Kidung Kinanthi

Life is flowing in its story leaving history

  • Home
  • About
  • Sitemaps
  • Article
    • Opini
    • Story of Me
      • My Diary
      • My Poem
      • True Story
      • Love Story
    • Contact
    • Disclosure
  • UMKN Visit
  • News
Bismilllahirrahmaanirrahiim,

“Beneran neh tulisanmu ?,” tanya Vanya dengan mimik wajah menahan tertawa sesaat setelah membaca buku antologi yang di dalamnya ada satu judul tulisanku.
Aku menghentikan kegiatan mengetikku, sesaat.“ Memang kenapa, Van?”
“ Sosok Bagas demikian sempurna: tampan, pekerjaan mapan, romatis, setia... pria impianmu ya ?“ kuterima buku kumpulan cerpen itu dari Vanya
“ Ketika bicara impian tentunya yang sempurna kan? Aku yakin jodoh tak akan salah orang kok “
“ Jika dia tidak seperti sosok dalam tokoh imajinermu, gimana?” teman kostku itu kembali mengejar.
Aku terdiam sejenak, pertanyaan temanku memang terdengar sederhana tapi tidak sederhana untuk menjawabnya. “Setiap pribadi adalah individu-individu yang memiliki ciri dan karakerisitiknya masing-masing. Mencintai seseorang berarti sudah mengukur batas kemampuan diri sendiri untuk bisa menerima/memahami apa dan bagaimana dia sebagaimana adanya, sehingga segala perbedaan yang ada menjadi kekayaan bersama untuk saling menambah, mendukung dan saling menutupi kekurangan”.
“ Wouw, kalimatmu mengandung filosofis tingkat dewa tuh. Dan tiap membaca tulisanmu sepertinya kamu sudah sangat memahami bagaimana harusnya orang hidup menikah..”
“ Ini pujian apa sindiran neh?”
“ Membaca hasil tulisanmu, seperti membaca isi hatimu yang demikian ingin menikah lho?”
“ Ya iyalah, kita kan sahabatan sudah berabad-abad dan sampai sekarang tinggal satu kost “, jawabku sambil mengacak rambut Vanya gemas. “ Tentu saja kamu tahu banget gimana aku berharap bisa segera menemukan si pemilik tulang rusukku “.
Vanya tersenyum penuh arti “dua orang yang menjadi satu dalam pernikahan adalah suatu proses penyempurnaan, melengkapi dan pengkayaan kualitas diri melalui kekhasan dan keunikan masing-masing dalam rangka mewujudkan tujuan bersama “.
“ Kamu baca draft tulisanku 1000 jalan menemukan jodoh ya?”
“ Hahaha...tidak hanya membaca, bahkan aku sampaikan pada Mas Satrio dan dia jadi mantap tuh mengajakku menikah.”
“ Satrio?!” kali ini aku memutar tubuhku sehingga berhadapan dengan Vanya langsung. “ Kamu gak salah menyebut nama kan?”
“ Absolutely....I’m sure will marry him..!” jawab Vanya dengan mengangkat dua jarinya seperti orang mau di sumpah dalam persidangan.
“ Hanya tiga bulan aku training course di India? Tapi perspektifmu terhadap Satrio sedemikian berubah drastis ya..?”
“ Seperti katamu, kenal dari dunia Maya hanya cara awal kenalnya...siapa pun yang di dunia maya kan pada dasarnya sosok yang riil, Non?”
“ Iya, akan ada prosesnya yang bisa kita tempuh untuk mengenal orang-orang dari dunia maya secara actual...” ucapku mengafirmasi kalimat Vanya.
Yang berikutnya Vanya menceritakan tanpa aku minta tentang proses hbungannya yang demikian menuju serius dalam jeda tiga bulan aku tinggal ikut kursus gratis di India. Ternyata Satrio pun punya pola pikir yang menganggap bahwa sebuah hubungan bisa bermula dari cara apa saja termasuk jalur maya. Kalau punya itikad baik, tentu tak akan menampilkan identitas diri yang serba absurd apalagi jadi-jadian.
“ Setidaknya, untuk mengklarifikasi semua cerita diri kami masing-masing, terbantukan oleh beberapa teman kami yang sama. Memang bener kok kalau jejaring sosial membuat dunia semakin kecil...secara tak terduga tuh ternyata ada temanku SD yang jadi teman kuliah Satrio. Terus teman SMP Satrio ada yang jadi teman SMAku..” celoteh Vanya antusias dengan mata berbinar-binar dan wajah bersemu merah tiap kali aku ledekin betapa freaky-nya dia dulu sama orang yang dikenal dari dunia maya.
“ So, bagaimana denganmu? Ada yang prospek untuk more than friend?” Pertanyaan yang straight to the point itu membuatku tergagap beberapa saat tapi aku  berhasil mengalihkan topik pembiacaraan kembali pada rencana Vanya bersama Satrio.

*****
            
Aku menghentikan sketsa awal naskah fiksi, karena dari radius lima meter kulihat sosok Una menunjukkan penampakannya dengan rambut kriwil yang di kuncir kuda.
Sudah sejak dua bulan lalu aku bikin kesepakatan untuk kopdar dengan teman blogger yang terkenal dengan quote di blognya “ If You can’t be better just be different”. Sebelumnya kami hanya berinteraksi di dunia maya dan mumpung aku di Jakarta sekalian menyempatkan untuk ketemuan agar persahabatan kian guyub.

