Prolog: Isu Go Green dan beragam terobosan sektor industri dan
manufaktur yang mengedepankan Teknologi Hijau, sebenarnya BUKAN sekedar trik dagang atau sebagai bentuk strategi
marketing untuk meningkatkan penjualan dan memperbesar ratio keuntungan. Ya iya
sih, Bismillahirrahmaanirrahiim dimana-mana kalau sudah masuk ranah jual-beli/dunia usaha maka hukum
ekonomi: Low budget for high profit
jadi acuan dalam berproses produksi. Maka opsi Teknologi Hijau merupakan salah satu bentuk meningkatnya keperdulian setiap elemen
masyarakat dan sektor industri untuk menjaga keseimbangan alam serta
keberlangsungan hidup dengan lingkungan yang sehat.
Dalam lima dasawarsa terakhir, perkembangan zaman dan perkembangan teknologi berdampak nyata pada life style masyarakat khususnya warga metropolitan. Peningkatan pembangunan pada berbagai sektor ekonomi memang mendukung ke arah perbaikan kualitas
hidup tetapi juga TIDAK BISA diabaikan jika telah menimbulkan dampak negative. Salah satu dampak negative yang muncul dari hubungan timbal balik antara
perkembangan teknologi dan peningkatan jumlah penduduk, fenomena urbanisasi yang tidak mengendur hingga sekarang serta
peningkatan pendapatan yaitu “terganggunya” kesetimbangan CO2 atau terjadinya Pemanasan Global.
Bagaimanakah kesetimbangan CO2 bisa terganggu?
Secara
natural, keberadaan CO2 di alam semesta ini dihasilkan oleh semua makhluk hidup
mulai yang bersel tunggal hingga homo sapiens alias manusia dari proses
respirasinya. Zat yang berfasa gas ini berada di atmosfir mengemban peran
penting dalam efek rumah kaca karena kemampuannya menyerap sinar inframerah. Seperti
diketahui konsentrasi gas karbondioksida di atmosfer bumi sebesar 385 ppm [berbasis
volume] atau 582 ppm [berbasis massa]. Namun kondisi alamiah gas CO2
mengalami perubahan dalam konteks peningkatan jumlah yang melebihi batas
optimum kurva equilibriumnya seiring berjalannya waktu dan perkembangan
teknologi, peradaban serta gaya hidup, yang lebih kita kenal dengan istilah
Global Warning atau pemanasan Global. Kenaikan emisi CO2 di tahun
2011 melampaui rata-rata kenaikan dalam 10 tahun terakhir yang yaitu sebesar
2,7%. Emisi CO2 untuk wilayah Indonesia khususnya
pada tahun 2011 lalu mengalami kenaikan yang “mengagumkan” [baca: mengerikan!] yaitu
sebesar 210% dibandingkan dengan sepuluh tahun lalu. Secara hitungan per kapita, Emisi CO2 di Indonesia pada
tahun 2011juga naik 122% [2 ton emisi
CO2/penduduk] dari tahun 1990 yang masih berada pada level 0,9 ton emisi CO2/penduduk pada.
Lalu lintas padat: Ruas Jalan Raya Jogya - Solo |
Secara singkat, menurut saya peningkatan jumlah emisi CO2 disebabkan oleh tiga faktor utama: pertambahan
jumlah penduduk, perkembangan teknologi, kemudian mengantarkan manusia pada perubahan
pola hidup sehari-harinya sehingga secara significant telah menyebabkan
terjadinya peningkatan jumlah gas CO2 secara dramatis, antara lain dari:
- Sarana transportasi kendaraan bermotor [sepeda motor dan mobil] melonjak tajam, padahal kita tahu nyaris semua kendaraan bermotor menggunakan BBM: premix, premium dan solar yangberpotensi menghasilkan emisi karbondioksia.
- Sektor industri dan manufaktur juga merupakan produsen utama CO2.
- Kebutuhan akan penerangan yang menghadirkan teknologi pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil yaitu Batu bara yang menghasilkan CO2 paling banyak dibandingkan gas alam dan minyak.
- Tingkat Mobilitas yang semakin high speed sehingga kebutuhan akan pesawat terbang tak terelakkan dimana diperkirakan pesawat terbang penyumbang pemanasan Global sebanyak 3,5% dan diprediksikan akan meningkat menjadi 15% di tahun 2050.
- Penyempitan lahan serta perkembangan construction engineering yang menghasilkan tanaman beton di berbagai kota metroplitan yaitu berupa gedung bertingkat dimana struktur gedung bertingkat berpotensi untuk menyumbangkan 12% emisi CO2.
Dan mengapa pula “terganggunya” kesetimbangan CO2 menjadi BIG PROBLEM seluruh penghuni planet
bumi ini? Sehingga membutuhkan tindakan konkrit untuk mengupayakan
kondisi CO2 kembali mendekati [idealnya harus bisa] seimbang lagi?
