Kidung Kinanthi

Life is flowing in its story leaving history

  • Home
  • About
  • Sitemaps
  • Article
    • Opini
    • Story of Me
      • My Diary
      • My Poem
      • True Story
      • Love Story
    • Contact
    • Disclosure
  • UMKN Visit
  • News
Pesona Gunung Pegat Di Babat-Lamongan, konon kisah dibalik nama gunung ini dikaitkan dengan cerita (mitos?) bahwa pasangan yang baru menikah jika melewati jalan di Gunung ini akan mengalami nasib pegatan ~ pisah~ cerai? Dan untuk menolak/menetralkan stigma tersebut, pasangan pengantin baru yang melintasi disitu harus melepaskan sepasang ayam. Maaf ya, cerita ini saya tahunya secara tutur tinular alias katanya dan katanya.

Bismillahirrahmaanirrahiim Sepintas membaca judulnya sangat mungkin akan memberikan gambaran tentang sebuah gunung dengan ketinggian yang menjulang dan penuh tantangan untuk mendakinya. Atau mungkin terhipnotis oleh kata pegat ~ cerai atau pisah [bahasa Indonesia]? 

Dan langsung pada berbagi cerita tentang sekelumit singgah saya beberapa waktu lalu kala mudik ke gunung kapur yang lokasinya berjarak sekitar 9 KM dari kampung halaman saya yang tercinta. Kalau dari arah Kota Babat sekitar 1 KM ke arah selatan ( sebelum pertigaan Nguwok). Sebenarnya keberadaan Gunung Pegat di Babat sudah menjadi bagian pemandangan yang akrab sejak saya SMA karena tiap hari berangkat - pulang sekolah melewati jalur gunung kapur ini. 

Sebenarnya sudah sejak luuuaamaa, terbersit hasrat hati untuk melihat secara langsung bagaimana wajah dan penampakan gunung yang terkenal dengan nama Gunung Pegat tersebut. Ya masak sih sudah pernah nekad main ke Gunung Bromo dan Kawah Ijen, tapi belum explore ke Gunung pegat yang ada di depan mata?  maka, pada mudik edisi sebelumnya saya dan seorang adik sepupu (namanya Devi Mutiara ~ Hariku adalah hidupku) sudah bertekad bulat akan ke Gunung Pegat, mumpung liburan panjang tapi ternyata gagal total dengan sukses! 
Letak Gunung Pegat - Babat ini sangat mudah ditemukan. Tidak sampai 30 menit kami pun sampai di jajaran gunung kapur tersebut. Gunung yang terbelah oleh Jalan Raya Babat – Jombang, dimana bagian barat termasuk dalam wilayah Kabupaten Bojonegoro dan sisi timur jalan masuk dalam teritorial Lamongan [kabarnya sudah ‘dibeli’ oleh Pabrik Petrokimia Gresik].
Menjejakkan kaki di hamparan gunung pegat berada di sebelah sebelah barat jalan raya yang tak ada pohon-pohon rindangnya, untungnya matahari sedang bersahabat sehingga sinarnya tidak terlalu menyengat terik. Ada sebuah warung sederhana (tempat kami nitip parkir motor) dan rumah sederhana berdinding bambu yang sepi (kurang tahu apakah hanya tempat ngaso ~ istirahat para penambang batu kapur ataukah memang rumah hunian).

Saat mulai menjelajah bebatuan kapur yang landai, dengan pemandangan yang eksotis layanya gunung purba (mirip-mirip Tebing Breksi). hampir semua tebing/dinding terlihat seperti pahatan, efek dari bekas batu kapur yang ditambang. Ada beberapa bagian dengan genangan air serupa danau-danau kecil. kalau berkunjung ke Gunung pegat ini, recomended saat pagi hari atau sore hari. kecuali sudah siap untuk berjemur dan mandi sinar matahari, bolehlah ke Gunung Pegat siang hari.
Saat ke Gunung Pegat untuk kali kedua ( 2012), kami bertemu dengan 3 orang penambang batu kapur. Mereka bertiga berada di lokasi yang berbeda-beda, setipe dengan orang bekerja di sawah yang mengayunkan cangkulnya masing-masing di petak sawahnya namun tetap sesekali sambil ngobrol. Sambil menikmati hembusan angin semilir dan suara ayunan alat sejenis cangkul beradu dengan bebatuan kapur yang dicongkel. 

Ketika beberapa saat kemudian salah satu naik ke atas (posisinya menggali batu kapur di bawah), kami pun menyempatkan ngobrol. Si Bapak bercerita melakukan pekerjaan penambang kapur setelah pekerjaan di luar ‘jadwal’ nggarap sawah.

 “ Desaku hanya bisa tanam padi sekali saja, Nduk. Airnya tidak ada, jadi untuk menyambung kebutuhan sehari-hari ya nyari batu kapur di sini “ jelasnya sambil merapikan bajunya. “ Kalian darimana? masih sekolah atau kuliah ? “

Saya ketawa, kayaknya tampang saya BeTi ~ beda tipis kali ya dengan Devi sehingga dianggap masih sekolah/kuliah?