Dokumenatsi kopdar sebelumnya @Plasa Senayan
          
 “ Dah lama nungguin mbak? “. sapanya riang dan mengambil tempat duduk di sebelahku setelah adegan cipika-cipika diantara keramaian pengunjung Plasa Senayan.
            “ Yaa...belum lama kok, gak selama ngitung hasil pilkada kayaknya”.
            “ Padahal aku dah dari tadi tuh datang..tapi lihat Mbak Ririe asyik sama note-nya getu, jadi biarin dulu deh..”
            Meski aku dan Una baru pertama kali ketemu tapi suasananya sudah melting banget karena hampir tiap hari kami ngobrol secara On line. Jadi bertemu secara face to face hanya beda jalurnya saja, selebihnya kami sudah saling mengenal sejak kali bertegur sapa di blogging.
            “ Lagi bikin tulisan apa sih, keliatannya asyik banget tadi..?”
            “ Hanya kebetulan saja terlintas ide untuk bikin fiksi tentang hubungan yang berawal dari jejak dunia maya..”
            “ Berarti tentang kita dunk..” pintas Una semangat.
            “ Yeee..GeEr, kan kubilang tadi fiksi, Sist!”
            “ Lha kita ini Fiksi apa bukan sey.., heheheheee”
            “Kumat deh sakau-nya..” Una hanya nyengir sambil mempermainkan rambutnya yang mulai memudar high light-nya
            “ Ehmmm, apa kamu selalu bisa welcome dengan orang yang kenal di dunia maya, Mbak?”
            “ Aku memang menganggap banyak teman bikin hidup lebih berwarna dan tambah saudara, meskipun kenal di dunia maya. Tapi tak selalu orang yang kukenal di bisa berteman dengan baik...pada akhirnya akan ada seleksi alam kok mana teman yang baik dan kurang baik..”
            “ Ciyeeee...banyak pengalaman neh rupanya?”
            “ Logis saja saja..kenal secara menjejak bumi saja kita kadang masih gak bisa berteman dengan akrab, maka kenal secara Maya akan lebih butuh lagi banyak kehati-hatian diri”
            “ Jadi?”
            “ Percayai sebatas data dan informatif selama belum teruji kevalidan apa yang dituturkan pada kita kan?”
            “ Weiiii...kayak uji statistik dunk?” seperti biasa pertanyaan Una yang spontan selalu bernada kritis.
            “ Menurutku..kamu sendiri sudah experienced untuk bersikap yang obyektif dalam berteman di jalur dunia maya...”
            “ Iya sih Mbak, dengan adanya intensitas komunikasi akhirnya kita bisa menilai kok teman yang kita kenal di dunia maya itu integritas dirinya seperti apa...konteks blind friendship itu kan sebenarnya adalah hasil dari sikap kita sendiri yang ceroboh?”
            “ Berawal kenal dari media cyber pun sebenarnya sosok orang yang nyata...dan merupakan pilihan masing-masing untuk menampilkan performance diri yang riil atau sebaliknya.”

Ternyata ngomongin jalinan persahabatan dari dunia digital bersama Una, teman yang kukenal dari ngeblog ini tetap seru, tak kalah seru dengan kopdar berempat dengan Mbak Alaika dan mas stupid monkey beberapa waktu sebelumnya. Keseruan kopdar yang menguatkan keyakinan saya bahwa jalinan persahabatan bisa bermula dari arah mana saja, termasuk dari jejak dunia digital. Kalau saja tak ingat waktu yang sudah beranjak sore dan saya harus menempuh rute Jakarta ke Tangerang alone, rasanya masih ingin berlama-lama ngobrol sama Una deh. 

=========

NOTED: Tulisan ini adalah salah satu dari isi Mozaik Kinanthi



13
Share
Istilah ekosistem Bismilllahirrahmaanirrahiim lebih umum atau lebih sering diidentikkan dengan ilmu biologi, yaitu   terjadinya hubungan timbal balik atau saling ketergantungan baik secara langsung maupun tidak langsung, antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Seperti kita ketahui bahwa ekosistem terbesar di dunia adalah kehidupan alam semesta ini. Dimana untuk ukuran ekosistem yang lebih kecil, kita mengenal ekosistem sawah, hutan, darat, laut, danau, gunung, pulau, kolam, dan sebagainya. 

Dan sampai sekarang pun, ketika mendengar kata EKOSISTEM yang spontan melintas di pikiran saya adalah pelajaran biologi #jadi merasa pernah sekolah.  Dengan mengacu pada definisi tersebut, berarti istilah ekosistem bisa dilekatkan berbagai bentuk pola hubungan yang terjadi antara suatu populasi dengan lingkungannya, salah satunya adalah untuk populasi blogger yang bisa pula diistilahkan dengan Ekosistem Blogger. Karena pada banyak kondisi, suatu ekosistem memiliki batas-batas yang transparan dan jelas, misalnya seperti pada ekositem yang terbentu secara alamiah: danau, gunung, pulau, kolam, dan sejenisnya. Tapi jika menerjemahkan suatu bentuk hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial yang memiliki   komponen-komponen serba sangat heterogen, maka batasan-batasan ekosistem memiliki ukuran yang flexible yang sering ditentukan secara buatan/kesepahaman [masyarakat umum]. Sehingga, Blogger dan Ekosistemnya bisa dikatakan merupakan ekosistem dengan batas-batasan hasil buatan saya akan keberadaan dan existensi blogger.