Flashback sedikit tentang definisi pemanasan Global yaitu kondisi meningkatnya suhu permukaan bumi yang disebabkan oleh menumpuknya gas-gas yang menimbulkan efek rumah kaca di
lapisan atmosfir bumi. Hal ini akan mengakibatkan panas bumi tertahan di lapisan bawah atmosfir, yang
pada gilirannya bisa menyebabkan
naiknya suhu bumi. Terjadinya pemanasan
Global merupakan ancaman yang lebih serius dari masa perang
dingin bagi umat manusia karena:
- Akan terjadi perubahan iklim sehingga memicu mencairnya: glacier di enam benua, lautan es di Kutub Utara dan Kutub Selatan, tidak ketinggalan juga lapisan es serta gletser di puncak-puncak gunung ikut-ikutan mencair.
- Mencairnya glacier dan lapisan-lapisan es di puncak gunung tentunya akan mengakibatkan naiknya permukaan laut menimbulkan banjir di daerah-daerah yang berbatasan dengan pantai [akibat permukaan laut yang pasang]
- Fenomena badai yang menghancurkan muncul silih berganti dan kekeringan yang melanda pertanian di mana-mana menyebabkan persediaan makanan dan air minum di dunia semakin menipis.
- Menyebarnya penyakit tropis ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak pernah dijangkiti dengan tingkat keganasan yang semakin tinggi dan meningkatnya orang yang terkena penyakit kanker dan aneka jenis penyakit lainnya yang mencakup area semakin luas.
- Dan dampak lainnya yang sangat mungkin segera menyusul adalah berkurangnya keaneka-ragaman hayati dan punahnya beberapa spesies satwa karena perubahan musim, siklus kehidupan, waktu migrasi, berkurangnya daerah jelajah serta berkurangnya persediaan makanan mereka.
SEANDAINYA
pertambahan jumlah emisi CO2 mengikuti persamaan linearitas, maka proses
fotosintesa sebagai recycle chain alamiah tentunya akan mampu menguraikan gas
CO2 menjadi eleman yang bermanfaat bagi kehidupan di semesta ini. Seperti kita
ketahui bahwa gula dan oksigen yang dibutuhkan tumbuhan sebagai makanannya, diolah
dengan reaksi fotosintesa dimana 6 molekul air dan 6 molekul gas CO2 dengan
bantuan sinar matahari akan menghasilkan 1 molekul glukosa dan 6 molekul
Oksigen [yang dibutuhkan untuk bernafas manusia dan binantang serta makhluk
hidup lainnya], seperti terlihat dalam persamaan reaksi:
6H2O + 6CO2 + cahaya →
C6H12O6 [glukosa] + 6O2
Kenyataannya proses recycle chain terhadap
emisi CO2 pada
perkembangannya mengalami ketidakseimbangan karena jumlah gas CO2
melampui hukum kesetimbangan stokiometri
karena produksi emisi CO2 dewasa
ini berubah mengikuti persamaan Regresi
Linear Berganda dimana variabel bebasnya adalah: berbagai aktifitas akibat pertambahan jumlah penduduk, perkembangan
teknologi, kemudian mengantarkan manusia pada perubahan pola hidup sehari-harinya
[tersebut diatas] dan dikomplekskan lagi dengan Penggundulan
hutan. Dengan berkurangnya area hutan maka semakin banyak gas emisi CO2
yang tak terserap sehingga memenuhi atmosfir bumi.
Green Techno sebagai salah satu solusi untuk mengurangi Global Warning
Rangkaian sebab dan akibat yang relatif sederhana menurut pemahaman saya di
atas cukup menunjukkan betapa serius dan kritisnya kondisi pemanasan global
yang terjadi dan tentunya harus segera dicarikan solusi untuk
mengatasinya. Tentunya telah disadari bahwa salah satu kontributor yang cukup besar menyuplai emisi CO2
adalah kendaraan bermotor [sepeda motor dan mobil] yang sudah
mencapai titik mengkhawatirkan terutama dikota-kota besar.
Jika Gubernur DKI Jakarta Bapak Joko Wi telah memutuskan untuk segera
merealisasikan pembangungan Light rail Transit/trem untuk jalur Kelapa Gading –
Kebayoran Lama. Dan Pemkot Surabaya dengan tegas menolak pembangunan tol dalam
kota yang dianggap TIDAK EFEKTIF menekan kemacetan, Justru menambah jumlah
kendaraan pribadi dan pastinya pemborosan BBM. Dan Sang walikota Surabaya pun lebih
PeDe memilih menghidupkan kembali moda transportasi massal monorel dan trem yang nge-trend pada masa Belanda –
akhir 1950an. Grand strategy yang hendak
dicapai oleh kedua kota metropolitan tersebut tentu setipe: menguraikan jalur
kemacetan
Grand strategy dari kebijakan yang diambil oleh pemerintahan DKI Jakarta dan Pemkot
Surabaya, secara simultan memang bisa juga menekan laju emisi CO2. Dan
sedikit menelisik dan mencoba memahami [alasan baik] yang diambil oleh manajemen Daihatsu
yang melaunching mobil dengan desain mesin Teknologi Hijau tentunya terobosan ini merupakan langkah sinergis dan straight to the
point untuk mengurangi pertambahan emisi
CO2. Dari data statistik diketahui bahwa pertumbuhan
jumlah kendaraan bermotor di Indonesia berkisar 8-12% pertahun dimana sebagian besar menggunakan BBM berupa Premix, Premium atau
Solar. Angka peningkatan sebesar itu cukup potensial dari tahun ke tahun mengakibatkan terjadi penurunan kualitas
udara yang diakibatkan gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor
tersebut.
