5 Spot Wisata Tugu Monas Jakarta Yang Menarik Untuk Dijelajahi Secara Tuntas

Monumen Nasional, yang populer dengan sebutan Tugu Monas, salah satu ikon khas Ibu Kota Jakarta yang berdiri megah dan gagah dengan puncaknya berupa lidah api berlapiskan emas seberat 50 kilogram. Siapa yang tidak ingin, atau tidak pernah punya impian untuk menjejakkan kaki dan menikmati segenap sisi  pesona wisata yang  ada di penjuru kawasan Monas?

Arsitek Tugu Monas  yang mulai dibangun pada tanggal 17 Agustus 1961 adalah Frederich Silaban dan R. M. Soedarsono, dan baru dibuka untuk umum secara resmi  pada tanggal 12 Juli 1975. Hampir 14 tahun untuk menyelesaikan proyek besar berskala nasional ini, sudah mulai kebayang kan kenapa Tugu Monas ini sangat fenomenal dan memiliki daya tarik yang tak akan kalah dengan obyek wisata lainnya, istilahnya Monas akan selalu kekinian setiap masa. 

Impian bisa ke Monas yang mematri di benak sejak kali pertama mengenal Monas dari buku sejarah dan melihatnya di layar TV setiap ada upacara peringatan kemerdekaan tanggal 17 Agustus. Mimpi melihat dari dekat dan secara langsung yang tak pernah memudar meski usia saya tak lagi anak-anak. Setelah sekian kali berkesempatan ke Jakarta, hanya bisa melihat Tugu tersebut dari radius jarak jauh: dari stasiun Gambir dan ruas jalan raya di dekat-dekat kawasan monumen nasional.  
Bismillahirrahmaanirrahiim, sosok Tugu Monas akhirnya menjelma nyata di depan saya. Alhamdulillah, di Bulan Desember lalu saya bisa mewujudkan impian masa kanak-kanak. Meskipun tujuan utama ke Jakarta sebenarnya dalam rangka ada acara hajatan di rumah saudara yang tinggal di Tangerang sih. Tapi saya mempersuasi Kang Abi untuk mampir ke Monas, “ mumpung timingnya pas neh, anak-anak bisa diajak sekalian kenapa gak piknik tipis-tipis dengan mampir ke Monas dulu Bii?”. 

Well done, Kang Abi setuju (iya dong, kan 4 orang kompakan setuju dan satunya Kang Abi sendirian, jadi ya manut deh). Jadi skema keberangkatan ke Tangerang di modifikasi untuk mampir dulu ke Monas. Butuh perjuangan banget untuk bisa berada ke Monas. Saya pikir untuk kawasan wisata sepopuler Monas yang sudah eksis sejak lama, pengunjungnya bakalan tidak membludak ala obyek wisata yang baru ngehits. Terlebih pas kami kesana Hari Sabtu, Bulan Desember, kombinasi yang sempurna yang membuat monas padat pengunjung. Diluar prediksi, asumsi saya ya cukup jalan kaki sebentar, bayar tiket dan masuk deh ke core of the core Tugu Monas. 