Blogger merupakan fenomena sosial yang semakin mewabah, maksud saya ketertarikan orang-orang untuk memmanfaatkan media blog semakin lama semakin banyak. Dan masing-masing pengguna blog atau blogger membawa passionnya dalam mengexplorasi blognya. Dalam proses berikutnya, populasi-populasi blogger yang memiliki kesamaan alasan/tujuan/minat akan membentuk komunitas blogger seperti foodblogger, parenting, fashion, beauty, traveler, techno dan masih banyak lagi komunitas blogger yang akan lebih berkembang lagi di masa-masa mendatang. Bergabungnya beragam komunitas blogger akan membentuk populasi yang saling berinteraksi dan memiliki hubungan timbal balik, dinamika inilah yang menjadi salah satu variable definitif terbentuknya ekosistem blogger. Komponen-kompenen yang membentuk ekosistem blogger dengan genre-nya masing-masing yang pada interaksinya saling melengkapi dan memberikan warna yang menguatkan ekosistem blogger serta saling memberikan pengaruh yang positif.

Serangkaian event yang berbasis dan atau melibatkan BLOGGER, menjadi salah satu bentuk kondusifnya Ekosistem blogger. Bagaimana tidak kondusif, kalau banyak event dan acara-acara yang mengundang komunitas blogger tidak tersegmentasi pada suatu jenis komunitas tertentu. Iya memang sih, ada event yang mempersayaratkan kategori blogger tertentu, misalnya kudu blog yang bertema parenting, techno, atau apalah, tapi secara umum kebanyakan acara-acara yang terkait dengan blogger kan lebih melihat blogger sebagai suatu ekosistem yang heterogen. Semisal event Blogger Nasional, upload kompakan dengan tema tertentu, juga Liga Blogger ini, memberikan kesempatan semua jenis blog untuk berpartisipasi.

Selain antar interaksi sesama blogger, hubungan timbal balik ekosistem blogger saat ini lebih meluas. Saat ini sudah banyak pihak yang memperhitungkan pelaku blogger sebagai profesi yang profesional untuk diajak kerjasama. Di undang untuk launching suatu jenis produk, publikasi suatu program dari suatu organisasi [pemerintah maupun non pemerintah, keterlibatan blogger dalam kegiatan-kegiatan sosial non profit, membuktikan bahwa Blogger dan ekosistemnya menunjukkan grafik perkembangan yang sangat dinamis.  Semakin semaraknya kegiatan, acara atau event yang terdapat keterlibatan blogger [blogger komunitas tertentu maupun blogger secara umum], membuktikan jika EKOSISTEM blogger semakin eksis karena hubungan timbal-balik yang terjadi semakin meluas menembus lintas bidang, sosial, usia dan gender.

Semoga hubungan timbal balik, baik antar komunitas blogger maupun dengan lingkungan di luar blogger memiliki dinamika yang mengarah pada hubungan mutualisme, yang artinya semakin banyak tawaran post paid gettu deh. At least, minimal hubungan timbal balik yang kita harapkan adalah secara komensalisme deh.
Dan……bagaimana Ekosistem Blogger menurut Anda? 

