Lama (banget) tidak posting ala-ala puisi dan Bismillahirrahmaanirrahiim coba-coba modifikasi puisi lama yang dicampur-aduk dengan postingan IG. Inilah jadinya puisi campur-campur, dan kebetulan pas happeningnya hari ValDay. Saya sih tidak ikutan merayakan hari yang ditahbiskan dengan nuansa pink-pink karena bagi saya tiap hari adalah hari kasih sayang dalam berbagai perwujudannya: suka, senang, ceria, galau, cemberut, ngambek, ngedumel, bahagia dan sebagainya.
Apapun yang terjadi di setiap laju detak detik waktu, semoga selalu ada elemen-elemen kasih sayang meluapi hari-hari kebersamaan kami.
Lanjut saja pada kompilasi kalimat-kalimat (sok) puitis ini:
Tak ada tanya kenapa kini sendiri,
Seperti diamnya ranting saat helai-helai daun meninggalkannya
Meski ribu tanya meriuh.
Kenangan redup yang membangkit
bersenyawa dengan partikel – parikel udara
Mengungkit haru rintihan hati
dan membentangkan sayap-sayap lara perpisahan
Yang tlah teranyam dalam bingkai masa lalu.
Tapi tetap saja lekat
Diorama hati yang menangis kala melihat langkahmu
yang jauh dan semakin menjauh ketika itu
Adalah tawa dan luka yang bersenggama mesra,
duka yang mencabik segenap saraf sukma
dan palung kesunyian yang menghunjam di relung sanubari
Salam perpisahanmu kepada ‘sgala kehangatan asmara
Dalam sendiri, dawai kerinduan itu kadang mash berdenting
bergema di ruangan nurani meski tak lagi seindah dulu
Sementara bayangmu pun kian memudar dan kabur
Diantara tautan harap dan kenyataan.
Tak ada yang pantas disalahkan,
Bukan musim yang membuatnya kering,
Ataupun angin yang membawa daun terpisah darinya.
Tak ada yang perlu disesali,
Walau pernah punya mimpi menua bersama,
Tapi ia coba pahami kalau rindunya tak perlu menjadi candu,
Dan cintanya tidak untuk jadi belenggu.
Ketika aku mencintamu :
Aku belajar mengasihi, tanpa mempertanyakan mengapa
Aku belajar menerima kekurangan, saat egoku berkata ‘aku ingin yang sempurna’
Aku belajar melawan amarah, karena kutahu itu hanya akan membuatmu bermuram durja
Aku belajar mencinta hal yang tidak kusuka, karena aku begitu bahagia, melihatmu tertawa karena hal yang sederhana
Aku belajar memaklumi kesalahan dan berkata ‘aku memaafkan’ tanpa kau awali dengan permintaan
Aku belajar berkata ‘tak mengapa’, asal kutahu, kau baik-baik saja
Aku belajar cinta dari mencinta.
Selamat mencoblos bagi yang di daerahnya sedang dilangsungkan pemilihan kepala daerah. Let’s Be wise menggunakan hak pilih untuk memilih pemimpin yang amanah agar membawa berkah di dunia – akherat karena seorang pemimpin tak ubahnya seperti lokomotif kereta api. Efek sering mobile naik KA Bandung – Jogyakarta belakangan ini, jadi terbawa secara spontan untuk belajar "melihat makna keberadaan" lokomotif kereta api .
Jika lokomotif kereta api (akan) belok arah (salah/benar), maka semua gerbong yang ada di belakangnya otomatis (akan) mengikuti. Dan keberhasilan kepimpinan adalah bisa membawa keamanan, kenyamanan secara materi (fisik) dan non material (rohani). Dalam berbagai aspek kehidupan, bukankah kesetimbangan dan harmonisasi antara hubungan horisontal dan vertikal yang sejatinya kita perjuangkan.
Dan epilog pada paragraf terkahir saya kutip dari status seorang teman (teman kost sewaktu kuliah ). Lantas si penulis ini langsung kabur lagi untuk mengerjakan laporan praktikum lagi.
No comments:
Post a Comment
Leave a comment or just be silent reader, still thank you so much.
Terima kasih telah singgah di Kidung Kinanthi.
Mohon maaf, atas ketidaknyamanan MODERASI Komentar.
Maaf ya, komentar yang terindikasi SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublikasikan.
So, be wise and stay friendly.