![]() |
Skema dari Daihatsu |
Jadi sungguh langkah alternatif yang efektif jika
Daihatsu akhirnya memutuskan untuk memproduksi jenis mobil dengan mesin Teknologi
Hijau yang diharapkan bisa ramah lingkungan karena
konstruksinya meliputi tiga tahapan, yaitu:
- Tahap pertama disebut dengan “Eco-Idle” yang bertujuan untuk meminimalkan pemakaian BBM . Sistem teknologi ini mampu mengatur hidup dan mati mesin secara otomatis dalam keadaan macet untuk mencapai efisiensi konsumsi bahan bakar. Dengan sistem i-EGR, mesin mampu menghasilkan pembakaran sempurna dan mengeluarkan gas karbon dioksida atau CO2.
- Pada tahap kedua, dimana Daihatsu melanjutkan dengan pemakaian mesin 2 silinder turbocharged. Dengan penggunaan mesin 2 silinder turbocharge ini diklaim bobot jantung pacu lebih ringan lantaran pemakaian komponen lebih sedikit. Ditunjang dengan “active ignition system” dan berbagai pengembangan lainnya, efisiensi bahan bakar bisa mencapai 30% sehingga mendukung kelestarian sumber daya alam.
- Tahap ketiga adalah penggunaan Precious Metal Free Liquid Feed Fuel Cell (PMfLFC). Pada tahap ini, emisi gas buang CO2 nol sehingga tidak berbahaya bagi manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan sekitar guna mewujudkan kendaraan yang ramah lingkungan. Jadi, Bahan dari sumber daya alam terdapat pada kendaraan, sehingga biaya yang dikeluarkan oleh pemilik kendaraan lebih rendah.
Dan adakah yang bisa kita [termasuk saya sendiri] lakukan dalam rangka ambil bagian [meski tak
seberapa] untuk
mengatasi masalah besar ini?
![]() |
Yuuukk, Nggowes rame-rame........ |
Pemanasan
Global sudah memasuki status bahaya super serius yang harus segera diatasi secara kolektif oleh semua elemen masyarakat dan dilakukan secara comprehensive, mulai dari kebiasaan sehari-hari antara lain:
- Frekuensi car free day yang saat ini baru diprogramkan pada hari minggu, sudah saatnya ditambah kuota harinya yaitu selain hari libur dengan penggunaan sepeda untuk berangkat-pulang aktifitas [pada jarak tempuh tertentu].
- Untuk pergi ke suatu tempat yang tidak terlalu jauh jaraknya, misalnya beli sarapan atau ke warung beli beras bisa tuh berjalan kaki atau naik sepeda, bisa untuk olah raga sekaligus bentuk kepedulian dalam menyelamatkan lingkungan kan?
- Sedapat mungkin gunakan kendaraan umum, seperti saya tuh kalau mudik naik bis. Dan kalau ada acara kantor ke luar kota ya gunakan saja mobil secara bersamaan, jadi gak bawa
mobil sendiri-sendiri deh
#aselinya saia memang gak punya mobil. - Untuk antar jemput anak sekolah, jangan kuatir untuk membiasakan anak ikut program antar jemput sehingga bisa juga melatih anak bersosialisasi dan bertoleransi dengan komunitas teman sebaya yang lebih divergen.
- Memanaskan kendaraan bermotor [sebelum digunakan] bisa dong di setel jangan lama-lama kayak saya tiap pagi sebelum berangkat kerja, kira-kira + 1-2 menit cukupdeh. Jika kelamaan kan bisa bikin keributan sehingga mengganggu ketentraman tetangga dan lebih dari itu merupakan pemborosan BBM yang sekaligus menyumbang jumlah gas CO2.
- Jika hendak beli mobil pribadi, jangan lupa untuk menetapkan kriteria utama pada jenis MOBIL yang mesinnya sudah berTEKNOLOGI HIJAU
DAN tentunya masih banyak hal-hal lain [pemakaian peralatan rumah tangga, gadget, listrik, dll] yang bisa kita lakukan dalam rangka Go Green to save the earth. Setiap diri, tiap anggota keluarga dan masyarakat memiliki
kemampuan dan kesempatan untuk berperan aktif dengan caranya masing-masing serta melalui hal-hal sederhana yang selama ini kita
abaikan padahal sebenarnya berkontribusi dalam rangka menanggulangi
perubahan iklim global. Sebuah perubahan besar [yang baik] terjadi dari rangkaian hal-hal yang
kecil....So, Let’s Go Green!
1.
http://www.daihatsu.co.id/
2.
http://id.wikipedia.org/
3.
http://www.gomuda.com/