13
Share
Bismilllahirrahmaanirrahiim,
 “ Kok masih santai? Sudah jam berapa ini?” teguran Ibu serta merta membuatku berhenti melemparkan makanan ke kolam Lele.
“ Belum jam 6 kan Bu?”
“ Iya belum jam 6 sore…” jawab Ibu sambil masuk rumah dan aku pun bergegas mengikuti langkah ibu. Kulihat Jam dinding sudah menunjukkan jam 6 lewat 10 menit.
Akibat terlalu asyik bercengkerama dengan piaraan ikan lele jadi lupa waktu untuk berangkat sekolah padahal sudah berbaju seragam rapi. Aku langsung bergegas mengambil tas sekolah dan buru-buru pamitan dengan mencium tangan Ibu. Kebetulan Bapak masih di Surabaya jadi ‘mandor’ di rumah Mbak Rani yang sedang merenovasi rumahnya. Sapaan tetangga yang kutemui sepanjang jalan menuju pangkalan angkuan desa hanya ku jawab dengan satu kata “ ya..” dan seulas senyum. Sambil berjalan setengah berlari, hatiku dipenuhi harap-harap cemas takut ketinggalan kloter colt yag di penuhi anak-anak sekolah. Jika sudah lewat setengah tujuh, artinya angkutan dominan berpenumpang umum sehingga akan nunggu muatan penuh baru mau berangkat.
Beberapa meter sebelum jalan pertigaan, kulihat colt hitam sudah siap melaju. Maka dengan segera aku melambai-lambaikan tangan memberi isyarat minta untuk ditunggu.
“ Ku kira sudah berangkat tadi…” komentar Pak Darma, sang sopir colt angkutan desa begitu aku mendudukkan pantatku di bangku yang masih kosong. Penumpangnya sudah hampir penuh, jadi tidak perlu cari tambahan orang lagi.
****
Jarak sekolah dari rumah sekitar 10 KM, jadi aku menempuhnya dengan naik angkutan karena Ibu belum mengijinkanku bawa motor. “ lebih aman naik colt saja, kalau bawa motor nanti kamu ngebut-ngebutan” demikian alasan masuk akal dari ibu. Aku kenal dan mulai akrab dengan Pak Darma sejak masuk SMU karena sering naik colt angkutan yang dikemudikannya.
Sebenarnya sopir dan kenek yang lainnya juga lumayan kenal, tapi karena seringnya naik colt hitam Pak Darma jadi aku merasa lebih akrab dengan sopir yang sudah berusia separuh abad itu. Saat masih di kelas 1 SMU, masuk sekolahnya siang jadi sewaktu pulang seringkali sudah tak banyak angkutan yang beroperasi karena sudah tak banyak penumpang. Makanya para sopir angkutan lebih memilih masuk garasi sebelum jam lima sore. Dan Pak Darmalah yang masih setia beroperasi untuk menunggu kepulangan anak-anak sekolah yang masuk siang. Padahal jumlah kami gak sampai penuh coltnya dan tariff anak sekolah hanya separuh dari ongkos resmi. Jadi kalau di hitung, uang yang kami bayarkan mungkin hanya impas untuk beli BBM saja.
*****
Seringkali jelang jam sekolah bubar, Pak Darma sudah stand by di dekat sekolahku yang artinya sangat membantu karena tak perlu berjalan hampir 500 meter menuju lokasi terminal.
“ Kok kamu sudah pulang duluan, Man?”
“ Jam terakhir kosong Pak..” jawabku saat sampai di terminal dan ternyata colt pak darma yang siap berangkat. “ Masih sering nunggu anak sekolah yang masuk sore ya Pak?”
“ Hehehe..iya, kasihan kalau gak di tungguin, mereka bisa kemaleman sampai rumah”
“ Iya sih Pak, kalau gak ada angkutan lagi pasti jalan kaki dari halte bis yang di pertigaan itu. Pernah tuh aku ngalami jalan kaki lumayan masih sekitar 2 KM lebih untuk sampai rumah…”
“Orang tuanya tentu cemas dan kuatir kalau sampai malam anaknya belum pulang sekolah, terutama lagi jika anaknya perempuan, Man” sambil berkata demikian, kulihat pandangan Pak darma menerawang. Wajahnya nampak berkabut sekilas. Aku yakin Pak Darma teringat akan anak gadisnya, yang menurut ceritanya seumuran denganku seandainya diberikan umur panjang.
“Pak, coltnya dah hampir penuh…di berangkatkan saja. Sambil jalan sapa tahu dapat penumpang lagi” celetuk seorang penumpang yang sudah tak sabar lagi menunggu. Dengan senyumnya yang khas pak sopir menjawab “ Sebentar lagi ya Bu, kenek saya masih cari penumpang. Nanti kalau sudah datang, saya janji langsng berangkat kok.”
Begitu Udin sang kenek muncul, maka Pak Darma pun segera membawa colt hitamnya melaju. Ia begitu pengertian pada penumpang dan tak jarang dia membawa coltnya meski hanya berisi beberapa penumpang saja.
“ Yang penting beli BBM dan bisa setor sesuai perjanjian dengan juragan colt. Sisanya untuk Udin…kalau aku cukup bisa untuk beli makan dan minum sajalah” demikian prinsip Pak Darma menjalankan colt angkutan. Dia tidak begitu mengejar dapat jatah banyak dari hasil mengemudikan colt angkutan. Seakan sisa hidupnya sudah cukup jika bisa berbuat untuk orang lain. Dan aku sangat paham dan mengerti kenapa Pak Darma bisa sedemikain bersikap seperti itu.
*****
Pada suatu kesempatan saat aku masih kelas 1 dan ketika kelasku keluar lebih dulu, kala itu sambil menunggu kelas yang lain keluar, aku duduk santai dengan Pak Darma di dalam coltnya. Saat itu, tanpa sengaja perbincangan kami kemudian mengalir pada kisah kehidupan pribadi Pak Darma. Aku mengenal Pak Darma sebagai warga pendatang di desaku, hidup sendirian di sebuah rumah sederhana milik seoarang warga yang sudah tak ada yang menempati karena semua anak sang pemilik rumah berada di luar kota. Saat sang pemilik rumah di panggil yang Maha Kuasa, rumah tersebut dipersilahkan bagi siapa saja yang mau menempatinya yang penting amanah untuk menjaga dan merawatnya.
