Tradisi ke Pasar Tradisional

Tantangan bagi Pasar tradisional tak hanya menghadapi kemunculan pasar-pasar modern yang lebih mencorong dari sudut pandang sarana-prasarana, management, sistem penjualan dan beberapa aspek lainnya. Tapi juga menghadapi ancaman “kepunahan” di masa mendatang bila generasi yang lahir saat ini tidak dikenalkan dengan tradisi belanja ke pasar tradisonal. Mereka Bismilllahirrahmaanirrahiim, akan lebih nyaman dan bangga kalau belanja di pasar-pasar yang modern dan merasa tidak enjoy (atau lebih parah “merasa” malu kalau harus ke pasar tradisional).

Andai sikap dan pola asuh para orang tua lebih merasa bangga bisa mengajak putra-putrinya ke supermarket, mall, dan model-model pasar modern lainnya, ketimbang membiasakan untuk berbelanja di pasar tradisional, bukankah hal ini bisa menjadi penyebab serius (kelak) pasar tradisional hanya akan tinggal dalam catatan dalam buku sejarah. 

Bukan hal yang tidak mungkin kalau generasi di peradaban mendatang hanya akan mengenali pasar tradisional secara definitif sebagai tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan secara sederhana dengan menerapkan metode transaksi tawar menawar secara langsung. Bahwa di pasar tradisional merupakan terdapat perwujudan keramah-tamahan yang efektif, dimana pembeli biasanya akan saling bersikap seramah mungkin untuk menawar dan pedagang pun melayani dengan sikap yang tak kalah ramah, walaupun mereka tidak saling kenal. Dan segala pesona indahnya pasar tradisonal akan menjadi legenda dalam cerita dalam buku.
Credit: https://www.radarjogja.co.id/
Untuk menghindari dampak tereliminasinya eksistensi  Pasar tradisional di masa-masa mendatang, memang dibutuhkan  upaya-upaya konkrit untuk melakukan pembenahan dan perbaikan infrastruktur, sarana dan prasarana sebuah pasar tradisonal tampak kinclong, rapi, bersih, dan nyaman untuk penjual dan pembeli. Dan bisa membuat para orang tua merasa PeDe, nyaman, dan semangat untuk mengenalkan dan membiasakan anak-anaknya belanja ke pasar tradisonal.

Adalah Pasar Sleman yang belum lama ini dilakukan pembenahan dengan dibangunnya unit baru yaitu lokasi pasar yang lebih baik Pasar Sleman Unit II. Pembangungan unit II ini juga dilatarbelakangi oleh kondisi Pasar Sleman Unit I yang sudah bejubel oleh banyaknya jumlah pedagang yang mencapai kisaran 1.200, sementara kapasitas hanya 800an lapak. Belum lagi area parkir yang menggunakan bahu jalan raya sehingga sepanjang haru terjadi penumpukan arus lalu lintas, terutama pagi hingga siang hari. Mengingat di sekitar pasar Sleman terletak beberapa sekolah dasar dan juga Puskesmas.

Pembangunan pasar Sleman Unit II yang sudah dinyatakan selesai di tahun anggaran 2016, di akhir Bulan Maret lalu sudah mulai dioperasionalkan. Pasar yang terdiri dari dua blok ini memiliki kapasitas hingga 741 lapak dan ratusan pedagang Pasar Sleman unit I sudah boyongan ke Pasar Sleman Unit II.

Jadi, menjawab pertanyaan LBI “ berapa kali ke pasar tradisional tahun 2017 ini?”, kebetulan kok ya baru 3 kali. Maklum kebutuhan untuk belanja ke pasar memang biasanya di rapel (tidak tiap hari ke pasar), selain itu juga sejak awal Januari sampai pertengahan Juni tahun ini saya lebih banyak di Bandung. Nah tiga kali ke pasar tradisionla itu pun saya ingat banget lho ke pasar mana saja.

Yang jelas ke  Pasar Sleman Unit II  Pertengahan Bulan April lalu, ikut ngreyen Pasar lah karena kebetulan pas long week end dan pulang ke Yogya. Tapi sebenarnya untuk ke Pasar Tradisional yang pertama di tahun ini adalah ke Pasar Baru Bandung, sekitar Bulan Pebruari lalu. Dan yang ketiga ke pasar tradisional di PPS Gresik sewaktu menengok ortu yang belum lama berselang harus dirawat di RS (Gresik).

Kalau Anda, seberapa sering ke pasar tradisional juga? Apakah suka mengajak putra – putrinya untuk ikut serta ke pasar tradisional?

Ririe Khayan

Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com

No comments:

Post a Comment

Leave a comment or just be silent reader, still thank you so much.
Terima kasih telah singgah di Kidung Kinanthi.
Mohon maaf, atas ketidaknyamanan MODERASI Komentar.

Maaf ya, komentar yang terindikasi SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublikasikan.

So, be wise and stay friendly.