“Kalau sekolah yang bener, jangan mblarah...gak usah coba-coba minum pil koplo...” tuturnya dengan seulas senyum kebapakanya dan menceritakan bahwa anak-anak sekolah sekarang banyak yang aneh-aneh, seolah tidak tahu beratnya kerja keras orang tua untuk membiayai sekolah dan keperluannya.

Setelah jeda dengan obrolan yang wisely, saya pun mencoba mengajukan pertanyaan investigasi [sedikiiit kok] 

“ Kalau ambil batu kapur, pakai bayar ke desa atau bebas ?”
“ Siapa saja boleh nambang batu kapur. Enaknya modalnya hanya tenaga, beda dengan bertani..”
“ Kira-kira, sehari biasanya bisa dapat berapa? Minimal? “ tanya saya makin penasaran.
“ Kisaran 30 – 50 ribu. Kalau yang hancur itu satu pick up laku 15 ribu. Yang bongkahan sudah di bentuk persegi itu harganya 3 – 7 ribu per bijinya...”

Dan sebelum si bapak beranjak pulang, saya pun masih menyempatkan bertanya lagi

“ Pak, bisa diceritakan tentang asal-usul nama gunung pegat ini?”
“ Oalahh Nduk, aku tahunya dari kecil yowes jenenge Gunung Pegat dengan tradisinya jika ada pengantin baru yang belum sepasar menikah melewati sini maka mereka harus melepaskan sepasang ayam..itu saja.”

Ah, ternyata si Bapak yang asli berdomisili di sekitar Gunung Pegat pun tidak tahu kisah di balik nama yang unik tersebut.

“ Pulangnya jalan kaki ya Pak?” tanya Devi.
“ Iya, cari jalan pintas yang adhem. Punya sepeda motor tapi dipakai anak, orang tua ya harus ngalah tho sama anaknya?” ujarnya menjawab pertanyaan Devi.

Sepulang si bapak tadi kami masih menikmati pemandangan gunung pegat yag berukir relief buatan tangan para penambang batu kapur. Tampak Indah dan bisa jadi tempat yang nyaman untuk mencari ide. Banyak tempat yang terlindung dari sengatan sinar matahari sehingga bisa nyaman meski seharian di situ.

“ Kalau di sini seharian bisa seru neh, Mbak..”
“ Pastinya seru karena orang rumah bakal heboh nyariin kita yang pamit foto E-KTP tapi gak pulang-pulang  deh...”


Demikianlah, my little adventure dengan sepupu yang paling dekat dengan saya (ketimbang yang lainnya) karena kami memiliki banyak kesamaan: suka jalan-jalan [jika ada kesempatan], koleksi buku, serta sama-sama narsis!

Kalau Devi saat ini sedang menjalani masa 'karantina'nya di UGM dan masih bisa leluasa mudik sebelum dia HARUS menjalani kehidupan setahun jauh di seberang benua mulai September nanti. Dan Alhamdulillah akhirnya waktu mudik kemarin kami kesampaian juga untuk menyambangi gunung kapur tersebut.

Tanpa ada planning, begitu usai acara foto E-KTP dan waktu masih menunjukkan jam 10.30 WIB, maka saya pun mencetuskan ide untuk bablas ke gunung pegat. Gayung bersambut, Devi tidak keberatan karena sepeda motornya lagi day off (Bapaknya kurang sehat jadi gak mungkin akan membutuhkan sepeda motor hari itu). 

Btw, Selain Gunung Pegat - Babat ini, sebenarnya ada lagi sebutan Gunung Pegat lainnya di daerah lamongan, yaitu Gunung Pegat Ngimbang yang letaknya di antara Kecamatan Dradah - Kecamatan Ngimbang ( sama-sama berada jalur jalan Raya Babat - Jombang). Posisinya juga sama, terbelah oleh jalan raya.




Tak ada orang yang lebih berani selain orang yang tak mempunyai apa-apa. 
Dan tak ada yang lebih merasa tak memiliki apapun selain orang yang 
tawakal dan berserah diri kepada Allah SWT



Note: 
1. Foto Gunung pegat saya perbaharui dengan dokumentasi yang saya ambil saat kunjungan (lagi) tahun 2018.
2. Saat ini, gunung (2020) Gunung pegat yang sisi barat Jalan Raya sudah berdiri beberapa cafe yang hype
2. Semua percakapan aslinya dalam bahasa Jawa 
130
Share
Gerhana Coklat. Gerhana bulan dalam tahun ini sudah terjadi lebih dari satu kali tapi tulisan ini tidak dalam rangka menambah jumlah peristiwa alam tersebut karena memang TIDAK ada hubungannya dengan proses gerhana bulan. Postingan ini merupakan uraian singkat dari sebuah buku yang sudah saya terima sebagai hadiah GA yang diadakan oleh Pak Marsudiyanto: Yang semangat yang sukses. Dan  Bismillahirrahmaanirrahiim inilah uraian singkat dari buku tersebut:
Judul Buku       : Gerhana Coklat
Pengarang       : Julie
Penerbit           : Gerhana Coklat Publishing
Halaman          : 128 page
Cetakan III       : Pebruary, 2012

