Ibuku Cermin Kartiniku...

Ibuku sosok wanita desa yang sederhana namun mempunyai visi dan misi yang cukup moderat dan demokrasi. Ibuku tidak pernah mengenyam pendidikan formal karena keterbatasan ekonomi di masa nenekku serta akses/fasilitas pendidikan yang tidak terjangkau. Sehingga Ibuku bersikukuh agar anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan formal. Bukan hal yang mudah karena untuk membesarkan dan membiayai sembilan (9) orang anak sedangkan notabene ayahku adalah seorang petani gurem, bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari harus siap kesana kemari jadi jadi buruh tani. Justru menyadari susahnya hidup menjadi orang bodoh, ibuku meyakinkan ayahku serta dan anak-anaknya agar bisa bersekolah meski harus modal dengkul (demikian istilah kami kala itu, karena memang modalnya kemauan dan keinginan untuk sekolah) yang penting bisa sekolah, makan seadanya, baju saling diwariskan ke adiknya dan baru beli jika keadaan sudah tidak mungkin digunakan lagi dan jangan harap ada uang jajan/saku, untuk bayar SPP saja sering nunggak. Ibuku juga mendidik kami agar tidak malas bekerja, jika di luar jam sekolah ibuku mengajak anak-anaknya bekerja di sawah baik di sawah snediri maupun bekerja di sawah orang lain.

Setiap hari ibuku bangun lebih awal dari seisi rumah guna menyiapkan makanan dan menyelesaikan pekerjaan rumah sebelum berangkat ke sawah membantu ayahku. Malam hari beliau tidur setelah semua isi rumah tertidur, bahkan makan pun menunggu suami dan anak-anaknya makan, kalau tidak ada makanan maka ibuku pun tidak jadi makan. Beliau benar-benar mengatur agar bisa berhemat sehingga kami bisa tetap bersekolah. Aku masih ingat ketika ada tetangga yang menyindir ibuku kenapa ngoyo nyekolahin anak sampai di belain gali lubang tutup lubang (hutang sana sini) wong dasar orang miskin saja, apalagi anak yang perempuan yang kodratnya paling-paling ya di dapur? Aku tau hati ibuku pasti sakit dan sedih banget kala itu, tapi padaku dan semua sodara-sodaraku Ibu selalu bilang: ”justru karena miskin maka aku ingin anak-anakku sekolah karena pendidikanlah yang bisa jadi warisan tak ada habisnya” Dari situ Aku melihat ibuku demikian menjiwai semangat kartini, dalam kapasitas dan keadaannya, ibuku memiliki visi yang jauh ke depan. Kalau dulu banyak tetangga yang mencemooh pilihan sikap ibuku, tapi sekarang semua tetangga menyatakan salut dan kagum pada orangtuaku karena ke-9 anaknya bisa jadi orang.

Ibuku memang tidak mengerti apa teori dan arti demokrasi tapi sikap dan perkataan beliau adalah perwujudan nilai-nilai demokratis. Beliau tidak pernah membatasi atau menginginkan anak-anaknya berkarir dalam bidang tertentu, yang penting halal dan mencukupi. Tentang jodoh, Ibuku hanya bilang yang penting seiman, beda suku, beda jenjang pendidikan, beda status sosial....tidak masalah yang penting serius untuk berkeluarga. Bahkan ketika kakak perempuanku di tinggal selingkuh suaminya, Ibuku dengan tegas dan tegar bilang: ”suatu hari dia (kakak iparku) akan melihat bahwa kamu bisa hidup dengan bahagia bersama anakmu, biarkan dia pergi kalau memang sudah tidak mungkin di pertahankan lagi”.

Aku belajar banyak hal dari ibuku, tidak ada yang bisa kita dapatkan tanpa kerja keras dan usaha, bahwa sesulit apapun kita tidak boleh menyerah pada keadaan. Satu lagi wejangan yang tak mungkin aku lupakan dari ibuku yaitu tentang kemampuan dan kebutuhan, jika kita membutuhkan sesuatu tapi belum mampu maka tetaplah berusaha. Dan jika kita mampu untuk mendapatkan sesuatu tapi belum membutuhkan sebaiknya jangan diikuti karena akan ada kebutuhan lain esok hari yang lebih penting.

Sungkem bakti dan sayang buat ibuku, maafkan ananda jika sampai sekarang di usia senja Ibu dan Bapak, ananda masih membuat risau dan resah.



Submitted on NOVA: For Competition that behalf of Kartini’s days, 2011
Dedicated For my wonderfull Mommy, I adore You, ever after:)

Ririe Khayan

Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com

1 comment:

Leave a comment or just be silent reader, still thank you so much.
Terima kasih telah singgah di Kidung Kinanthi.
Mohon maaf, atas ketidaknyamanan MODERASI Komentar.

Maaf ya, komentar yang terindikasi SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublikasikan.

So, be wise and stay friendly.