Menulis kreatif sama sekali berbeda dengan karya tulis ilmiah.Menulis kreatif memadukan proses menulis dengan kreativitas yang menghidupkan jiwa, pikiran perasaan, berikut imajinasi dan kepekaan dalam berbagai keadaan. Bisa juga dikatakan bahwa RUH menulis kreatif adalah adanya orientasi sastra, cara pandang terhadap suatu hal yang beda, dan gaya bahasa yang tidak biasa.
Bingung kan? Baguslah, berarti saya tidak bingung sendirian karena tema yang diberikan LBI untuk membuat postingan Video Menulis Kreatif ini cukup bikin galau. Selama ini, Bismillahirrahmaanirrahiim saya beranggapan kalau menulis – kegiatannya- merupakan salah satu bentuk kreatifitas, at least kreatifitas yang yang mengalir oleh koordinasi otak dan tangan untuk merangkai kata-kata menjadi kalimat, apapun jenis tulisan yang dihasilkan: ilmiah, esai, opini, puisi, biografi, diary, dan sebagainya.
Some how, tema untuk membuat Video Menulis Kreatif membawa saya kesana-sini (browsing) untuk mencari tahu apa dan bagaimana menulis kreatif. Ternyata, sebuah tulisan atau karya tulis disebut sebagai produk tulisan kreatif adalah “lawannya” tulisan ilmiah (bukan berarti tidak masuk akal lho ya?).
Secara ringkas, menulis kreatif adalah termasuk dalam kategori karya sastra. Maka barang siapa yang suka, bisa, mahir dan addict membuat puisi, naskah drama, skenario film, aneka script cerita televisi, gemar menulis novel/cerpen/cerber, membuat lirik lagu, menyusun teks pidato, memoar, esai personal dan sebagainya, berarti sudah bisa disebut penulis yang menulis kreatif yang mampu mengolah tulisan secara ekspresif dan impresif bagi siapa saja yang membacanya.
Saya menemukan satu simpul tentang Menulis Kreatif bahwa sebenarnya semua orang ( disadari atau tidak) memiliki kemampuan dan sudah digunakan untuk membuat cerita kreatif, hanya saja sebagian (besar) tidak atau belum menuliskannya. Bukankah, minimal sekali dalam sehari kita curcol/cerita dengan melibatkan emosi dan menggunakan tatanan kalimat yang ekspresif.
Lantas, bagaimana caranya agar bisa menulis kreatif secara efektif agar karya tulisan yang dihasilkan dibaca oleh orang lain ?
Okelah, prolognya sudah berkepanjangan. Berikut ini 7 Cara Sederhana dan Mudah untuk Menulis Kreatif yang bisa dijadikan pedoman jika ingin mengembangkan kemampuan menulis kreatif.
- Pahami dulu bahwa menulis kreatif itu bukan “menceritakan” tapi menyajikan cerita. Sehingga, secara keseluruhan (umumnya) menulis kreatif akan terjadi proses pengembangan tema, karakter (tokoh), alur, latar cerita, sudut pandang,
- Agar tidak terjebak dalam kerangka “bercerita (monolog)”, membuat cerita dalam bentuk percakapan yang melibatkan emosi, suasana hati, keadaan sekitar, dst. Dengan konsep menulis dalam bentuk percapakan ini akan lebih mudah untuk mengekplorasi karakter tokoh, mengembangkan alur cerita, memberikan gambaran lingkungan dimana cerita tersebut sedang berlangsung.
- Gunakan semua indrawi kita, mulai untuk melibatkan semua indra dalam rangkaan cerita yang kita tulis yang akan “memprovokasi” pembaca secara halus untuk menggunakan indrawi mereka secara relevan dengan isi cerita yang sedang dibacanya. Misal untuk menceritakan rasa pedas, “ Aku hanya makan satu sendok sambal, tak hanya membuat lidah terbakar tapi juga hidung ingusan, teliga terasa panas, mata-mata berkaca-kaca,…..” dan sebagainya.
- Untuk membuat deskripsi orang, benda, suasana, perlu digali penggunaan kalimat yang bisa membangkitkan imajinasi pembaca. Misalnya, kolam renang dangkal. “anak-anak bisa belajar renang sendiri di kolam itu tanpa perlu takut tenggelam”. JAdi, intinya pandai-pandai memilih dan menggunakan kalimat “diplomatif”, kurang lebih demikian kalau meminjam bahasa para politikus.
- Seperti halnya padu padan kalimat bentuk lain yang lebih imajinatif untuk mendeskripsikan sesuatu, demikian pula dalam pemakaian kata benda dan kata keterangan. Hasilnya, pembaca tidak merasa “diceritani” saat membaca karya tulisan kreatif karena kalau model tulisan yang telling story biasanya akan cepat membosankan padahal baru membaca satu atau dua halaman buku.
- Perlu menggunakan majas yang tepat dan hati-hati agar tidak sampai menimbulkan kesan hiperbola. Kapan scene yang tepat menggunakan majas perbandingan, personifikasi, penegasan atau sindiran. Misalnya, angin bertiup akan lebih enak dibaca jika dituliskan “ semilir angin yang berhembus lembut mempermainkan ujung hijabku…”
- Untuk mengungkapkan emosi/perasaan dan variabel lainnya dalam menulis cerita yang kreatif harus dihindari penggunaan kata dan istilah yang sifatnya klise contohnya: “mukanya masam,” untuk menunjukkan ketidaksukaan.
Jadi jangan heran, para penulis buku-buku best seller melakukan riset/penelitian dan pendalaman tema cerita secara langsung dan intensive untuk membangun feel, mood, chemistry dan apapun istilahnya sebelum memulai aktifitas menulis kreatif.
Bagaimana, tidak sulit kan untuk menulis kreatif ?
Saya, Anda dan siapa saja bisa juga menulis kreatif.
Silahkan dicoba ya…….
Reference: http://www.ruangfreelance.com/
Point 6 kayaknya perlu belajar bahasa indonesia lebih banyak dan mendalam, supaya pemahaman majas bisa baik dan benar agar pembaca pun menikmati sajian tulisan yang menggugah semangat dan bergelora..
ReplyDeletesepertinya saya memilih menulis ilmiah aja deh mbak, hehe. ngeblog saya gunakan buat belajar ke arah sana.
ReplyDeleteuntuk tulisan kreatif atau sastra, saya cukup baca saja. kalau menulis, entahlah. :D
Semoga saya bisa ikuti tipsnya di atas
ReplyDeleteMenulis memang mudah kalau ada niat
Point 6 harus belajar lagi tuh. Karena sebebas apapun kita menulis. Tetap harus tahu juga bahasa Indonesia yang baik. Ya meskipun seringnya bercerita curhat ataupun jalan-jalan. Sedikit demi sedikit belajar juga tentang nulis yang baik itu gimana.
ReplyDeleteSalam kenal ya, keren tipsnya nih :)
jadi kita harus pandai mengkombinasikan antara emosi jiwa, kreatifitas kata-kata, serta keluasan wawasan ya mbak?
ReplyDeleteini nih ilmu yang wajib dipelajari sama para blogger pemula...
ReplyDelete