Gerhana Coklat merupakan kumpulan puisi yang ditulis oleh Mbak Julie sepanjang malang melintangnya di dunia blogging. Beragam tema puisi dituangkan dalam buku ini, tapi saya tidak menemukan puisi yang secara spesifik diberi judul Gerhana Coklat. 
Maka bisa jadi pemilihan judul Gerhana Bulan di-idiom-kan dari ragam isi puisi yang menceritakan tentang: ada cinta dan nestapa, ada duka dan bahagia. Beberapa puisi, dari penggunaan katanya ada yang tersirat backgorund dunia farmasi, seperti puisi yang diberi judul : Analisa Cinta Kualitatif dan Teknologi Formulasi cinta.
Terdapat 85 judul puisi, dimana yang 9 judul merupakan karya penulis tamu. Dari diksi dan makna puisi, seperti biasanya dimana satu kata merepresentasikan banyak arti dan the exactly meaning-nya tentu sang penulis yang lebih mengetahuinya. Membaca puisi-puisi yang terdapat dalam buku Gerhana Coklat ini, seakan mengajak kita untuk membaca sebuah diary yang di-puisi-kan karena kurun waktu penulisan yang dicantumkan terbilang sudah lama [ada yang ditulis tahun 2004].

SEPERTINYA menceritakan kejadian-kejadian yang dialami ataupun dirasakan oleh penulis pada saat menciptakan puisi tersebut. Menulis adalah melahirkan pikiran. Mengumpulkan serpihan kata. Mengendap dan melarungnya di semak hati. Demikian prolog sang penulis dalam kata pengantarnya

Dan secara keseluruhan, isi puisinya [menurut saya] termasuk puisi modern: mengalir lepas sesuai isi hati dan tak memusingkan aturan baku penulisan puisi. Diformulasikan menurut ‘kehendak’ dari masing-masing tema puisi. Ada yang hanya terdiri dari dua baris, misalnya puisi yang diberi judul: Bukan Hanya Hujan yang mampu Menerbitkan Pelangi [walnut cafe, November 17, 2009] yang isinya:
Namun hatiku pun juga
Bila bersama

Ada juga puisi yang di beri judul “ ...... “ [saya hitung jumlah tanda titiknya ada enam] :
Dalam gugusan bintang
Aku kembali mengejar bayangmu

Kutelusuri waktu tanpa akhir,
Meraih mimpi
Yang tak kan pernah terwujud

Tapi,
Biarkan aku di temaram ini
Melukis wajahmu di langit
Dan menumpahkan rindu
Yang jauh terpendam
Di dasar bumi

Makin penasaran dengan kumpulan puisi dalam Gerhana Coklat? Seru lho untuk menemani suasana santai atau bagi yang sedang dilanda galau asmaradana, saya tuliskan lagi satu puisinya yang berjudul: Tekonologi Formulasi Cinta

Mencintaimu
Seperti mendiskusikan bahan tambahan apa yang akan kugunakan untuk mencetak tablet isoniazid dengan metoda cetak langsung

Tak seperti mahasiswa farmasi lain, aku melakukannya dengan penuh spekulasi, menciptakan data-data cantik yang kunikmati sendiri

Bioavailibilitas cintaku tak terkatakan jumlahnya dan kau akan lihat grafik warna-warni di kertas folio jurnalku

Lalu mengumpulkan semuanya dalam binder biru bunga-bunga yang sering aku pinjamkan usai penat penelitianku

Dan menandai kemasan plot plastik dengan lembar-lembar merah muda persegi bertuliskan cinta

Ada seseorang yang menungguku di kejauhan sana

Nah, bagi yang interest untuk menambahkan Gerhana Coklat dalam koleksi bukunya.... silahkan di bookmark ya...bisa dicheck list pada menu nulisbuku.
91
Share
Sebelum muncul presumtif yang ‘menyesatkan’ tentang tulisan ini, maka saya perjelas di awal bahwa saya tidak hendak membuat postingan tentang kuliner dengan segenap detailnya yang mengundang selera lho? Dan Bismillahirrahmaanirrahiim  ini sekedar curcol atau apalah namanya ketika beberapa waktu lalu berkesempatan makan bareng dan bertemu nama menu makanan yang nyleneh. Saat itu dengan mendadak saya dan seorang teman ditugaskan untuk mengikuti kegiatan di Surabaya sehingga pas berangkat rasanya agak sedikit diwarnai uring-uringan. Sebenarnya bukan hal baru jika TIBA-TIBA harus berangkat ke Surabaya/luar kota. Tapi demikianlah salah satu resiko yang sebisa mungkin kami eksplore sisi baiknya agar bisa tetap enjoy as well as possible. Singkat cerita, saat acara gathering dinner dengan tim assesor, sebenarnya saya tidak begitu aware dengan list menu yang disajikan karena saya pilih menunya makmum saja. Tapi akhirnya saya pun tertarik untuk ikut menyimak sederet nama menu makanan unik yang sangat eye catching ketika seorang teman mulai membahas nama makanan tersebut.


