang bisa di jadikan review renungan dan motivasi antara lain:
  1. Saat rasa sakit mulai memasuki pikiran, let it flowing. Jangan lawan airmata untuk menetes, jangan takut disebut cengeng jika kita menangis untuk sesuatu hal yang memang normal kalau menangis. Menangis karena sebuah peristiwa yang menyesakkan dada sangat jauh berbeda dengan tangisan yang cengeng. Kalau perlu, berikan waktu pada diri untuk bersedih.
  2. Sugesti diri bahwa Hidup belum berakhir, seperti berbagai tantangan hidup, mengalami dan mengatasi rasa sakit bisa menghadiahkan kedalaman emosi dan perspektif yang tanpa kita sadari sudah tersimpan selama ini dalam diri. Menerima rasa sakit memang menakutkan. Kemungkinan untuk tergoda dengan pengalihan lewat alkohol, pil tidur, atau bahan adiksi lainnya sangat besar. Think it deeply, Selalu ada satu alasan terbaik mengapa peristiwa kehilangan/kegagalan itu harus terjadi. Merenung juga akan menghindarkan kita dari mengulangi kesalahan yang sama. Jangan membawa angan terbang pada setumpuk “andai/seumpama’ karena akan memekatkan rasa dihati semakin kusut masai karena yang dibutuhkan adalah menerima situasi dan berusaha untuk melangkah ke arah masa depan.
  3. Menulis perasaan sejujur mungkin bisa membantu melalui semuanya dan tak perlu mencoba mengedit tulisan tersebut ( kan bukan mau di posting di blog tho…). Apapun yang ditulis adalah perasaan kita yang sebenarnya. Kita akan belajar menghadapi kesedihan dan menemukan pelajaran hidup. Ingatlah bahwa situasi yang tidak kita harapkan juga bagian penting yang harus dilalui dalam hidup dan akan menentukan siapa diri kita selanjutnya.
  4. Temukan kesenangan pada hal lain dalam hidup, spending time bersama orang-orang yang kita sayangi, baca buku yang bagus dan teruslah ingat bahwa peristiwa kegagalan/kehilangan hanyalah satu bagian dari hidup. Bisa juga dengan Terapi mewarnai sebagai salah satu kegiatan menyenangkan dan mudahkan dilakukan untuk mengatasi stress ini juga bisa dilakukan dengan terapi mewarnai seperti yang ditulis oleh Mbak Arina dalam artikelnya yang berjudul terapi mewarnai sebagai cara self healing. Atau bisa juga dengan olahraga atau ragam kegiatan ringan lainnya yang dapat meningkatkan mood dan mengalihkan depresi, juga merupakan cara yang hebat untuk menyibukkan diri dan berhenti memikirkan rasa gundah gulana: jogging, nge-gym atau bersepeda bersama teman-teman dan bayangkan setiap langkah adalah selangkah maju dalam menghilangkan kesedihan dan kemarahan.
  5. Relakan semuanya, let it belong to the past. Tak ada gunanya bertahan dalam kemarahan, sakit hati atau penyesalan. Di lain hal, kita dapat memberi selamat pada diri sendiri telah mengambil resiko untuk gagal, sakit, terluka ataupun sedih dan bahwa selalu akan ada lain kali (yang lebih baik tentunya). 
So, keep in optimistic, apa yang saya tulis sebatas wacana [rangkaian kata-kata]. Seberapa powerfullnya Re-Engineering Stress membawa diri pada kebangkitan dari stress atas kegagalan dan atau peristiwa kehilangan yang terjadi, kembali pada pilihan pribadi masing-masing untuk mengejawantahkannya dalam mind set dan action sehari-hari sehingga ketika kenyataan mempertemukan pada kegagalan/kehilangan kita tak perlu berlama-lama berada dalam pandora stress. 

Just remember this shock will pass, nothing last forever, even pain. And happiness is around the corner! Sometimes GOD doesn't change your current situation, because GOD is trying to change your heart and mind.



Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan 
Indonesia Bangkit di BlogCamp.
157
Share
Newer Posts Older Posts Home
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK MENCOBA. ~ Ali Bin Abi Thalib

My photo
Ririe Khayan
Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com
View my complete profile
  • Cara Cepat dan Aman Mematikan Ikan Lele
    Ikan dan Belalang (berdasarkan ajaran agama yang saya anut) termasuk jenis [bangkai] hewan yang halal untuk dimakan. Tapi tidak berarti k...
  • Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ?
    Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ? Bagi orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan atau lokasinya masih berdampingan al...
  • Brand Susu Untuk Kesehatan
    Jika ada pertanyaan: Sehat ataukah sakit yang mahal harganya? Bismillahirrahmaanirrahiim , kalau menurut saya, secara ‘value’ kondisi se...
  • Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online
    Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online . Sebenarnya persyaratan dan alur pembuatan proses secara langsung ( walk i...
  • Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil
    Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil . Jika Anda sedang berusaha punya anak, menunggu kapan Anda resmi ...
  • Lima Cara Mengaktifkan (Kembali) Google Adsense yang Diblokir
    Sebaiknya dikesampingkan dulu bila ada yang beranggapan Akun GA di Banned, tak bisa diaktifkan.  (Ternyata) Google Adsence Bisa Aktif  Kem...
  • Panic attack Ketika Terkena HERPES Zoster
    P anic attack Ketika Terkena HERPES Zoster . Mendengar kata HERPES, bisa jadi sebagian orang langsung tertuju pada nama penyakit yang satu ...
  • Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin
    Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin   .Mungkin kita pernah mendengar peristiwa keracunan sete...
  • Suplemen Madu Untuk Membantu Atasi Anak Yang Susah Makan
    Punya pengalaman menghadapi anak yang susah makan? Ada yang baper karena selera makan putraatau putrinya belum variatif yang berputar seki...
  • Serunya Mudik Naik Kereta Api Probowangi
    Usai long wiken Idhul Adha...jadi ngayal kalau tiap bulan ada long wiken 4 hari gitu pasti indah sekaliiiii...... #Plakkk [digampar klomp...

Blog Archive

  • ▼  2024 (3)
    • ▼  December (1)
      • Manfaat Penting Bermain Untuk Anak-Anak Usia Pra S...
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2022 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2021 (45)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (7)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (6)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2020 (43)
    • ►  December (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2019 (35)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
  • ►  2018 (49)
    • ►  December (5)
    • ►  November (11)
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (51)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (6)
    • ►  February (7)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (73)
    • ►  December (5)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (10)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (12)
  • ►  2015 (118)
    • ►  December (12)
    • ►  November (12)
    • ►  October (11)
    • ►  September (11)
    • ►  August (12)
    • ►  July (8)
    • ►  June (8)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2014 (60)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (6)
    • ►  September (5)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (11)
    • ►  February (10)
    • ►  January (8)
  • ►  2013 (90)
    • ►  December (7)
    • ►  October (5)
    • ►  September (6)
    • ►  August (9)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (13)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (126)
    • ►  December (6)
    • ►  November (5)
    • ►  October (14)
    • ►  September (10)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (11)
    • ►  May (12)
    • ►  April (12)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (10)
  • ►  2011 (69)
    • ►  December (11)
    • ►  November (11)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (9)
    • ►  July (7)
    • ►  June (18)
    • ►  May (5)
Ririe Khayan is an Intellifluence Trusted Blogger

Juara LBI 2016

Juara LBI 2016
facebook twitter youtube linkedin Instagram Tiktok

Labels

Advertorial Aneka Kuliner Article Blog Award Book Review Contact Me Disclosure English Version Fashion Fiksi Financial Gadget Give Away Guest Post Info Sehat Informasi Inspiring Lifestyle Lomba Love Story My Diary My Poems Opini PR PerSahabatan Pernik-Pernik Renungan Review Skincare Technology Traveling True Story UMKM Visit Who Am I? Writing For Us banner parenting




Copyright © 2019 Kidung Kinanthi

installed by StuMon