“ Kulihat Pak Darma gak pernah pulang kemana gitu…”
“ Mau pulang kemana lagi, Man? dimanapun aku berada, ya di situlah rumahku” Pak Darma selalu saja memanggilku hanya “Man”, padahal namaku cukup keren Abdul Firmansyah
“ Keluarga Pak Darma gimana? Tentu mereka merindukan Bapak lho?”
Mendapat pertanyaan sederhanaku, serentak Pak Darma terdiam. Kerutan di wajahnya tampak semakin jelas dan tatapan matanya tampak meredup. Dinyalakan sebatang rokok tembakau racikan tangannya sendiri. Asap yang yang keluar dari mulutnya dia permainkan hingga membentuk seperti lingkaran-lingkaran, sesaat kemudian hilang bersama aliran udara.
“ Semoga mereka merindukanku, hingga saat kelak maut menjemputku mereka mau menemuiku…”
Aku tersentak kaget sekaligus merasa bersalah karena telah membuat Pak Darma bersedih mengenang akan keluarganya, istri dan anak yang tak mungkin lagi di jumpai dan di peluknya dengan segenap kasih sayang.
“ Hidup dan mati rahasia Ilahi, aku tak pernah menyangka akan kehilangan istri dan anakku sedemikain cepatnya. Kadang aku tak percaya jika mereka sudah pergi selamanya. Dan semua itu karena salahku…”
Aku yakin rasa bersalah, kehilangan dan penyesalan sedemikian pekat menguasai perasaan Pak Darma. Istrinya meninggal saat proses melahirkan dimana kala itu Pak Darma sedang jagong manten dan main kartu dengan asyiknya. Dan dia tak segera bergegas pulang saat tetangga yang memberitahukan  datang menemuinya. Di saat penting dan genting, dia justru lebih menunda untuk pulang karena merasa kurang satu putaran lagi bakal menang. Dia memang menang dalam permainan kartu tersebut tapi harus di bayar dengan harga yang sangat mahal yaitu kehilangan istri dan bayi perempuanya karena bidan yang di panggilnya datang terlambat.
“ Akibat egoku, aku harus menanggung perasaan ini seumur hidup. Aku sangat mencintai mereka, andai saja waktu bisa aku putar kembali….” Demikian cerita pilu yang menjadi alasan Pak Darma meninggalkan kampung halamannya. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain, berharap menemukan kedamaian dan kebahagiaannya kembali. Hingga langkah kakinya sampai di desaku dan menerima pekerjaan sebagai sopir colt angkutan umum.
Sejak aku tahu kisah kehidupan Pak Darma, aku berusaha bisa menjadi teman bicara yang baik sebatas mampuku, berharap bisa sedikit mengobati kerinduan Pak Darma pada anaknya. Pada dasarnya Pak Darma orangnya supel, jadi dengan siapa saja dia bisa bergaul akrab. Baginya hidup akan lebih berwarna jika bisa berbuat banyak untuk orang lain “ aku hanya hidup sendiri, dengan berbuat baik pada siapa saja akan bisa membuatku merasa tak sendirian, Man”.
Bagiku Pak Darma seperti guru kehidupan tanpa gelar dan kurikulum. Bagaimana seharusnya aku bisa lebih meyayangi kedua orang tuaku, memanfaatkan waktu agar tidak menyesal kemudian, dan banyak hal lainnya yang aku tangkap dalam setiap percakapan-percakapan dengannya saat pulang sekolah atau kesempatan lain jika kami sedang bersama menunggu colt penuh penumpang. Namun semua nasehat yang selalu dia sampaikan dalam nada bercanda itu tak akan pernah lagi terulang. Semua nasehat itu akan terukir dengan indah di langit hatiku.
“ Ada kecelakaan sepertinya..” Ucap sang sopir angkutan yang ku naiki siang itu. Kulihat beberapa meter di depan, banyak orang berkerumun sehingga jalanan menjadi macet. Dengan rasa ingin tahu, aku turun mengikuti langkah sopir angkutan untuk melihat dari dekat korban kecelakaan. Pikiranku langsung di sergap rasa panic dan kuatir manakala kulihat colt hitam yang sangat aku kukenali sudah ringsek. Semakin dekat langkah kakiku, semakin banyak genangan darah memerah di permukaan aspal. “ Innalillahi wa inna ilahi roji’un..” desisku tertahan. “ Pak Darma…” hanya itu yang keluar dari mulutku. Kulihat banyak bintang-bintang beterbangan di pelupuk matakau untuk kemudian dunia menjadi gelap total di sekitarku.
“ Alhamdulillah kau sudah sadar, ini di minum teh hangatnya biar lebih enakan di badanmu..”
“ Pak Darma, Bu…dia…”
“ Iya, Pak darma meninggal, dia berusaha mengerem ketika ada perempuan hamil hendak menyeberang namun ada  truck yang melaju dengan kecepatn tinggi dan menabraknya dari arah belakang” tutur ibuku dengan nada sedih dan mata berkaca-kaca. “ Kalau kau sudah merasa lebih baik, mungkin bisa ikut mengantar Pak darma untuk kali terakhir…” pungkas Ibuku sambil menyeka sudut matanya.
Seperti halnya aku yang merasa kehilangan, ibuku juga merasa kehilangan oleh kepergian Pak Darma dan aku yakin semua orang yang mengenal beliau akan merasakan hal yang sama karena Pak Darma memang orangnya terkenal ramah dan ringan tangan untuk membantu siapa saja yang membutuhkan bantuan. Dalam perjalanan menuju ke mesjid untuk ikut menyolatkan Pak Darma, terngiang kembali kalimat yang pernah di ucapkan Pak Darma kali terakhir aku bertemu dengannya “ hidup itu singkat, cintai selalu keluarga dan orang terdekatmu karena kita tak pernah tahu saat kehilangan mereka. Jangan pernah menundanya”