Pemberian nama-nama makanan yang sangat unik sebenarnya bukan hal baru lagi di dunia pemasaran dalam rangka meningkatkan daya tarik pembeli sehingga mendongkrak penjualan. Secara persisnya saya tidak tahu pemilihan nama-nama yang unik terhadap suatu jenis makanan [produk] apakah termasuk dalam Strategi Pemasaran, promosi ataukah bagian dari desain produk? Yang jelas pemilihan nama TIDAK termasuk dalam rantai distribusi produk tentunya. 

Dan dalam rangka mencapai target penjualan suatu produk [profit oriented], tentu diperlukan kombinasi ide-ide kreatif dan langkah sinergis dari Planning produksi, proses produksi, Desain produk, promosi/iklan, rantai distribusi dan manajemen pemasaran. Dan meski saya pernah sempat harus memasukkan salah satu buku karangan Mr. Phillip Kotler dalam menu ‘bacaan’ wajib, namun kenyataannya saya tidak begitu paham aplikasinya segala hal yang terkait dengan management marketing tersebut dan sejenisnya. Saat terbersit menuliskan postingan ini, salah satu [kalimat] yang ada korelasinya dengan nama menu makanan unik yang impresive adalah kalimat Una: if you can’t be the best, just be different [sorry ya Na, jika kutipannya kurang lengkap] dan tentunya different disini adalah hal yang nyleneh ~ unik yang asyik dan menarik. Yang cool gitu deh jika minjam istilahnya anak gaul sekarang.
Mie Hot Plate
Jika boleh saya simpulkan bahwa sudah sudah kebutuhan dasar jika setiap jenis usaha memiliki Strategi Pemasaran yang di formulasikan sedemikian rupa yang sudah dipersiapkan dengan detail sebelum menjalankan ataupun memasarkan produk/jasanya. Strategi pemasaran yang dibuat dengan mempertimbangkan situasi dan keadaan perusahaan baik keadaan intern perusahaan itu sendiri, lingkungan mikroperusahaan, keadaan ekstern perusahaan [lingkungan makroperusahaan]. Dan suatu produk yang mampu bertahan lama/stabil di puncak grafik optimummya yaitu tingkat penjualannya TIDAK terpengaruh oleh produk-produk sejenis adalah perusahaan yang telah berhasil menetapkan strategi pemasarannya serta strategi bersaingnya dengan tepat. 

 Menu makanan unik di Surabaya

 Kuliner di Surabaya

 wisata kuliner di Surabaya
Penentuan Strategi Bersaing tentunya dengan mempertimbangkan pada besar dan posisi masing-masing perusahaan dalam pasar [kemampuan modal]. Karena perusahaan yang besar sangat mungkin dapat menerapkan strategi  bersaing tertentu dengan budget yang banyak sehingga jelas tidak bisa dilakukan oleh perusahaan kecil. Demikian pula sebaliknya, bukanlah menjadi sesuatu hal yang jarang terjadi bahwa perusahaan kecil dengan strategi bersaingnya sendiri yang berbasis pada kreatifitas [karena budget rendah] namun justru mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sama atau bahkan lebih baik daripada perusahaan besar. Jadi setiap perusahaan tentu punya strategi pemasaran dan bersaing yang Reliable agar tetap maju dan berkembang di tengah-tengah kompetisinya. Dan pemilihan nama makanan yang unik [bagi dunia kuliner/industri makanan] sangat mungkin menjadi salah satu bagiannya.

Sebelum tulisan ini semakin ngglambyar gak jelas juntrungannya, maka kembali pada sederet nama menu makanan unik yang sangat eye catching yang saya temui beberapa hari lalu. Secara pemilihan nama yang nyleneh dan unik merupakan point of interest tersendiri bagi pembeli untuk mencoba karena rasa keingintahuannya. Ide creative pemilihan nama yang unik tersebut memang cukup significant menimbulkan rasa penasaran bagi pembeli. Bagi saya, menjumpai nama makanan yang unik adalah moment yang jarang dan salah satunya adalah nama nasi goreng berikut ini:
Nasi Goreng Jancuk
Kata ‘Janc*k’ sebenarnya bukan hal asing lagi, apalagi bagi yang berdomisili di Surabaya. Kata tersebut bahkan sudah merupakan frase dalam percakapan sehari-hari dalam komunitas yang sebaya. Dan menemukan kata tersebut sebagai nama nasi goreng tentu menjadi bahan obrolan yang hangat dan mengundang tawa bagi saya dan teman-teman kemarin. 

Al kisah kami pun menyimpulkan kenapa nasi gorengnya diberi nama Janc*k, yaitu karena tingkat kepedasannya yang spectacular. Jika sudah over limit kepedesan biasanya dialek Suroboyoan yang keluar ya : Jancuk pedes banget, Rek! *)  

Nama menu makanan unik apa saja yang pernah sobat temui selama ini?