Ternyataaaaaa…..mulai dari cari parkir butuh effort lebih, yang akhirnya dapat di komplek perkantoran Lemhanas, dilanjutkan jalan kaki dengan jarak tempuh yang tidak dekat guys. Silahkan di bayangkan, pintu masuk ke Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dan kami masuk dari arah Gedung Lemhanas? Itupun masih lanjut antri lumayan lama untuk bisa melalui under pass menuju altar tugu Monas, 30an menit menikmati teriknya cuaca jakarta yang cerah ceria kala itu, hingga bisa masuk ke Zonanya Tugu Monas. 
Jadwal kunjungan wisata Tugu Monas
Over all, “perjuangan” kami sebanding kok dengan sensasi wisata yang kami dapatkan begitu masuk ke Monas. Dari kunjungan singkat dan sejenak ke Monas pada tanggal 28 Desember 2019 lalu, setidaknya ada 5 spot wisata yang bisa di explore di kawasan Monumen Nasional ini:
  1. Area sekitar Tugu Monas yang seluas 80 hektare, sangat sayang jika tidak dinikmati. Landscape taman yang super luas, bagai hamparan permadani dengan pepohonan yang tertata apik. Sungguh pemandangan yang funtastic diantara barisan gedung-gedung menjulang yang berada di sekitaran kawasan Monas. Terdapat kolam di Taman Medan Merdeka Utara yang berukuran 25 x 25 meter, membuat kawasan Taman Monas ini semakin menarik dan membuat betah untuk berlama-lama spending time berwisata keluarga. 
  2. Relief Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Sebenarnya saat berjalan melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas kami sudah mulai bisa menikmati keindahan wisata. Secara terowongan yang berada 3 meter  di bawah taman dan jalan silang Monas itu bagus, bersih, nyaman banget, super sejuk (banyak AC) dan 180 derajat dari imajinasi kami ketika petugas yang jaga di pintu masuk terowongan ngasih prolog “ sengaja jumlah orang yang masuk dibatasi agar tidak berdesakan saat berada di terowongan”.  Nah, begitu kami naik kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas, kami mendapati paparan relief sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Di setiap sudut dinding halaman luar yang mengelilingi Tugu Monas  terdapat relief yang menceritakan tentang sejarah Bangsa Indonesia. Untuk mendapatkan kronologis gambaran sejarahnya, bisa menelusuri relief ini mulai sudut timur laut yang menggambarkan kejayaan Indonesia masa lampau, kemudian bisa dilanjutkan wisata relief ini mengikuti arah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut.
    Salah satu sudut relief sejarah perjuangan Bangsa Indonesia
  3. Museum Sejarah Nasional Indonesia. Berbeda dengan keberadaan relief sejarah Indonesia yang bisa ditemukan begitu kita keluar dari under pass, maka keberadaan museum ini bisa ditemukan di bagian dasar monumen yaitu pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah. Ukuran museum sejarah perjuangan nasional ini adalah 80 x 80 meter, dengan daya tampung pengunjung hingga 500 orang. Di dalam ruangan ini terdapat 51 dioarama: 48 diorama berada pada keempat sisi ruangan, sedangkan 3 diorama berada di bagian tengah. Menarinya, secara keseluruhan diorama-diorama tersebut menggambarkan perjalanan panjang  sejarah Bangsa Indonesia yang dimulai  masa pra sejarah sampai dengan Orde Baru. Seperti halnya relief sejarah yang berada di luar/atas, diorama yang berada di dalam ruangan museum sejarah Nasional Bangsa Indonesia secara berurutan bisa kita runutkan mulai sudut timur laut kemudian berlanjut searah jarum jam: masa pra sejarah, kerajaan-kerajaan, jaman penjajahan kemudian berlanjut dengan perlawanan para pahlawan hingga perang kemerdekaan dan masa revolusi dan diakhiri dengan era Orde Baru. 
  4. Ruang Kemerdekaan yang terletak di bagian dalam cawan monumen, berbentuk amphitheater. Untuk bisa sampai di ruang kemerdekaan  bisa melalui tangga berputar di pintu sisi utara dan sisi selatan. Sebagaimana dengan namanya, maka di ruangan ini khusus untuk penyimpanan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia, antara lain naskah asli Proklamasi, lambang negara Indonesia, peta kepulauan NKRI dan bendera merah putih dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi. Pada sisi selatan terdapat patung Garuda Pancasila, sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi, dan dinding sisi utara menampilkan peta kepulauan Nusantara.
  5. Pelataran Puncak Tugu Monas. Untuk mencapai zona yang menjadi core of the core nya wisata Monas ini bisa melalui lift (kapasitas 11 orang) yang berada di pintu selatan.  Pelataran puncak Tugu Monas ini berada pada ketinggian 115 meter dan berukuran 11 x 11 meter. Perlu dicatet, untuk mengatur strategi agar bisa menikmati keindahan pemandangan dari pelataran puncak MONAS: daya tampung ”hanya” sekitar 50 orang. Padahal animo pengunjung untuk bisa sampai ke puncak Monas ini sangat tinggi. Secara dari puncak Monas ini kita  melihat wajah Ibu Kota  Jakarta dari semua penjuru arah secara lebih jelas, seksama dan look closer karena menggunakan teropong. Apalagi saat cuaca cerah dan tak ada asap kabut, di bagian arah selatan kita bisa melihat penampakan Gunung Salak dan di bagian arah utara akan terpampang bentang alam berupa laut lepas dengan pulau-pulau kecil. 
Nah, super duper menarik kan jika kita bisa all out mengeksplore spot-spot wisata yang ada di kawasan Tugu Monas ini. Sayangnya, pada kunjungan saya kemarin itu belum sampai ke pelataran puncak Tugu Monas karena selain waktu yang memang kurang ama, kedatangan kami di Monas juga sudah kesiangan, jelang tengah hari gaeess. Padahal KUOTA jumlah pengunjung ke pelataran puncak Monas sangat terbatas yaitu 2000 orang untuk wisata pagi, 500 orang untuk wisata malam. 
Maka saran saya, jika hendak ke Monas sediakan waktu yang benar-benar hanya untuk ke Monas. Dan pastikan untuk membawa: payung, sun glass, power bank, cemilan yang cukup, stock minum (meskipun di dalam monas tersedia standing machine yang berisikan aneka minuman dingin, tapi not always ready. Maksudnya, transaksi tidak selancar kebutuhan kita. Secara yang antri beli bejibun dan tak selalu pecahan uang yang kita miliki bisa digunakan untuk bertransaksi di mesin tersebut.