4
Share
Tak Ada Istilah Pensiun. Gegara habis bikin [Sekilas] Photoblog Machinami  jadi ketularan pengen untuk sesekali memposting dengan tema: Biar Foto yang bicara. 

Bismilllahirrahmaanirrahiim, Berikut ini foto-foto yang saya ambil dari pasar. Awal ketertarikannya ketika saya melihat seorang Ibu yang sekira Simbok saya, dengan semangatnya menawarkan parutan kelapa. Dan inilah hasil Paparazi dan sepengetahuan si Ibu lho?

Saya tayangkan sebagian action beliau mulai dari memecah kelapa dengan Pisau besar [ di desa saya disebut Bendo], hingga bagaimana si Ibu menyimpan uang di kantong kain yang terlihat sudah lusuh sebagai dompetnya.






Dan, Ibu tua tersebut harus bersaing dengan pemarut kelapa yang menggunakan mesin [seperti terjepret di bawah ini], tapi saya yakin Meski pesaing akan tumbuh dan berkembang dengan inovasinya masing-masing, tapi rejeki tak akan tertukar selama kita mau bekerja dan bersungguh-sungguh.


Setidaknya, dari acara belajar memotret [pengennya] ambil angle human interest-nya, ada hal-hal lain yang tak kalah menarik yang saya dapatkan, yaitu:
  1. Tetap aktif bekerja adalah salah satu ekspresi bersyukur
  2. Dari antusiasme si Ibu tua penjual parutan kelapa, seolah memberitahu saya akan aplikasi konkrit "Bekerjalah seolah-olah akan hidup 1000 tahun" di samping khusyulah beribadah seakan-akan besok akan mati.
  3. Tidak ada istilah usia manula untuk tetap produktif. Menikmati masa tua bukan berarti duduk leyeh-leyeh di rumah, makan, minum, tidur, jalan-jalan, tapi Bekerja dilakukan dalam rangka menikmati masa tua. Meski secara nominal, uang yang dihasilkan tak seberapa, tapi value-nya adalah bahwa meski pun sudah tua dan semakin merenta, beliau tidak ingin menjadi beban orang lain. Selama sukma masih menyatu dengan raga, dan kesehatan mendukung untuk berkarya, why we can't take ACTION. 



"Not Everyone That Worked Hard Has Succeeded, 
But Everyone That Succeeded Has Worked Hard" ‪#‎DONow Follow Your Passion and Get Your Dream





