Dear My Trio Angels,
Bismillahirrahmaanirrahiim, beberapa waktu lalu, Bunda membaca sebuah buku dan menemukan kalimat inspiratif tersebut. Saat Bunda ceritakan kalimat tersebut, meski dengan kalimat yang berbeda versi tapi kalian memberikan respon balik yang intinya kurang lebih sama.
" Bund, kalau akhirnya hingga aku meninggal dalam keadaan miskin, maka itu sepenuhnya bukan kesalahanku. Bagaimana kalau pola asuh dan pendidikan yang dilakukan orang tua tidak pernah mengajari seperti apa hidup yang seharusnya agar tidak menjadi miskin sampai mati?"
Ah, kalian memang anak-anak yang luar biasa. Terima kasih ya, berarti kalian menyimak ucapan yang Bunda kutip tersebut. Sekian puluh tahun yang lalu, tiap kali ada kesempatan yang pas, ibu saya suka sekali menyelipkan nasehat yang kurang lebih seperti ini:
Kelak, jika kamu sudah kerja dan punya penghasilan, ojo dumeh habis terima gaji lantas merasa merdeka untuk belanja apa saja seolah-olah tak ada hari esok ya Nduk. Ada kebutuhan setiap hari, mulai awal hingga akhir bulan yang harus dipenuhi, juga ada kebutuhan mendadak yang besarnya tidak tentu. Jadi, kamu harus bisa menyisihkan penghasilanmu untuk ditabung, untuk dibelanjakan hingga akhir bulan. Dan kalau tabunganmu sudah terkumpul sejumlah tertentu, jangan lupa beli emas atau barang berharga yang nilainya bisa bertambah saat kamu butuhkan. Jangan suka menumpuk baju, tidak bisa dijual lagi saat kamu butuh uang.
Nasehat dari Ibunya Bunda yang kini Bunda pahami ada benang merahnya dengan golden quote yang disampaikan oleh Mr. Bill Gates.
Sekian puluh tahun lalu, masa dimana Bunda dibesarkan memang tidak ada “godaan” jaman yang se-atraktif sekarang. Belum ada gadget dengan fitur-fitur yang canggih. Televisi masih terbatas dengan siaran yang jauh dari muatan hedonis seperti sekarang, tidak ada gedung bioskop, sosial media juga belum ada. Internet? Saat itu, Bunda juga tak pernah mengira kalau sistem komunikasi dan media pemberitaan akan seringkas sekarang karena adanya internet.
Oleh karena itu, Bunda menerima wejangan tersebut tanpa pergolakan batin. Bunda bersama kakak-kakak dan adik secara alamiah kemudian terkondisikan untuk menerapkan dalam keseharian karena memang situasi ekonomi dalam posisi sangat sulit kala itu, bisa dibilang besar pasak daripada tiang. Tapi bukan karena Kami hidupnya boros lho ya?
Tapi kini era digital dan jaman sudah berubah, demikian beberapa orang menyebutnya. Variabel modernisasi bergerak dinamis bahkan tiap detik, secara langsung ataupun tidak langsung telah mengerosi Sifat (mind set) dan sikap (habit) unutk menjalani hidup dengan pedoman secukupnya, sesuai kebutuhan dan kemampuan (keuangan).
" Apakah kalian pernah dengar ada orang bilang: maklum sudah tanggal tua harus irit ini dan itu. Atau bahkan ada yang lebih parah lagi, tanggal tua uang sudah habis sehingga tidak bisa membayar lagi kebutuhan sehari-hari ?".
" Iya Bund, beberapa temanku di asrama sering bilang yang mirip seperti itu. Katanya jatah uang bulanannya sudah habis padahal kiriman bulan berikutnya kan kurang dua mingguan lagi…”.
Kalian (kecuali Azka yang memang belum kenal situasi kehidupan di asrama sekolah) mulai heboh menceritakan si A, B, C yang sering dilanda drama tanggal tua. Ada yang pulpen atau buku habis, perlengkapan mandinya sisa untuk 2-3 hari lagi, mau mencuci baju tapi tidak punya deterjen, dan sederet kisah klasik tanggal tua lainnya.
" Kalau menurut kalian, kira-kira apa yang menyebabkan hal tersebut dialami oleh mereka?"