Akan lebih paripurna lagi hasil dokumentasi kalau bisa bawa kamera yang mumpuni, karena gambar yang saya ambil di dalam ruang museum sejarah dan ruang kemerdekaan jauh dari representatif untuk ditayangkan (ataukah skill saya memotret yang perlu di up grade kali ya?)
The next advise, jika memang benar-benar ingin all out berwisata di kawasan Tugu Monas kemudian berkanjut dengan hunting obyek wisata lainnya yang tak jauh dari Monas,  artinya butuh penginapan yang strategis dan klop dengan budegt kita kan ya? Nah, bisa banget tuh cari penginapan apartemen Jakarta Selatan, secara JakSel kan dekat bingit dari Monas, dengan rute melewati Jalan Jend. Sudirman, jaraknya sekitaran 11 kilometer. 

Galau karena nginep di apartemen itu harus lama? Kata siapa? Sekarang sewa penginapan apartemen harian juga sudah banyak banget pilihan yang recomended kok. Jadi gak perlu riweuh bakal repot, bisa pilih -pilih apartemen untuk di sewa secara harian sesuai kebutuhan.

SEANDAINYA neh kok ya ternyata ujug-ujug pengen stay di jakarta melebih rencana awal, seperti yang kami alami saat ke Monas itu. Bener-bener gak nyangka kalau Monas seluas itu, semenarik itu dan gak cukup kalau hanya sehari saja untuk menghabiskan 5 spot Wisata di Tugu Monumen Nasional Jakarta tersebut. Bapernya lagi akhir bulan pulak. Mana budget yang tersedia juga pas-pasan, jika situasinya semacam itu bisa disiasati untuk pembayaran sewa apartemennya booking via Traveloka.
Kok pilih booking apartemen via Traveloka? Banyak fitur handal yang user friendly dan bisa menjadi semacam "kompas" yang mudah dipahami, yang akan membawa kita pada apartemen yang kita butuhkan. Selain tersedia pilihan apartemen yang friendly - family dan pay upon check in, ada banyak fitur lainnya yang menjawab aneka kebutuhan pelanggan, antara lain:
  • Fitur near me, yang memberikan kemudahan bagi kita sebagai pengguna untuk menemukan apartemen yang tredekat dengan lokasi/alamat keberadaan at present time. Fitur ini memudahkan kita banget saat berada di luar kota dan tidak paham arah/peta daerah/kota yang kita kunjungi.
  • Fitur filter (range harga, fasilitas hotel, kelas hotel, filter area, tipe akomodasi, dll). Dengan fitur filter ini kita bisa dengan mudah memilih dan memilah apartemen yang kita inginkan dari segi harga, fasilitas akomodasi yang tersedia di apartemen kita inginkan (kolam renang, wifi, parkir, restauran, elevator, fitness center ), area apartemen dengan fasilitas publik (airport, stastiun, tempat-tempat atraksi)
  • Fitur sort memudahkan kita untuk memilih apartemen dari yang terpopuler, harga terendah, harga tertinggi dan rating tertinggi.
  • Fitur easy reschedule ini keren banget. Gak kebayang kan, kalau kita sudah booking dan tetiba ada sesuatu hal yang membuat kita harus menunda semua agenda yang sudah dipersiapkan dengan maksimal, termasuk penginapannya. Saya tahu rasanya akan nyesek banget (pernah ngalamin soalnya) jika penginapan yang sudah kita booking tidak di reschedhule. Nah dengan fitur easy reschedule di Traveloka ini memungkinkan kita untuk melakukan reschedhule akomodasi yang sudah kita pesan, jadi tidak perlu double panik lagi.
  • Fitur last minute hotel ini memberikan kita pilihan-pilihan penginapan yang available ketika mendadak kita butuh fasilitas penginapan. Jadi meski last minute dan late night, dengan fitur last minute hotel yang ada di traveloka ini kita bisa menemukan penginapan yang kita butuhkan.
Dari sederet fitur-fitur Traveloka yang cooperative dan bersahabat dengan pelanggan, endingnya adalah urusan bayar-membayar. Traveloka juga tanggap, peka dan perduli dengan kebutuhan cara pembayaran yang bisa dikatakan fit and proper bagi pelanggan.

