Rata-rata sinetron kalau masih di awal-awal episode, jalan ceritanya masih enak diikuti dan bisa dinikmati. Case by case yang tidak berbelit-belit, Bismillahirrahmaanirrahiim just like life normally flowing. Setiap orang yang menghadapi persoalan, ujian atau apapun istilahnya, generally ya as fast bisa diselesaikan agar tidak serupa kondisi yang bersifat laten atau seperti benang kusut yang perlu ada tindakan pemotongan agar ada ujung benang yang bisa digunakan untuk menjahit lagi. Pada masalah-masalah tertentu, memang ada persoalan (hidup) yang berlarut-larut untuk sampai pada problem solvingnya. Tapi kan gak yang dibikin jadi mbulet pada problem yang itu-itu saja dan direkayasa agar tidak berkesudahan.
Berasa serius banget ya? Padahal lagi pengen iseng-iseng nulis sebuah sinetron yang saat ini jalan ceritanya masih asyik so creamy #kayak es cream saja untuk dinikmati minimal sebagai tontonan (positif). Maklum, tipically sinetron kan begitu ratingnya melesat bak meteor garden, langsung deh sedikit demi sedikit [tapi jelas banget] konfliknya mengalami bias dan dipaksakan, satu jenis konflik dibikin berlarut dan mbulet tingkat dewa, hingga unsur logisme suatu cerita jadi absurd. Tanpa maksud untuk menilai atau mengkritik, karena sesungguhnya saya pun gak paham soal kritik mengkritik. Ini sekedar mengapresiasi secara subyektifitas karena kebetulan cukup sering mengikuti tayangan Sinetron KITA NIKAH YUK, setidaknya selama jalan ceritanya masih bisa dinikmati dan bisa bikin enjoy, kalau lagi gak ada acara dan belum ketiduran, KNY ini sering saya tonton belakangan ini. #bukanpromosi
Tema yang diangkat dalam sinetron ini mostly banyak terjadi dan kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat [ketimuran khususnya]: problematika belum menikah yang dihadapi oleh golongan usia yang dianggap sudah matang dan cukup mapan dalam pekerjaan tapi masih belum menemukan pasangan yang serius dan siap diajak menikah. Adalah sang pemeran utama Mawar [Naysila Mirdad] dan Wasit Subeni [Agus Ringgo] yang dilengkapi dengan keberadaan tokoh Sasha dan Krisna yang dihadirkan untuk memperkuat tema utama tentang problematika pada populasi kaum muda yang di usia mereka, akhir dua puluhan dan awal tiga puluhan, dalam ukuran kepantasan sosial dianggap sudah seharusnya membina rumah tangga. Dimana masing-masing dari mereka (Mawar, Wasit, Sasha dan Krisna) berada dalam dilematika menghadapi orang tua yang sudah kebelet banget agar anaknya segera menikah. Mulai dari dikenalkan dengan kerabat-kerabat dekat, kolega/teman, didaftarkan ke biro jodoh dan berbagai macam cara lain yang ditempuh oleh orang tua mereka. Juga ada bumbu-bumbu ‘kompetisi’ antara orang tua Sasha dan Mawar yang adu kecepatan anaknya bisa menikah lebih dulu.
Konflik dimunculkan dengan adanya Pola pikir Takut being single abadi sampai tua hidup sendirian sehingga pokok yang penting menikah (secepatnya) yang diperankan oleh Naysilla Mirdad dengan tipically sebagai sosok gadis yang lugu dan menganggap semua orang sebaik seperti yang disampaikan secara verbal. Sosok Mawar ini disempurnakan dengan model Seorang Ibu yang merupakan representasi kebanyakan ibu-ibu yang dilanda kepanikan manakala punya anak gadis jelang usia 30an tapi belum jelas kapan akan menikah. Some how, sikon ini bisa jadi ada di sekitar kita atau bahkan di antara orang-orang yang kita kenal langsung. Kalau bagi saya, It’s a part of my experience. Senada dengan kondisi Mawar. Salah satu efek riil yang relevan akibat kepanikan Mawar ini: Mawar menanggapi serius kehadiran Arya yang ditokohkan sebagai sosok yang sengaja ingin memanfaatkan kaum perempuan yang bersemangat banget untuk segera menikah. Bukankah, ini juga kasus nyata yang tak jarang terjadi dimana ketika pressure usia yang dianggap sudah seharusnya menikah sehingga logika menjadi oleng dalam mengambil keputusan menikah.
Phobia being single forever yang melanda Mawar dipasangkan dengan sosok Wasit yang memiliki Trauma menikah: gagal menikah karena ditinggalkan oleh calon istrinya di saat-saat semua persiapan pernikahan sudah oke Fixed. In this case, I knew some one yang memiliki traumatik ini dengan penyebab yang hampir sangat mirip, yang saking deeply down karena ditinggal sang calon istri, kemudian berprasangka “jangan-jangan, nanti dia juga akan meningglkanku lagi..bla..bla…”.
