Agregator berita yang membuat platform menulis (lebih singkatnya bisa disebut Konten Agregator) adalah seseorang secara individual, komunitas, organisasi atau perusahaan yang menyediakan sarana/fasilitasi sebagai media untuk terkumpulnya beragam berita, informasi dan karya lainnya dalam bentuk tulisan yang bisa diakses dan dimanfaatkan bagi konsumen (user) yang membutuhkan dan atau sedang mencari berita/informasi dalam berbagai kategori: olah raga, kesehatan, parenting, relationship, teknologi, hobi, hiburan, musik, film, dan lain sebagainya.
Kira-kira seperti itulah pemahaman sederhana saya mengenai agregator berita yang membuat platform menulis. Kalau dianalogkan, Bismillahirrahmaanirrahiim permodelan yang memiliki kemiripan type dengan agregator berita dan sudah familiar adalah e-comerce yang mengakomodasi penjual dalam satu market place (dengan ragam barang/produk) dan lapak online yang menarik pembeli untuk berbelanja.
Secara sederhana, pada Agregator Berita yang Membuat Platform Menulis terdapat 3 pihak yang memainkan peran penting: penulis (kontributor), pembaca dan penyedia media (platform berita).
Jadi sebenarnya sistem agregator berita ini bukan hal baru lagi, beberapa platform berita seperti kompasiana atau juga web/blog yang sengaja dibuat oleh beberapa jenis produk makanan untuk tumbuh kembang anak-anak misalnya, menyediakan ‘wadah’ khusus bagi para member untuk menyumbangkan tulisan yang relevan dengan tumbuh kembang anak, parenting dan kesehatan.
Hanya saja, agregator berita yang saat ini berkembang dan membuat platform menulis ini memberikan injeksi segar bagi siapa saja yang suka dan hobi menulis karena setiap karya tulisan yang disetujui oleh admin akan ditayangkan di platform berita tersebut. Penulis akan mendapatkan reward berupa honor (uang) yang disesuaikan dengan trafic kunjungan yang mem-view (membaca) tulisan tersebut.
Memang ada kemiripan dengan sistematika pemberian honor yang sudah lama kita kenal dilakukan oleh media cetak dimana setiap penulis yang karyanya berhasil diterbitkan (sesuai kolom/ketegori) pada media massa tersebut akan mendapatkan bayarannya dalam jumlah tertentu. Yang membedakannya, menulis pada media agregator berita ini seleksi admin kriterianya tidak seketat jika kita mengirimkan tulisan ke koran/majalah cetak.
Yups, seiring laju kecepatan internet yang menghadiran euforia serba digital pun telah membangkitkan “lahan” kreatif yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. Tren agregator berita adalah lapangan kerja yang berbasis kreatifitas menulis sehingga tidak ada syarat: pendidikan (minimal), kondisi fisik, gender, usia, religi, dan sebagainya. ASALKAN tulisannya bermanfaat, tidak mengandung unsur SARA serta tidak saru, biasanya sih di ACC oleh admin untuk tayang.
Sistem perolehan rewardnya (sedikit banyak) dipengaruhi oleh kualitas tulisannya. Semua orang yang sudah menjadi member memiliki kesempatan yang sama dan bisa sebanyak-banyaknya setor tulisan. Tapi harap dipahami bahwa tulisan yang bisa viral, yang akan mendapatkan reward (honor) yang lebih baik daripada tulisan yang viewernya biasa-biasa saja.
Fenomena agregator berita yang menyediakan platform menulis ini bisa menjadi cara baru bagi bloger mendapatkan pemasukan. Kalau biasanya menulis di blog sendiri just for fun and no fee atau baru akan mendapatkan penghasilan kalau ada kesepakatan kerjasama (sponsored post, job review atau postingan lainnya yang sifatnya advertorial) yang sifatnya unpredictable.
Sedangkan jika bloger menulis di media agregator berita, keaktifan dan kreatifitas dalam memposting tulisannya menjadi faktor penentu untuk mendulang pundi-pundi rupiah (dollar?). Artinya, kalau menginginkan penghasilan yang rutin dan deras, tentu saja aktif, produktif dan kreatif dalam membuat konten (tulisan) yang perlu dimaintain dan achieved.
Tren Agregator memang memiliki dua sisi layaknya mata uang dan menurut saya semestinya tak perlu menjadikan salah satu sisinya sebagai dampak yang merugikan dalam ngeblog. Jika kita merasa dengan mempublish tulisan di media agregator membuat kita lebih kreatif menulis karena merasa ada trigger dan katalisator yang membuat kita mendapatkan energi baru dan berkelanjutan, artinya kita sudah siap kalau intensitas menulis di blog sendiri menjadi berkurang.
Singkatnya, saya lebih suka melihat kehadiran tren agregator berita yang membuat platform menulis ini memiliki dua sisi mata uang yang menghadirkan dua daya tarik:
1. Kesempatan untuk menambah penghasilan dari hobi menulis
2. Tantangan untuk aktif, produktif dan kreatif membuat konten (tulisan).
Bukankah, salah satu poin yang membuat kita (bloger) merasa happy adalah manakala tulisan kita banyak yang membacanya? Kalau memang menulis di media agregator justru memberikan trafic yang bagus terhadap tulisan kita, ya kenapa kita harus merasa “mengorbankan” blog kan? Some how, bukankah setiap pilihan ada konsekuensinya masing-masing?
Dan mana yang lebih bermanfaat, bukankah itu yang sebaiknya kita jalani? Saya yakin, setiap orang (tak terkecuali bloger) selalu menggunakan skala prioritas yang melatarbelakangi pengambilan keputusannya. Syukur-syukur kalau bisa menyelaraskan antara menjadi kontributor di media agregator dan ritme ngeblog berjalan secara harmonis.
Asli saya juga pengen kok bisa harmonis dan linear dalam mengurusi blog sendiri dan aktif sebagai member pada salah satu media agregator. Tapi untuk saat ini, saya masih harus fokus menyelesaikan diklat kemetrologian. Alkisah, untuk beberapa waktu ini saya berusaha sebaik mungkin untuk mencukupkan dulu bisa posting di blog dan berusaha memenuhi kuota postingan untuk LBI dulu, Alhamdulillah banget kalau ada job review, kan sekalian bisa untuk setoran kuota posting di LBI. *ujung-ujungnya job review lagi*
Saya juga pengennya bisa dua duanya gitu, tapi blog pribadi aja masih mood-mood-an :(
ReplyDeleteDuh, templatenya lagi dibetulin ya mbak?
Templatku tdk under maintenance kok mbak. Ada yg eror ya dr gadget mbak Eka? Duh, semoga hny krn faktor koneksi saja deh. Ribet kalau template eror.
DeleteKalau saya menyikapi tren agretator, mungkin harus dicoba. Karena siapa tahu bisa menghasilkan. Tergantung idealisme masing-masing atau tngkat kenyamanan masing-masing.
ReplyDelete@ge1212y
Setuju, kalau menulis di agregatir bs menjangkau lebih banyak pembaca, ya kenapa alergi menulis di agregator ya? Kan salah satu harapan dari menulis adalah bisa dibaca oleh banyak orang
DeleteKalau saya belum pernah nyoba nulis di media agregator berita. Nantilah kalau blog sudah mulai rapi. Hehe
ReplyDeleteMungkin bisa di coba submit postingan di blog mbak utk latihan dan mengenali tipikal tulisan yg bisa tayang di suatu agregator.
Deletemantap ulasannya
ReplyDeletepertanyannya, agregator semakin membuat produktif tidak :D