*) Maaf jika di anggap tidak sopan


159
Share
Prolog: Tulisan ini merupakan Re-Type dari sedikit klipping [koran] yang saya miliki dari masa lampau. Saya sebut lampau karena ‘usia’nya hampir 14 tahun dan so surprise saya menemukannya kini. Sebab, yang saya ingat ‘hanya’ pernah mengguntingnya tapi lupa apakah masih saya simpan ataukah ikut musnah bersama beberapa koleksi surat/postcard/klipping yang tahun kemarin dengan berat hati saya abu-kan [karena dimakan rayap]. Secara random, kadang saya suka menyimpan hasil guntingan koran semata-mata karena tertarik dengan tema artikelnya [tidak aware dengan penulisnya] yang menurut saya bersifat ever lasting  dan potongan koran yang ingin saya Re-Type isinya ini, entah doeloe dapat korannya darimana dan yang jelas saat itu tentu bukan dari membeli koran karena hal itu merupakan kebutuhan tersier yang tak mungkin saya lakukan!.  Bismillahirrahmaanirrahiim  artikel yang diberi judul “Siapa Typical Indonesian Itu?” jika boleh saya analogkan dengan peribahasa: ojo nggebyah uyah  atau yang lebih sering kita dengar: jangan menggeneralisir masalah/stigma/justifikasi etc. Dan inilah tulisan [artikel] yang dirilis terkait dengan [dan tidak berselang lama dari] peristiwa kerusuhan Mei 1998.

Saat kerusuhan massa pada Mei lalu, yang kontroversinya mengenai kekasaran massa terhadap penduduk Indonesia keturunan Cina., saya tengah melanjutkan kuliah di AS. Berbeda dengan para mahasiswa yang turun ke jalan, demo dan unjuk rasa – saya merasa jadi pengecut karena diam saja dan tidak melakukan apa-apa – saya justru pergi kuliah.
Suatu saat, ketika istirahat duduk ngopi di kafetaria, tiba-tiba ada mahasiswa yang saya tahu namanya Johnny. Dia asal Hongkong dan duduk di meja saya, ikut nimbrung. Dia bertanya, “Kamu orang Indonesia, apakah kamu keturunan Cina?” Saya Jawab tidak. Saya anak pribumi. Dia bertanya lagi, “Kamu benci orang Cina?.”
Sedikit tertegun, saya jawab dengan hesitasi, “ Tentu tidak...”
Indonesian dance
Beberapa wkatu kemudian situasi menarik kembali memancing pikiran saya. Situasinya mirip pengalaman sebelumnya. Ngopi di kafetaria. Bedanya, kali ini saya berlima dengan pelajar Indonesia lain. Seperti murid-murid di Indonesia, kami berlima melestarikan budaya nongkrong dan ngobrol di sekolah. Lalu, tiba-tiba seorang teman - dia asal Jepang – bergabung. Kanako, nama murid asal Jepang itu, datang dan menyapa saya. Saya lalu mengenalkan semua “anak” yang sedang ngopi di kafetaria itu. Mulai dari roomates [teman setempat tinggal saya] Y, R, dan H, lalu teman dekat saya, J. Setelah perkenalan itu, Kanako mengajukan dua pertanyaan. Pertanyaan pertama retorikal, “ Semuanya orang Indnesia?” yang tanpa perlu dijawab dia sudah mengerti. Pertanyaan kedua secara kontras adalah salah satu pertanyaan paling hebat yang pernah saya dengar, “Kamu semua kelihatan beda-beda. Yang mana di antara kalian yang typical Indonesian [tampang umumnya orang Indonesia]?”
  
Apa itu typical Indonesian?
Saya bisa mengerti, kenapa Kanako bertanya demikian. Di Jepang, hanya ada satu macam orang [suku?], orang Jepang, yang namanya variasi sedikit. Berbeda dengan Jepang, orang Indonesia bermacam-macam. Bayangkan, di anatara kami berlima saja tidak ada satu pun yang persis. Saya campuran Jawa dengan Kalimantan [Banjar] asal Surabaya. Y keturunan Cina asal Yogya, H keturunan Cina tapi dari Surabaya, R campuran Jawa dengan Manado asal Jakarta. Sementara itu, J asal Jakarta namun campuran Sunda dengan bule Amerika [saya menolak menggunakan kata Indo karena saya tidak setuju dengan  penggunaan kata itu]. Dari tampang saja, kami berlima terlihat sekali perbedaannya. Tetapi, setelah saya perhatiakn lebih dekat lagi, cara berbicara kita juga sangat berbeda-beda.
Indonesian music
Saya misalnya, terus terang, tidak bisa berbahasa Jawa ataupun Banjar. Logat saya pun lebih miring ke logat Jakartaan. Y itu berbicara Jawa halus dengan orang tuanya di Yogya sehingga dia berlogat halus, meskipun dia keturunan Cina. H logatnya sangat Suroboyoan. R itu berbicara dengan logat Jakarta yang kental. Sedangkan J, meskipun tampang bule, mungkin lebih fasih berbahasa Sunda daripada Inggris [dia besar di Indonesia]. Ini belum dihitung perbedaan agama diantara kita...