" Banyak sih. Ada yang di awal-awal bulan, tiba-tiba beli sepatu baru. Ada yang beli makan di luar dengan alasan makanan di asrama gak enak. Ada yang beli kaos yang sama seperti dipakai Le Min Ho. Lainnya masih banyak dan beda-beda ".
Demikian Ifa dan Aida menjlentrehkan lika-liku kebiasaan teman-temannya di asrama saat baru menerima kiriman uang atau habis perpulangan dan menerima jatah bulanan dari orang tuanya.
" Ifa atau Aida….pernah berada pada situasi yang dialami oleh salah satu teman kalian itu…? ", tanya Bundamu kepo banget lhoh?
" Hayoooo, ngaku pernah apa nggak Mbak Ifa dan Mbak Aida mengalami krisis keuangan di tanggal tua gitu?” Giliran Azka yang bergaya ala detective, memborbardir kedua kakaknya dengan pertanyaan terkait penggunaan jatah bulanan yang mereka terima".
"Ya gaklah. Wong Bunda sudah mengancam kalau uangnya habis sebelum jatah bulan berikutnya, resiko tanggung sendiri kok !"
|
Me, Ifa, Azka &Aida |
Mendengar jawaban kalian yang kompakan, Bunda merasa ini saatnya untuk meluruskan bahwa Bunda bukan mengancam tapi berusaha mengkondisikan dan mengajak kalian untuk memahami satu level lebih tinggi bahwasanya mind set (pola pikir) dan kebiasaan (pola hidup) merupakan titik kritis yang sangat fundamental pengaruhnya terhadap terjadinya krisis tanggal tua. Atau lebih tepatnya seperti pernyataan Mr. Bill Gates: bahwa menjadi miskin hingga akhir hayat adalah kesalahan kita sendiri, kesalahan paradigma pikir dan kebiasaan kita sehari-hari.
Mengapa ada drama (syndrome) tanggal tua dan apa bedanya tanggal tua dengan tanggal muda? Sementara, sebagian orang bisa menjalani keseharianya mulai tanggal muda hingga akhir bulan, berjalan TANPA ada drama atau sindrom tanggal tua?
Penting untuk kalian pahami ya My Trio Angels: Ifa, Aida dan Azka.
Tidak semua orang mengalami post power syndrome saat tanggal tua lho? Penanggalan sebenarnya hanya angka yang diberikan untuk penyebutan hari-hari dalam kurun waktu satu bulan di planet yang sama, dimana bumi yang tetap mengelilingi matahari yang sama seperti biasanya. Hitungan jam dalam sehari semalam juga sama 24 jam, berada dibawah langit yang sama.
Memang benar uang bukan segala-galanya. Akan tetapi segalanya butuh uang, oleh karena itu kita perlu untuk menata pola pikir dan sudut pandang terhadap uang. Bahwa sangat penting bagi kita untuk memandang dan menyikapi uang sebagai:
- Alat untuk mewujudkan gaya hidup yang bermanfaat dan tidak semata-mata memenuhi keinginan akan barang dan jasa yang tidak kita butuhkan.
- Aset dasar yang harus dikelola dengan baik agar tercipta landasan yang kokoh untuk kemandirian finansial sepanjang waktu, mulai tanggal muda, tengah bulan dan tanggal tua, dan bulan-bulan berikutnya.
- Sesuatu yang dapat memperbaiki kualitas hidup dan memberi jaminan yang lebih pasti akan kemandirian keuangan.
Apabila kalian sudah bisa memposisikan uang seperti yang Bunda jelaskan, secara perlahan tapi pasti kalian akan membuat set up dan memprogram pikiran (soft ware):
“ Aku tidak akan membeli sesuatu barang (jasa) yang tidak dibutuhkan dan berpikir cukup atas apa yang telah dimiliki”.
Jika sedang jalan-jalan, melihat tayangan sinetron yang serba glamour, atau saat mengetahui teman membeli gadget, baju, sepatu, tas , jam tangan, atau barang lainnya, kalian akan spontan menguatkan keyakinan kalau sudah memiliki semuanya di rumah.
Iyah, jangan peduli apakah akan dipandang kaya atau miskin. Tidak perlu minder untuk tampil apa adanya. Toh Pak Bob Sadino tetap diakui sebagai milionare meskipun sehari-hari mengenakan baju yang bisa dibilang sederhana kan?
Kalau toh memang membelanjakan uang banyak, pastikan pengeluaran tersebut adalah untuk biaya pendidikan/sekolah ya Nak?