Artinya, untuk urusan pembayaran ini pun dipertimbangkan dengan sangta seksama agar pelanggan bisa nyaman dan aman ketika melakukan proses pembayaran. Selain bisa  membayar di hotel saat check in (pay upon check in), jadi tidak perlu ribet harus melunasi ketika booking, apalagi saat kita sedang terburu-buru kan ? Metode pembayaran yang di tersedia di Tarveloka ini juga banyak banget, baik yang cara pembayaran tunai ataupun nontunai (cashless). Yang tak kalah baiknya dari sekian cara pembayaran tersebut adalah adanya fitur pembayaran PayLater.
Opsi bayar dengan cara mencicil (paylater) ini cukup membantu, antara lain jika tetiba kita butuh menginap sementara anggaran yang tersedia belum mencakup variable penginapan. Atau, karena sesuatu hal yang membuat kita harus bepergian dan menginap pas banget ketika akhir bulan? Meskipun kita menggunakan cara pembayaran Paylater alias bayar belakangan, fasilitas dan layanan yang kita terima tetap menggunakan SOP yang sama dengan pelanggan yang membayar secara langsung (dibayar dimuka).

Lantas, bagaimana dengan penagihannya? 
Cara penagihan Traveloka akan tetap menggunakan mekanisme  penagihan dengan penuh etika, sopan dan tidak bikin worry. Kita TIDAK PERLU was-was akan didatangai penagih hutang yang berpenampilan sangar yang bersikap kasar ala di sinetron.

Oia, yang bikin tenang dari Traveloka PayLater ini sudah didukung oleh Danamas yang merupakan mitra resmi, terdaftar dan yang pertama kali memiliki izin beroperasi dari OJK ( Otoritas Jasa Keuangan ).  Nah bisa dipahami kan bagaimana pengelolaan dan cara berinteraksi dengan pelanggan yang menggunakan pilihan bayar dengan Paylater ini menggunakan aturan yang jelas dan tidak semena-mena.

Jadi, Apakah Anda termasuk orang yang sudah menuntaskan jelajah wiasata di Monas hingga all out 5 Spot tersebut ? 



Referensi: https://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Nasional  (tanggal akses 20 Februari 2020)

Ririe Khayan

Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com

6 comments:

  1. So nice mba, aku yang tinggal di Jakarta udah bertahun-tahun malahan belom semuanya aku kunjungin kalau pas lagi ke monas heheh, nice info mba, thanks

    ReplyDelete
  2. Mak Ririe ..aku sendiri belum pernah jelajah Monas lho hahaha. Sering ke Jakarta tapi gak sempet sempet juga nyamperin kesana. Paling enggak udah tau apa saja yang perlu disiapkan kalau kesana habis baca blog ini hihihi. Makasih lho yaaa

    ReplyDelete
  3. Aku udah 2 kali ke Monas pas ke Jakarta beberapa waktu lalu. Tapi gak pernah sampai mblusuk-blusuk ketemu spot2 kayak gitu. Ya mungkin keburu ngejar waktu kereta jdi kelewat. Moga bisa kayak Mba Riri bisa jelajah Monas gitu :)

    ReplyDelete
  4. Halo mba.
    Udh lama gak ke sini sayah.

    Saya taunya monas tugunya itu aja hehe.

    Nice inpoh

    ReplyDelete
  5. Saya pertama kali mengunjungi monas itu tahun 2016. Belum punya aplikasi gojek, ke monas pakai taksi harga lumayan.

    Kedua kali (2019)saya ke monas gojek, ternyata lebih murah dan lebih enjoy.

    Semoga saya dapat kesempatan staycation lagi di Jakarta dan mengunjungi monas.

    Seneng di monas karena juga dekat dengan masjid istiqlal hehe

    Thx informasinya mbak. Jadi tau sejarah monas

    ReplyDelete
  6. Wow, lama juga ya, pembangunannya sampai 14 tahun. Tapi emang hasilnya keren dan langgeng, sih

    ReplyDelete

Leave a comment or just be silent reader, still thank you so much.
Terima kasih telah singgah di Kidung Kinanthi.
Mohon maaf, atas ketidaknyamanan MODERASI Komentar.

Maaf ya, komentar yang terindikasi SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublikasikan.

So, be wise and stay friendly.