Lalu, yang mana di antara kami berlima itu yang lebih pantas dibilang typical Indonesian? Kami berlima saling memandang satu sama lain. Dan tampaknya, saya lebih dekat ke jawaban pertanyaan tersebut, meskipun saya sendiri tidak begitu setuju. Menurut stereotype saya, typical Indonesian itu mestinya adalah orang keturunan Jawa asli yang kulitnya sedikit lebih gelap. Bagaimana tidak, pemerintahan kita didominasi orang Jawa, suku terbesar itu suku Jawa [ini asumsi, yang mungkin saja saya salah]. Lalu, populasi Indonesia sebagian besar di Jawa dan bahasa tradisional yang paling banyak digunakan itu mungkin bahasa Jawa. Jangan lupakan pula agama Islam sebagai agama mayoritas.

Meskipun lahir dari keluarga beragama Islam dan dibesarkan di Jawa, saya ini berkulit lebih terang [terima kasih kepada ibu saya yang asal Kalimantan]. Karena itu, sering saya dipanggil sinyo di Indonesia. Saya juga tidak bisa berbahasa Jawa [waktu di SD, di kelas saya pernah di tanya apa itu isi lombok, saya jawab “pedes”]
****
Lantas, kenapa kedua cerita tadi membuat saya berpikir dalam? Memikirkan lagi latar belakang pemikiran saya mengenai kerusuhan Indonesia yang berbau rasial terhadap keturunan Cina. Dari media massa yang saya ikuti di AS, hampir semuanya menuding orang pribumi Indonesia sebagai pembenci keturunan Cina. Hal ini menyebbakan saya sangat sedih. Jika orang bertanya, saya paling hanya menyangkal. Saya katakan, kerusuhan terhadap WNI keturunan Cina hasil dari kebencian sosial, bukan rasial, mengingat sebagian besar kekayaan Indonesia itu dipegang oleh orang keturunan Cina. Saya sadar, jawaban saya itu tidak sepenuhnya benar. Saya ingin pernyataan itu benar, tetapi kenyataannya mungkin berbeda. Kenapa bangsa kita [yang pribuminya] dicoreng sebagai bangsa rasialis? Jika benar bangsa kita ini rasialis, kasarnya bangsa kita ini sama dengan cerita-cerita kuno mengenai kebencian orang putih terhadap orang hitam di Amerika: mayoritas membenci minoritas, apakah memang benar bangsa kita ini rasialis?
Two Indonesian: beda kostum, hehehe....
Saya bangga sebagai orang Indonesia, bangga karena bangsa yang beragam-ragam penduduknya itu bisa menjadi satu bangsa : Bangsa Indonesia. Tetapi, kenyataan seperti itu telah mengerosikan sebagian dari kebanggaan saya. Saya tidak ingin menjadi bagian dari bangsa yang rasialis. Inginkah Anda? Saya lelah menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti dari Johny yang asal Hongkong tadi. Saya lelah menjadi orang pribumi di luar negeri yang dicap pembenci Cina. Memang, saya tidak suka beberapa orang keturunan Cina. Tetapi, yang tidak saya sukai itu karakternya, bukan rasnya. Saya juga tidak menyukai beberapa pribumi di Indonesia, seperti para polisi yang menerima suap. Tetapi, itu juga karena kelakuannnya. Memang ada beberapa orang keturunan Cina yang kelakuannya less desirable [kurang disukai] oleh para pribumi, tetapi pisahkan mereka dari masyarakat Cina secara umum. Jangan disamaratakan!

Mungkin media massa di AS itu bohong – seperti klaim teman saya yang tinggal di Indonesia. Tetapi, mungkin juga mereka benar bahwa orang pribumi [pribumi yang mana? Nah, Lho?] itu menyerang keturunan Cina dengan alasan yang berbau rasialis. Sebelum kerusuhan Mei lalu, Johny juga pernah berbicara dengan saya dan teman saya yang lain, yakni F yang keturunan Cina asal Surabaya.
Johny kepada F bertanya, “ Kamu orang Indonesia keturunan Cina, bisa berbahasa Cina?”.
F menjawab dengan bahasa Inggris yang berlogat Suroboyoan amat kental, “ Ya, saya keturunan Cina. Tetapi, saya tak bisa berbahasa Cina.”
“Kenapa?” tanya Johny.
“Karena saya orang Indonesia, jadi ya berbahasa Indonesia.”
Saya kagum sekali kepada F. Seandainya dia bukan keturunan Cina, seharusnya dia bilang sebagai orang Indonesia yang lebih asli, sebagai pribumi. Dia mengaku orang Indonesia, sementara banyak diantara kita yang pribumi memanggil diri kita orang Jawa, orang Medan, orang Madura, atau orang suku lain. Dia juga lebih Indonesia daripada saya, yang masih kurang setuju saat ditunjuk sebagai typical Indonesian.
Karena kerusuhan-kerusuhan berbau rasialis akhir-akhir ini, saya sering memikirkan F. Apa yang dia pikirkan sekarang? Saya sendiri malu bertanya padanya... Tolong, jangan sampai kita dicap rasialis. Jangan hancurkan hati orang-orang seperti F.