Maka hiduplah kalian di bawah kemampuan, yaitu tidak akan memaksakan diri hidup melebihi kemampuan atau diatas jumlah kemampuan finansial. Artinya kalian harus memiliki strategi mengatur keuangan strategi mengatur keuangan agar setiap bulan tersedia dana yang secara teratur (bisa) disisihkan dari uang yang kalian peroleh untuk memenuhi kebutuhan masa mendatang, yang pastinya nilainya akan meningkat significant.
Apabila kalian sudah bisa membuat set up dan memprogram pikiran unutk hidup dengan pedoman secukupnya, sesuai kebutuhan dan kemampuan (keuangan), implikasinya adalah kalian akan cerdas mengelola mengelola keuangan untuk konsumsi saat ini dan berkomitmen menyisakan sebagian uang/penghasilan yang diterima secara rutin. Apabila bisa istiqomah, maka tak hanya drama tanggal tua yang bisa diminimalkan, tapi juga InsyaAllah kalian tidak kelabakan menghadapi lonjakan kebutuhan di masa mendatang. Yang jelas, meski hidup dibawah kemampuan, tapi bukan berarti jauh dari kesempatan untuk menikmati hidup yang seharusnya kok.
Berikut ini beberapa cara sederhana yang bisa Bunda rangkumkan dari keseharian hidup kita, mungkin belum tertuang secara lengkap, tapi tidak sulit untuk aplikasikan atau bahkan kalian modifikasi sehingga menghasilkan out come yang lebih multiple efect yaitu hidup tanpa drama akhir tanggal tua, tetap ada dana untuk mencukupi segala kebutuhan hingga akhir bulan dan bisa sejahtera sampai dengan bahagia hayat:
Yang Pertama, agar kalian tidak “terlena” di awal bulan saat sekian digit gaji/penghasilan masuk ke dalam rekening, secara rutin segera ambil sebagian ( 10 – 25 %) untuk dialokasikan pada investasi dan 2,5 % untuk zakat.
Ingat baik-baik ya, Investasi memberikan penghasilan lebih dibandingkan hanya menabung. Rekening tabungan hanya untuk menempatkan dana operasional jangka pendek. Jangan pernah menaruh uang dalam jumlah banyak dan jangka waktu yang lama dalam buku tabungan, yang ada uang kalian hanya akan berkurang karena tiap bulan dipotong biaya administrasi. Selain itu, uang yang disimpan dalam rekening tabungan akan mengalami penurunan nilai. Uang 1 juta saat ini tentu daya belinya akan menjadi turun setelah sekian tahun lagi.
Yang Kedua masih di awal bulan juga, pilihlah untuk mendahulukan melunasi hutang (jika punya piutang).
Dengan demikian kalian akan bisa kreatif lagi mengatur sisa uang tunai untuk operasional agar cukup untuk satu bulan, bahkan kalau bisa ada sisa untuk ditabung (lagi).
Cara ketiga adalah hidup tanpa kartu kredit atau maksimal cukupkan dengan satu buah kartu kredit yang hanya akan digunakan saat emergency saja.
Karena jika kalian punya kartu kredit (banyak), maka bisikan untuk belanja ini dan itu akan lebih sering hingga mungkin saja di suatu kesempatan ada promo, kalian merasa punya pembenaran “ah gampang, pakai kartu kredit saja. Kan untung, bayarnya masih sebulan lagi. Dan sekian deret pembenaran berikutnya secara masih akan membuat tagihan kartu kredit kalian sampai pada batas limit dan kalian baru tersadar jika telah belanja barang-barang yag sebenarnya tidak dibutuhkan.
Yang ke-4, setia dengan orientasi fungsi. Bilamana barang lama masih bisa dipakai dan fungsinya masih normal, mengapa harus membeli yang baru kan?.
Kalau kondisi sepatu sekolah masih baik-baik saja, tak usah tergoda untuk membeli yang baru hanya karena ada model yang lucu atau warnanya menarik. Demikian juga untuk barang-barang elektronik, pakaian, perabot rumah. Jika kalian menumpuk barang-barang tersebut, yang kemudian timbul tentu pembengkakan pengeluaran, timbulnya biaya perawatan dan operasional baru, dan pastinya harganya turun atau bahkan tak bisa dijual sama sekali manakala membutuhkan uang. Jadi ingatlah selalu,
lebih utamakan untuk membeli barang-barang yang sifatnya aset daripada barang konsumtif ya?