7
Share
Bismilllahirrahmaanirrahiim,
Rania mengusap wajahnya diikuti dengan hembusan nafas berat. Ia tak tahu apakah lagu-lagu romantis yang sedang mengalun syahdu memenuhi ruangan café itu atau para pengunjung yang datang berpasang-pasangan yang membuatnya terhanyut dalam perasaan sentimentil.
Kenangan redup yang membangkit
bersenyawa dengan partikel – parikel udara
Mengungkit haru rintihan hati
dan membentangkan sayap-sayap lara perpisahan
Yang tlah teranyam dalam bingkai masa lalu.
Salam perpisahanmu kepada ‘sgala kehangatan asmara
Dalam sendiri, dawai kerinduan itu kadang masing berdenting
bergema di ruangan nurani meski tak lagi seindah dulu
Sementara bayangmu pun kian memudar dan kabur
Diantara tautan harap dan kenyataan.
Dari kaca jendela nampak gerimis mulai turun teratur membentuk tirai yang berlapis – lapis. Hujan yang sudah seperti ritual setiap menjelang pergantian tahun, turun renyai, jatuh halus seperti benang perak yang dijatuhkan para dewa dari langit, seakan mewakili kristal-kristal bening yang tertahan di kelopak mata Rania.
Rania mengedarkan pandangan menjelajah ruangan café yang terisi separo lebih pengunjung, dirasakannya ada sepasang mata yang sedang mengawasi dengan tajam. Kalau saja pakerjaan hari ini tidak menumpuk banyak, aku tentu tidak akan lupa dengan makan siang dan tidak perlu terjebak di café ini. Tentu mereka berpikir yang bukan – bukan melihatku sendirian malam Minggu begini dalam café yang gaul dengan pasangan muda – mudi. Ah, masa bodoh dengan anggapan mereka semua ! Toh hanya kebetulan saja tadi aku sedang melintas di depan tempat ini saat protes maagku muncul.
Rania mengalihkan pandangannya keluar café, melihat hujan yang belum berkurang ritmenya. Barangkali lebih baik menerobos hujan dan kemacetan jalan raya yang tergenang air hujan daripada tetap di sini, dan baru Rania akan bangkit dari tempat duduknya setelah menghabiskan sisa minum saat seseorang datang menuju kearahnya dan kemudian membungkuk mengambil syal yang jatuh dekat kursinya.
“ Ini pasti syal Anda !” ujar orang itu dengan sangat yakinnya sambil meletakkan benda itu di meja.
Rania mengangguk kecil “ Terima kasih “
“ Tidak keberatan saya duduk di sini ? ”
Tanpa menunggu persetujuan Rania, orang itu sudah duduk dengan santai dan langsung melambaikan tangan pada pelayan café.
Tipikal orang yang punya rasa percaya diri tinggi. Umurnya mungkin sebaya denganku tapi aku hanya sejajar pundaknya bila berdiri di sebelahnya.  Dengan kombinasi garis wajah aristokrat serta tatapan sepasang mata yang teduh begitu, aku tidak heran jika sudah banyak gadis yang langsung jatuh hati pada pandangan pertama walaupun penampilannya tidak macho !
“ Apakah saya telah membuat anda teringat tentang seseorang ?” Rania tertawa kecil, kemudian berdiri “ Permisi, saya harus pergi sekarang!” Namun baru satu langkah Rania mengayunkan kakinya, sebuah telapak tangan yang halus mencekal pergelangan tangannya, “ Syal ini, apakah akan ditinggalkan begitu saja setelah hampir sewindu di simpan ?”
Dengan diliputi rasa heran yang tak bisa ditutupi, Rania kembali duduk lagi, dan mengamati orang itu dengan lebih seksama dan seperti tidak perduli dengan reaksi Rania, orang itu malah asyik mengaduk-aduk minuman pesanannya yang baru datang.
Apakah aku tampak begitu berbeda dan berubah sampai kau tidak mengenaliku lagi ? Atau memang kau sudah tidak ingat dengan diriku ?
Rania beralih mengamati syal sutra warna biru laut dengan motif bunga teratai yang ada ditangannya dan perlahan membaca tulisan yang tertera disudut syal itu: Dari  Ghana untuk Rania
“ Kenapa menatapku seperti itu ? Masih belum percaya kalau aku Lingga yang delapan tahun lalu adalah murid privat Mbak Rania ?”
“ Lingga si bocah bandel dulu itu……
“It’s me, makin cakep ya Mbak? “
Mungkin penampilan Lingga terlihat ada perubahan di mata Rania setelah hampir enam tahun tidak bersua karena Lingga melanjutkan kuliahnya di Ausie, tapi semua kebandelan dan usilnya tetap membekas dalam ingatan Rania, terlebih Lingga juga yang mempertemukannya dengan Ghana.  Seperti halnya Rania yang dulu menjadi guru les privat Lingga untuk pelajaran Kimia, maka Ghana adalah guru les privat yang mengajar Matematika dan Fisika. Ide dan skenario Lingga yang kemudian bisa membuat Rania dan Ghana jadian.
Hubungan kasih yang terjalin demikian indah, kompak, padu dan harmonis...demikian Lingga menyebutnya kala itu “ Sama-sama cinta pertama dan semoga yang terakhir ya...” demikian kalimat Lingga di saat party kecil menjelang dia berangkat ke Ausie. Ada yang berdesir perih mana kala fragmen kenangan itu hinggap pada sesosok lelaki bernama Ghana yang telah membuatnya tertawa bahagia dan luluh menangis untuk rasa yang sama: cinta !
Tapi tetap saja lekat
Diorama hati yang menangis kala melihat langkahmu
yang jauh dan semakin menjauh ketika itu
Adalah tawa dan luka yang bersenggama mesra,
duka yang mencabik segenap saraf sukma
dan palung kesunyian yang menghunjam di relung sanubari
“ Mbak, are you okay..?” Rania menarik bibirnya untuk menghadirkan seulas senyum terbaiknya, tapi justru ekspresi getir yang terlukis sangat jelas di wajahnya. “ Sudah tiga tahun lebih berlalu, mau sampai kapan Mbak Rania mengenggam erat semua kenangan Mas Ghana? Let him go, please..? ”
Semua orang juga bilang seperti itu, Ngga. Semua orang bilang aku tak boleh terus hidup dalam kenangan kebersamaanku dengan Ghana. Percayalah, aku juga ingin melakukannya, meneruskan hidupku dengan cinta baru meski tak akan pernah sama dengan cinta yang di berikan Ghana. Aku juga tahu, Ghana tentu ingin aku hidup bahagia meski tanpa kehadirannya lagi.
“ Meski hubungan kami terajut dalam jalinan long distance, namun Ghana dengan caranya bisa membuatku merasakan dia di dekatku meski tanpa kehadirannya langsung. Hanya bedanya dulu kami terpisah oleh jarak dan sekarang alam kehidupan yang berbeda, itu artinya Ghana masih tetap ada dalam setiap molekul udara dimana aku berada, Ngga…”
“ Mbak, cobalah melepaskan mas Ghana berada pada periode masa lalu…” Mendapatkan kenyataan bahwa orang yang demikian di cintai tak lagi bisa di miliki, bahwa kehadirannya ternyata hanya untuk jangka waktu yang singkat memang tidak mudah- amat sangat tidak mudah bahkan.
“ Aku yang menyebabkan Ghana meninggal, jika saja hari itu aku tidak minta dijemput…..ingin sekali aku melupakan peristiwa itu.”
“ Mbak Rania hanya perlu memulai tersenyum dan tertawa tanpa mengenang Mas Ghana. Tak ada yang menyuruhmu melupakan, hanya mulai sedikit demi sedikit mengisi hari-hari tanpa bayang-bayang Mas Ghana..”
“Tak perlu waktu lama untuk bisa mencintai Ghana, tapi untuk melupakannya……”
“Jangan bilang seumur hidup pun tak bisa untuk melupakannya” pintas Lingga cepat “No one ask you to forget him but start to realize he’s already belong to the past…”
 “ Kalau boleh jujur, aku juga tidak rela akan ada laki-laki lain yang kelak menempati posisi Mas Ghana kok. ” Aku tidak rela jika ada lelaki lain yang mencintaimu.
“Ghana tak pernah ingin aku mencintainya 100% atau 24 karat. Dia bilang bahwa aku juga harus mencintai diriku sendiri….” gumam Rania seolah bicara pada dirinya sendiri. “ Ghana bilang seberapapun aku mencintainya tetap harus mengutamakan untuk menjaga cinta pada diriku sendiri karena kebahagiaanku tidak boleh ditentukan oleh variable di luar diriku….”
“ Setiap akhir dari sesuatu merupakan awal untuk hal yang baru dan sebuah cinta yang berlalu sejatinya tidak benar-benar sirna hanya mengalami perubahan bentuk kan Mbak?”
“ Kamu bisa saja, gak sekalian kamu determinasikan dalam integral?” Rania tersenyum “Aku tak akan bertanya bagaimana kamu bisa menemukanku, sama seperti aku tak pernah bertanya bagaimana kamu dulu bisa mengatur strategi aku dan Ghana bisa saling jatuh cinta. Yang jelas, terima kasih sudah menjadi saksi perjalanan cinta kami ”
Rania mengambil tasnya dan melipat syalnya kemudian di letakkan di depan Lingga. “ Sebagai langkah memulai, bisa aku minta tolong menyimpan syal ini sementara waktu kan?”
“ Siap, dengan senang hati dan penuh perhatian aku akan menyimpan syal ini untuk cinta kalian”
“ It’s time to start love him with another way and new version “ Ujar Rania mantap sesaat sebelum berpamitan untuk meninggalkan café duluan seiring rintik-rintik sisa hujan yang menyusut berganti kemilau cahaya lampu-lampu yang sudah menyala di pinggir-pinggir jalan.
Melodi yang mengalun tanpa nada
Meski gelisah semakin menyesap bersamaan tetes-tetes hujan
Yang turun teratur merata
Maka pedih dan perih hanyalah warna lain dari tawa
Sedihku tanpa kata, hanya sedikit sunyi
Semacam tetes air  yang menagih pelangi pada langit
Sedihku tanpa kata, perihku tanpa suara
Denting kesepian menamparkan kenyataan
Hidup selalu membawaku pada pilihan-pilihan lain
dalam pilihan itu
Suka atau tidak suka, Mbak Rania  harus mulai menerima bahwa kehadiran Mas Ghana memang hanya untuk periode yang sudah usai ceritanya. Sudah tak ada lagi cerita yang bisa di jalani kecuali menata ulang hati dan perasaan Mbak Rania untuk membangun bahagia tanpa Mas Ghana bersama siapa pun yang nanti akan datang untuknya. Bukan hanya karena ini amanah Mas Ghana di email terakhirnya tapi juga karena kini kusadari jika rasa perduli dan sayangku padanya telah beruba, membawaku pada pilihan untuk menjadi lelakinya.