Notes : Surat terbuka dari Amerika yang ditulis oleh Azrul Ananda [nama yang sudah tidak asing di dunia jurnalistik saat ini] ketika masih jadi mahasiwa di AS, diterbitkan di Jawa Pos, 26 September 1998. 

162
Share
Edisi postingan kali ini ada publish tiga kado istimewa yang sya terima dari teman-teman blogger. Dan sebelumnya saya mohon maaf, terutama buat sang pengirim hadiah tersebut karena baru sekarang bisa memajangnya di sini. Dan Bismillahirrahmaanirrahiim tiga hadiah yang saya bingkai dalam Special Gift: Three in One [post] yang pertama datang dari Mas Ivan Prakasa : Berbagi Cerita Untuk Belajar Menjadi Lebih ...

Postcard tersebut saya terima dari program “Dear Friends…” dengan tema sesuatu yang berbau Jepang dengan disediakan 7 pilihan postcard yaitu versi: Tiga Putri, Sumo, Pendekar, Lima Samurai, Lembah Jepang, Kota Tua jepang dan Bangau. Adapun yang saya pilih adalah “Lembah Jepang” dan inilah penampakan the sweet post card tersebut.

Hadiah yang kedua saya terima dari Mbak Keke yang lebih familiar dengan ID blogger Yunda Hamasah dari event Kuis Akhir April dan KBHS dengan hadiah 2 buku Ketika Buah Hati Sakit dan melalui sistem undian Alhamdulillah saya terpilih sebagai salah satu pemenangnya dan ini merupakan hal yang mengejutkan karena selama ini saya termasuk orang yang unlucky kalau sistem undian. Dan Sepakat dengan pernyataan Mbak Keke, jika mekanismenya bukan undian maka saya sendiri juga akan pilih Una yang jawab secepat kilat dan Mbak Fitri [Lidya-Mama Cal-Vin] yang layak mendapatkannya. Buku Antologi tersebut sudah saya terima pada 10 Mei 2012 dan langsung dipinjam oleh teman kantor. Sebagai seorang ibu, dia attractive banget saat melihat buku yang baru saya terima dan ijin untuk mem-perdana-i baca buku tersebut. Demi mengingat dia yang sudah punya 2 buah hati tentunya lebih cepat ‘dimanfaatkan’ isinya dalam kesehariannya sehingga saya pun meminjamkan buku KBHS pada dia lebih dulu. Bagi sebagian tema-teman blogger tentu sudah tidak asing dengan buku tersebut, karena di dalamnya [yang saya kenal] ada 2 kontributor yang tidak asing lagi di dunia blogger yaitu Mbak Keke [Yunda Hamasah] yang memberikan hadiah KBHS dan Mbak Niar [Mugniar’s Note: Sebuah Renungan]. 




Inilah sekilas info tentang buku tersebut:
Judul                     : Diary Bunda: Ketika Buah Hati Sakit
Penulis                 : Artineke A. Muhir, Mugniar Marakarma, Hamasah putri, Vincensia Naibaho, dkk
Penerbit              : Indie Publishing
ISBN                      : 978-602-9142-19-8
Cetakan I             : February, 2012
Tebal                     : 367 hlm 14x21 cm

KBHS ini berisi sharing pengalaman dari 68 penulis yang semuanya sudah memiliki status prestisius seagai “IBU”. Jadi secara keseluruhan apa yang tertuang dalam antologi ini dinarasikan berdasarkan pengalaman para bunda saat menghadapi situasi sang buah hatinya sakit. Bagaimana dalam situasi yang menegangkan, panik dan kuatir namun harus bisa di-tenang-kan agar bisa mencari solusi terbaik bagi sang anak. Dan bahkan ternyata menghadapi anak yang sakit [meskipun sakitnya sama], cara penanganannya tidak selalu bisa disamakan. Seperti kasus yang dihadapi oleh Mbak Keke dengan kedua buah hatinya: Yunda dan Hamas [page: 205 -210].  Satu kalimat yang bisa uangkapkan mengenai KBHS: buku yang penuh hikmah, semua kisahnya sarat makna dan memberikan pembelajaran yang aktual. Jadi sangat cocok untuk dimiliki oleh setiap orang tua maupun yang belum jadi orang tua seperti saya [Alhamdulillah saya sudah mendapatkan KBHS ini]. So, bagi siapa saja yang belum memiliki buku wonderful ini, silahkan di bookmark... #belajar promosi !