Sekali lagi Bunda tekankan, barang aset tidak menyusut nilainya dan bahkan memiliki nilai lebih inggi seiring berjalannya waktu.
Cara ke-5, Bahkan meski kelak kalian sudah menjadi milioner, tak perlu jumawa dan merasa sah-sah saja untuk menggunakan barang-barang yang serba bermerk.
Menghindari barang bermerk dan pilih barang serupa dengan fungsi sama yang harganya lebih membumi dibandingkan barang bermerk itu tetap sikap yang lebih mulia. Sehingga sebagian uang bisa digunakan untuk sesuatu/hal lainnya yang bisa menghasilkan lebih, semisal untuk kegiatan sosial, amal, disumbangkan untuk yayasan, ya semacam untuk investasi akherat.
Seperti apa yang dilakukan oleh Warren Buffett, miliader asal Amerika Serikat, yang tetap berpenampilan sederhana, jauh dari gambaran orang terkaya di dunia, bahkan beliau tidak pernah membawa ponsel lho?
Cara yang ke-6, tidak perlu gengsi untuk membeli barang-barang murah.
Barang mahal hanya dipakai beberapa kali dalam setahun dan untuk keperluan khusus yang kadang tak terlalu penting. Jika kalian tidak bisa merawatnya, barang mahal tersebut juga akan cepat rusak. Agar awet berarti butuh cost baru kan untuk merawatnya?
Khusus untuk hal ini, Bunda pernah mengalaminya. Bunda pernah membeli sebuah tas untuk acara-acara pesta, bukan karena gengsi tapi pikir Bunda dengan membeli tas yang sedikit lebih mahal (beberapa ratus ribu) dari tas kerja, akan bisa digunakan berulang kali tiap ada undangan pesta. Akhirnya tas tersebut hanya berumur setahun sudah rusak padahal baru dipakai 2-3 tiga kali. Karena tas/barang yang mahal (ternyata) membutuhkan perawatan yang mahal (khusus) juga. Dengan kalimat lain, barang yang mahal akan memicu pengeluaran baru yang tidak murah pula.
Cara ketujuh adalah wisata kuliner sesekali saja, misalnya sebulan sekali. Semakin sering wisata kuliner, otomatis akan lebih banyak menguras uang kalian.
Dalam dua minggu, anggaran belanja bisa ludes bila sering wisata kuliner dan apa ya kalian siap bila sisa minggu-minggu berikutnya hanya makan nasi putih dengan sambel korek plus krupuk? Hitungan sederhana saja, saat kita berlima sekali makan di luar harus membayar sekitar seratus ribu. Kalau tiap hari seperti itu, gaji sebulan bisa langsung habis dalam dua minggu hanya untuk wisata kuliner. Mari kita bandingkan bila kita masak sendiri di rumah, belanja 50 ribu bisa untuk menyiapkan menu makan sehari buat serumah, itu pun masih ada sisa bumbu-bumbu dapur.
Alasan lain kenapa Bunda lebih suka kuliner cukup sesekali, misal sebulan sekali untuk variasi dan wisata keluarga, karena kita tidak tahu penggunaan bahan tambahan makanan apa saja yang digunakan oleh penjualnya. Pahamilah, meskipun bahan tambahan makanan (pemanis, perasa, pewarna, penyedap) yang digunakan termasuk kategori yang diperbolehkan, akan tetapi bila intensitasnya sering dikonsumsi akan terjadi akumulasi di dalam tubuh yang sifatnya racun kan? Kita juga tidak tahu bagaimana sanitasi tempat dan perlengkapan untuk memasaknya, seperti apa hygiene personil beserta perlakuan bahan - bahan makanan yang akan dimasak. Karena (beberapa kali) secara tak sengaja Bunda pernah melihat situasi nyata yang kontras di balik laris manisnya sebuah tempat kuliner. So, be wise ya kalau kulineran?
Cara ke-8 adalah jarang-jarang mengunjungi mall, meski itu dengan alasan jalan-jalan cuci mata dan tidak perlu sering nonton film di bioskop.
Kedua hal yang sekilas tampak sepele ini, bila kalian sering lakukan akan menjadi candu dan sekaligus menggoda kalian untuk bersikap konsumtif terhadap barang-barang yag sama sekali tidak kita butuhkan.