Kuatir jika menolak orang yang saat ini dikenalnya [walaupun validitas orangnya masih perlu dipertanyakan] adalah jangan-jangan ternyata jodohnya? Sehingga ada sisi ‘sembrono’ yang terjadi seperti menganggap nasehat orang lain di sekitarnya dirinya untuk berpikir lebih tenang sebelum mengambil keputusan YES or Not itu dianggap semata karena tdak memahami situasi yang dialaminya
Alur cerita disajikan dengan apik dalam genre drama dan komedi. Hingga menjelang episode ke-70, saya melihat jalinan cerita dalam KNY ini MASIH dalam frame yang wajar dan berada pada tema utama. At least, Ekspose dan eksploitasi status sosial (kekayaaan), bully pada kondisi fisik, rebutan cinta (pasangan) yang sampai berlebihan, sejauh episode ini, sukses dijauhkan dari alur cerita KNY ini. Sikap-sikap, dialog dan adegan yang dimunculkan masih dalam porsinya, kalaupun ada yang sedikit berlebihan dan agak lebay sepertinya ya perseteruan antara Leny dan Astrid, serta Mira (Emaknya Wasit). Banyak scene konyol tapi sekaligus bikin ketawa jika Leny dan Astrid dipertemukan, atau Astrid sama Mira yang susah untuk akur.
Setting dan latar, lebih kelihatan realistis. Contohnya, kalau pas naik mobil ya kelihatan jika memang mobilnya lagi jalan (bukan backgroundnya doang yang dikesankan ‘berjalan’). Studio, sesi fotografi, rumah mode, perpustakaan-nya Hani, Warung Bakdo, Tempat Jual bubur ayam, dst. Tokoh antagonisnya bisa dibilang juga normal, sebagai pemanis cerita juga seperti tokoh Leny itu gak sampai yang over dosis tingkat antagonisnya.
Jika disimak lebih baik lagi, scene yang saya sukai adalah tentang tata krama dan atau unggah – ungguh yang tetap diperhatikan. Dalam KNY ini, bisa dilihat bagaimana sikap/cara Mawar dan Wasit dalam menyikapi ketidaksetujuan orang tuanya terhadap calon pilihannya. Bagaimana mereka berusaha tetap menjaga perasaan orang tua dengan bersikap diplomatis. Reaksi yang terjadi dalam setiap adegan masih dalam konteks yang wajar secara hukum sebab-akibat.
Setidaknya di KNY ini TIDAK ADA: adegan dengan intonasi yang tinggi melengking cethar membahana, emosi yang meledak-ledak bak gunung Merapi meletus, intrik kejahatan yang kriminal banget, adu kelicikan yang sampai membentuk konspirasi, bermesraan yang over dosis.
Iya sih, beralihnya pada KNY ini Berawal dari titik jenuh pada sinetron yang mengangkat tokoh utama sosok perempuan yang suka menulis dan punya blog. Apalagi kala itu, cara penyajian ceritanya indah dan sarat makna, para pemerannya juga di skenario berperilaku yang masih wajar-wajar saja dalam berekspresi. Saya pun sepakat dan optimis jika cerita yang diangkat tersebut bakal membawa angin pembaharuan dalam genre sinetron. Tapi setelah sekian episode berjalan, kok ya permasalahannya berputar-putar pada satu konflik ya? Kesannya jadi dipaksain banget…eh ini dalam sudut pandang saya yang memang lebih suka lihat film lepas, satu judul tayang dan THE END.
Once again, menurut saya yang awam tentang alur skenario dan tata naskah, rasanya kok unsur logis dan kewajaran yang pada awalnya merupakan magnet yang menarik saya untuk duduk manis menonton sinteron tersebut kian memudar. Saya pikir setelah problem perselingkuhan diselesaikan, akan diangkat lagi problematika yang baru layaknya the daily case kehidupan pernikahan pada umumnya. Kalau jaman dulu, semisal Rumah Masa Depan atau ACI = Aku Cinta Indonesia. Tentang apa saja problematika dalam interaksi dengan tetangga, komunitas di sekolah anaknya, lingkungan kerja, bagaimana keruwetan ketika istri bekerja dan tak punya ART, dan so on. Saya yang awalnya antusias dengan sinetron tersebut pun kembali mendapati fenomena klasik gaya persinetronan yang kebanyakan tayang, lama-lama saya jadi bingung sendiri dimana klimaks cerita dan antiklimaknya ya?
Walahh, ternyata iseng-iseng nulis sinetron ini sudah melebar kemana-mana?