Hadiah yang ketiga berasal dari Mbak Titik [ celoteh .:tt:. ] adalah sebuah buku kumpulan cerita dari penulis Catastrova Prima. Buku ini merupakan hadiah untuk Giveaway yang beliau adakan dalam rangka satu tahun peristiwa gempa di Jepang. Dalam event GA tersebut, saya menang untuk kategori fiksi dengan judul tulisan “[Biar] berlalu bersama musimnya”. Dan sekilas info tentang buku tersebut adalah:

Judul                     : Suburban Love
Penulis                 : Catastrova Prima
Penerbit              : Klinik & Rumah buku
Tahun Terbit     : 2012
Tebal                     : 140 hlm


Cerita-cerita dalam buku ini merupakan antologi dari memori, sebuah usaha mengenang, mencatat, merenungkan, atau mungkin mengobati sebuah ‘luka.’ Berbagai kisahnya sangat ‘menyentuh’ hati, jadi bagi yang sedang ini berkelana dalam rasa haru yang menunjukkan diri masih manusia yang punya rasa “cinta” dalam arti yang universal. Dan bersama dengan buku tersebut, Mbak Titik juga menyelipkan selembar postcard bergambar : Kiyomizu-dera Temple in Snow, Kyoto. Demikian edisi Special gift: Three in One [Post], semoga bermanfaat bagi saya dan berkah bagi yang sudah memberikan hadiah-hadiah tersebut. So, keep happy blogging for better.....



 “Don’t take life’s experiences too seriously. Play your part in life,
but never forget it’s only s role ~ Paramahansa Yogananda“


  
106
Share
Newer Posts Older Posts Home
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK MENCOBA. ~ Ali Bin Abi Thalib

My photo
Ririe Khayan
Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com
View my complete profile
  • Cara Cepat dan Aman Mematikan Ikan Lele
    Ikan dan Belalang (berdasarkan ajaran agama yang saya anut) termasuk jenis [bangkai] hewan yang halal untuk dimakan. Tapi tidak berarti k...
  • Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ?
    Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ? Bagi orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan atau lokasinya masih berdampingan al...
  • Brand Susu Untuk Kesehatan
    Jika ada pertanyaan: Sehat ataukah sakit yang mahal harganya? Bismillahirrahmaanirrahiim , kalau menurut saya, secara ‘value’ kondisi se...
  • Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online
    Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online . Sebenarnya persyaratan dan alur pembuatan proses secara langsung ( walk i...
  • Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil
    Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil . Jika Anda sedang berusaha punya anak, menunggu kapan Anda resmi ...
  • Lima Cara Mengaktifkan (Kembali) Google Adsense yang Diblokir
    Sebaiknya dikesampingkan dulu bila ada yang beranggapan Akun GA di Banned, tak bisa diaktifkan.  (Ternyata) Google Adsence Bisa Aktif  Kem...
  • Panic attack Ketika Terkena HERPES Zoster
    P anic attack Ketika Terkena HERPES Zoster . Mendengar kata HERPES, bisa jadi sebagian orang langsung tertuju pada nama penyakit yang satu ...
  • Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin
    Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin   .Mungkin kita pernah mendengar peristiwa keracunan sete...
  • Suplemen Madu Untuk Membantu Atasi Anak Yang Susah Makan
    Punya pengalaman menghadapi anak yang susah makan? Ada yang baper karena selera makan putraatau putrinya belum variatif yang berputar seki...
  • Serunya Mudik Naik Kereta Api Probowangi
    Usai long wiken Idhul Adha...jadi ngayal kalau tiap bulan ada long wiken 4 hari gitu pasti indah sekaliiiii...... #Plakkk [digampar klomp...

Blog Archive

  • ▼  2024 (3)
    • ▼  December (1)
      • Manfaat Penting Bermain Untuk Anak-Anak Usia Pra S...
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2022 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2021 (45)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (7)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (6)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2020 (43)
    • ►  December (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2019 (35)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
  • ►  2018 (49)
    • ►  December (5)
    • ►  November (11)
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (51)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (6)
    • ►  February (7)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (73)
    • ►  December (5)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (10)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (12)
  • ►  2015 (118)
    • ►  December (12)
    • ►  November (12)
    • ►  October (11)
    • ►  September (11)
    • ►  August (12)
    • ►  July (8)
    • ►  June (8)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2014 (60)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (6)
    • ►  September (5)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (11)
    • ►  February (10)
    • ►  January (8)
  • ►  2013 (90)
    • ►  December (7)
    • ►  October (5)
    • ►  September (6)
    • ►  August (9)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (13)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (126)
    • ►  December (6)
    • ►  November (5)
    • ►  October (14)
    • ►  September (10)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (11)
    • ►  May (12)
    • ►  April (12)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (10)
  • ►  2011 (69)
    • ►  December (11)
    • ►  November (11)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (9)
    • ►  July (7)
    • ►  June (18)
    • ►  May (5)
Ririe Khayan is an Intellifluence Trusted Blogger

Juara LBI 2016

Juara LBI 2016
facebook twitter youtube linkedin Instagram Tiktok

Labels

Advertorial Aneka Kuliner Article Blog Award Book Review Contact Me Disclosure English Version Fashion Fiksi Financial Gadget Give Away Guest Post Info Sehat Informasi Inspiring Lifestyle Lomba Love Story My Diary My Poems Opini PR PerSahabatan Pernik-Pernik Renungan Review Skincare Technology Traveling True Story UMKM Visit Who Am I? Writing For Us banner parenting




Copyright © 2019 Kidung Kinanthi

installed by StuMon