Cara ke-9, kalau belanja kebutuhan sehari-hari dan barang kebutuhan lain pilihlah ke pasar tradional, selagi barang-barang tersebut tersedia di sana.
Harganya lebih murah pastinya, juga bisa menjadi sarana wisata rohani karena di pasar tradisionallah tempat praktek keramah-tamahan yang efektif. Transaksi dilakukan secara komunikatif (tawar-menawar) dan ada euforia saling kenal yang kental di antara para pedagang layaknya hidup bertetangga di kampung, pembeli sebagai “orang belum dikenal” akan bersikap seramah mungkin untuk menawar dan pedagang pun melayani dengan sikap yang tak kalah ramahnya kan?
Cara yang ke-10, meminjam barang pada teman/tetangga bila kebutuhan barang tersebut sifatnya sangat jarang.
Ada beberapa barang yang pemakaiannya hanya sesekali dan itu sangat jarang. Maka ketimbang membeli dan kemudian tidak terpakai untuk jangka waktu yang sangat lama, jangan sungkan-sungkan untuk meminjam pada teman/tetangga. Jauh lebih hemat jika meminjam ata sewa atau sewa saja kan? Seperti busana untuk event carnaval (anak-anak kalian), tangga untuk membetulkan genting. Tentunya, kalian juga jangan pelit untuk memberikan pinjaman barang yang dimiliki bila ada tetangga yang membutuhkan, butuh gerobak untuk pindahan, dsb.
Selain sepuluh cara di atas, ada cara kesebelas yang menarik banget untuk Mengelola Keuangan Agar Tidak Terjebak Drama Tanggal Tua, yaitu Belajar dari cara seperti Budi yang mengumpulkan dan memanfaatkan event diskon belanja , promo, fasilitas gratisan (wifi) de-el-el.
Pesan Bunda, meski diskon yang ditawarkan menggiurkan kalian harus tetap concern menjadi konsumen yang cermat dan cerdas yaitu memperhatikan tanggal kadaluarsa dan tahu harga normalnya. Tak jarang, diskon yang diobral secara fantastis tersebut harganya sudah dinaikan lebih dahulu sehingga meskipun terlihat di diskon tetap saja uang yang kalian bayarkan sejumlah harga normalnya. Gak lucu kan kalau pengennya hemat dengan menggunakan diskon tapi ternyata hanya daya tarik sekilas saja?
Yang jelas, dalam belanja menggunakan diskon, promo sale, cuci gudang atau apapun istilah lainnya, namun tetap harus dilakukan dengan asas membeli barang-barang kebutuhan yang dibutuhkan saja.
Ah iya, at least but not the last ya My Kiddos.
Yakinlah selalu untuk rajin bersedekah karena tidak pernah ada orang yang gemar sedekah akan jatuh miskin. Sedekah akan mengundang rahmat Allah dan menjadi sebab Allah bukakan pintu-pintu rezeki.
Seperti sabda Nabi s.a.w. kepada Zubair bin al-Awwam:
“Hai Zubair, ketahuilah bahwa kunci rezeki hamba itu ada di Arasy, yang dikirim oleh Allah Azza Wajalla kepada setiap hamba sekadar nafkahnya. Maka siapa yang membanyakkan pemberian (sedekah) kepada orang lain, niscaya Allah membanyakkan (rezeki) baginya. Dan siapa yang menyedikitkan (sedekah), niscaya Allah menyedikitkan baginya.” H.R. ad-Daruquthni dari Anas r.a.
Bunda hanya salah satu ibu akhir zaman, juga bukan ibu yang selalu bisa memberikan yang terbaik untuk kalian bertiga. Yang bisa Bunda lakukan adalah belajar dan berusaha melakukan apa yang bisa dilakukan dengan lebih baik dari waktu ke waktu.
Semoga dengan nasehat sederhana untuk mengelola keuangan melalui sebelas cara mudah yang Bunda sebutkan di atas yang kalian genapkan dengan rajin bersedekah, Insya Allah tak hanya akan membebaskan kalian dari sindrom tanggal tua, juga semoga menjadi salah satu jalan bagi kalian untuk hidup sejahtera lahir dan batin, baik hidup di dunia maupun akherat.
Karena Orang-orang yang berbahagia bukan orang yang hebat dalam segala hal tapi orang yang bisa menemukan hal sederhana dalam hidup dan mensyukurinya.