Straight Back to Kita Nikah Yuk, so far penyajian sinetron ini masih konsisten utk mengalir secara natural dan faktor logika pada setiap konflik masih diutamakan. Semoga tidak menjadi sinetron yang ruwet sehingga yang nonton tetap bisa enjoy tanpa kehilangan pesan positifnya. Jika memang antiklimaks cerita sudah seharusnya ada, ya biarlah KNY ini The End dengan alur yang jelas dan meninggal kan kesan yang indah sebagai sinetron yang layak ditonton dan memiliki unsur-unsur yang positif untuk dituntuni (dicontoh).
Straight Back to Kita Nikah Yuk, so far penyajian sinetron ini masih konsisten utk mengalir secara natural dan faktor logika pada setiap konflik masih diutamakan. Semoga tidak menjadi sinetron yang ruwet sehingga yang nonton tetap bisa enjoy tanpa kehilangan pesan positifnya. Jika memang antiklimaks cerita sudah seharusnya ada, ya biarlah KNY ini The End dengan alur yang jelas dan meninggal kan kesan yang indah sebagai sinetron yang layak ditonton dan memiliki unsur-unsur yang positif untuk dituntuni (dicontoh).
Kita Nikah Yuk…..
Siapa Takut???
Wah bagus ya Mba Rie? Saya sekarang sudah sampe pada tahap tidak mau coba-coba untuk sinetron. Udah kadung jelek imagenya sinetron. hiks. Semoga terus baik ya Mba Rie.
ReplyDeletePas-pasan mas, pas lg lht tv ada promo KNY dan sptnya lucu, jd coba - coba lht deh. Klo ceritanya msh asyik dan selow ya msh enjoy utk mgikutin. Klo jalan ceritanya stag atau bertele2, biasanya stop lht sinetron tsb
DeleteSinetron apa tuh yang tokohnya penulis blog?
ReplyDeleteCatatan hati seorang Ririe...hahaha
Deletekapan tayangnya nih "catatan hati seorang Ririe"? hahahahaha
DeleteNunggu penulis ceritanya by mas Budy kok. Nah lho, kapan mau dibikin skenarionya?
Deleteasal Cak Budy jangan jadi pemainnya. suka bahaya
Deletetapi kalau main bareng Pak Zach, boleh juga tuh mas Budi
Deletesepertinya utk jenis2sinetron ACI udh langka ya..oh ya,, kl gk salah itu jga singakatan tokoh pemainnya A=Amir C= Cici I= ygini lupa
ReplyDeleteAku tau aku tau...I-nya itu adalah Iiiihh lupa deh. hehehehe
Deletewah nggak pernah nonton sinetron mak..seringnya kartun^^
ReplyDeleteHhoho....seringnya nonton masha juga
DeleteAyo nonton masha mbak
Deleteaku ketinggalan kayaknya, belum tau ada sinetron ini
ReplyDeleteHehehe...yuk nonton KNY #eh
Deletekalo saya sinetronnya kayaknya nggak pas buat nonton. secara saya bapak-bapak gitu loh, masa nonton sinetron. kalo main sinetron saya mau. hebat kan
ReplyDeletehayoo main sinetron, judule opo ?
Deleteboleh juga tuh mbak soal unggah-ungguhnya. keren kalo doktrin ini bisa masuk ke masyarakat utamanya yang masih muda2.
ReplyDeleteHohoho, bner banget Pak. Secara sinetron skrg kebanyakan 'lupa' unggah-ungguh
Deleteliat ini seru bingit, udah beda sama sinetron lainnya, kalau pun chsi dambaan emak2 lainnya, sama makin bosen karena cerita dipanjang2in beda sama nikah yuk, cobaan dateng tapi natural, mawar wasit juga lucu yaa :D
ReplyDeletehahahaha...lha wong wajahe Agus Ringgo tanpa beraction lucu saja wes bikin ketawa je. Walaupun gak tiap hari mengikuti, so far lucu dan menghibur sinetronyya
DeleteHai mak. Btw, ini job review bukan? Hihihi *kepo*
ReplyDeleteAku beberapa kali nonton ini, gegara ada Christian Sugiono, ganteng bingits gilak. *disambit Titi Kamal*
Tapi belakangan, malessss nontonnya, keburu ngantuk :(
iyae mbak, jam tayangnya pas wayahe diserang nagantukk.
DeleteAku suka kalau MAwar dan wasit ngambeg-ngambegan, lucuuu
gak pernah nonton sampai habis.. udah ngantuk :)
ReplyDeletesaya juga gak tiap hr lihat mbak
Deleteiya, pertama tama kali dulu sempet ngikutin tapi sekarang sudah enggak lagi, ceritanya mulai ngalor ngidul ra karuan..
ReplyDeletesaya suka liat dhini aminartinya saja..