19
Share
Newer Posts Older Posts Home
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK MENCOBA. ~ Ali Bin Abi Thalib

My photo
Ririe Khayan
Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com
View my complete profile
  • Cara Cepat dan Aman Mematikan Ikan Lele
    Ikan dan Belalang (berdasarkan ajaran agama yang saya anut) termasuk jenis [bangkai] hewan yang halal untuk dimakan. Tapi tidak berarti k...
  • Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ?
    Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ? Bagi orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan atau lokasinya masih berdampingan al...
  • Brand Susu Untuk Kesehatan
    Jika ada pertanyaan: Sehat ataukah sakit yang mahal harganya? Bismillahirrahmaanirrahiim , kalau menurut saya, secara ‘value’ kondisi se...
  • Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online
    Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online . Sebenarnya persyaratan dan alur pembuatan proses secara langsung ( walk i...
  • Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil
    Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil . Jika Anda sedang berusaha punya anak, menunggu kapan Anda resmi ...
  • Lima Cara Mengaktifkan (Kembali) Google Adsense yang Diblokir
    Sebaiknya dikesampingkan dulu bila ada yang beranggapan Akun GA di Banned, tak bisa diaktifkan.  (Ternyata) Google Adsence Bisa Aktif  Kem...
  • Panic attack Ketika Terkena HERPES Zoster
    P anic attack Ketika Terkena HERPES Zoster . Mendengar kata HERPES, bisa jadi sebagian orang langsung tertuju pada nama penyakit yang satu ...
  • Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin
    Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin   .Mungkin kita pernah mendengar peristiwa keracunan sete...
  • Suplemen Madu Untuk Membantu Atasi Anak Yang Susah Makan
    Punya pengalaman menghadapi anak yang susah makan? Ada yang baper karena selera makan putraatau putrinya belum variatif yang berputar seki...
  • Serunya Mudik Naik Kereta Api Probowangi
    Usai long wiken Idhul Adha...jadi ngayal kalau tiap bulan ada long wiken 4 hari gitu pasti indah sekaliiiii...... #Plakkk [digampar klomp...

Blog Archive

  • ▼  2024 (3)
    • ▼  December (1)
      • Manfaat Penting Bermain Untuk Anak-Anak Usia Pra S...
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2022 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2021 (45)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (7)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (6)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2020 (43)
    • ►  December (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2019 (35)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
  • ►  2018 (49)
    • ►  December (5)
    • ►  November (11)
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (51)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (6)
    • ►  February (7)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (73)
    • ►  December (5)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (10)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (12)
  • ►  2015 (118)
    • ►  December (12)
    • ►  November (12)
    • ►  October (11)
    • ►  September (11)
    • ►  August (12)
    • ►  July (8)
    • ►  June (8)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2014 (60)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (6)
    • ►  September (5)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (11)
    • ►  February (10)
    • ►  January (8)
  • ►  2013 (90)
    • ►  December (7)
    • ►  October (5)
    • ►  September (6)
    • ►  August (9)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (13)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (126)
    • ►  December (6)
    • ►  November (5)
    • ►  October (14)
    • ►  September (10)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (11)
    • ►  May (12)
    • ►  April (12)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (10)
  • ►  2011 (69)
    • ►  December (11)
    • ►  November (11)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (9)
    • ►  July (7)
    • ►  June (18)
    • ►  May (5)
Ririe Khayan is an Intellifluence Trusted Blogger

Juara LBI 2016

Juara LBI 2016
facebook twitter youtube linkedin Instagram Tiktok

Labels

Advertorial Aneka Kuliner Article Blog Award Book Review Contact Me Disclosure English Version Fashion Fiksi Financial Gadget Give Away Guest Post Info Sehat Informasi Inspiring Lifestyle Lomba Love Story My Diary My Poems Opini PR PerSahabatan Pernik-Pernik Renungan Review Skincare Technology Traveling True Story UMKM Visit Who Am I? Writing For Us banner parenting




Copyright © 2019 Kidung Kinanthi

installed by StuMon