Kidung Kinanthi

Life is flowing in its story leaving history

  • Home
  • About
  • Sitemaps
  • Article
    • Opini
    • Story of Me
      • My Diary
      • My Poem
      • True Story
      • Love Story
    • Contact
    • Disclosure
  • UMKN Visit
  • News
Secara Sadar Hati ~ Bismillahirrahmaanirrahiim bahaSA DAeRah HArus diminaTI, sebagai orang yang lahir dan dibesarkan dengan bahasa pengantar Bahasa Jawa dan hingga sekarang pun berdomisili di central of Java, maka sehari-hari  berbicara Boso Jowo dengan logat Lamongan. Kalau bertemu dengan sesama Orang Jawa, biasanya saya lebih suka menggunakan bahasa percakapan Jowo-an saja. Karena terbiasa berbahasa Jawa, kadang suka keceplosan ngomong Jawa saat berbicara dengan orang yang non Jawa. Atau bicara Bahasa Indonesia tapi bercampur Jowo. Bagi yang pernah berinteraksi dengan orang Jawa Lamongan (seperti saya), tentu pernah mendengar penggunaan kata-kata seperti: bereng, genyo, mari, muleh, sugeh, puteh, koclok, ora ilok, geneyo, dan masih banyak lagi kekhasan Bahasa Jawa dalam kultur Lamongan. Maka benar banget jika bahasa daerah kita sungguh kaya, sekaya sumber alam kita. Misal dalam tatanan tatakrama, kata makan saja bisa memiliki beberapa tingkatan, mulai yang biasa (kasar): mangan--> nedo --> dhahar. 

Terkait dengan kekayaan Bahasa daerah, mulai ragam bahasa, kosa kata dan gramatikalnya, bagi yang dibesarkan dalam ranah Jawa, pernah mendengar kan peribahasa ini: Tunggak Jarak Mrajak, Tunggak Jati Mati. Peribahasa ini sudah akrab di telinga saya sejak usia kanak-kanak, bahkan mungkin sebelum saya mengenal bangku sekolah. 
Matahari terbit diantara pohon jati yg meranggas
(Picture By Dian)
Adalah Ibu saya yang mengenalkan kalimat tersebut, baginya peribahasa Jawa tersebut tak hanya bisa meredakan gundah gulana dan sedikit menetralkan rasa pahitnya hidup, tapi juga diyakininya suatu saat anak-anaknya bakal bisa hidup lebih baik dari yang sedang di alaminya saat itu.  Ketika kondisi ekonomi yang sulit semakin meningkat levelnya hingga akut, ketika cari pinjaman uang dari pintu  ke pintu tapi yang di terima malah sindiran/cibiran yang kalau diverbalkan kira-kira “atase wong mlarat wae kok neko-neko nyekolahno anake”.

Ibu bilang  kalau Tunggak Jarak  Mrajak, Tunggak Jati Mati, sembari memberikan contoh sebuah keluarga yang anaknya banyak dan dulunya juga hidup serba pas-pasan tapi toh anak-anaknya bisa meraih sukses. Sekaligus juga menyebutkan contoh sebuah keluarga yang kaya, sawahnya luas dan memiliki perhiasannya banyak tapi anak-anaknya malah rebutan harta yang ditinggalkan orang tuanya yang endingnya harta itu habis sehingga anak-anaknya mau tak mau mencari nafkah kesana kemari karena tidak memiliki pekerjaan yang jelas.  Yang dalam kalimat Ibu saya “ disik wong tuwone uripe susah, dienyek-enyek. Akhirnya anak-anake iso urip mulyo kabeh tho. Gusti Allah ora turu, nek turunane wong mlarat iku ora selawase bakal urip susah.” 

Dimulai dari akhir era 70an, ketika kebutuhan semakin berlipat ganda dan sekolah masih dianggap exclusive, tapi orang tua saya bersikeras agar anak-anaknya bisa sekolah karena berharap agar memiliki kehidupan yang lebih layak dari yang dialaminya.  Sedangkan bagi kebanyakan keluarga yang lain, meskipun berkecukupan materi tapi enggan menyekolahkan anak-anaknya karena takut hartanya berkurang. Lebih baik nanti hartanya dibagi-bagi sebagai warisan, atau bagi yang senasib dengan kami, banyak memilih untuk menyuruh anak-anaknya bekerja mengumpulkan uang daripada sekolah buang-buang uang dan waktu. 

Peribahasa yang dipegang teguh oleh orang tua kami memang bukan mantra sim sala bim. Butuh waktu, tenaga, keteguhan hati, menguatkan perasaan karena harus tega mengajak anak-anaknya yang masih SD juga ikut berjibaku bekerja jadi buruh tani atau angon sapi orang lain, makan asal ada nasi dengan lauk garam/sambal korek, bayar SPP nunggak-nunggak, kalau pun harus beli baju ya baju second yang dijual keliling kala itu.

Dan, sekian puluh tahun kemudian…
Mengutip kalimat yang disampaikan oleh adik bungsu saya, ketika mewakili keluarga untuk memberi sambutan (memperkenalkan) keluarga dalam acara walimah “ …. Bapak Ibu kami berprofesi T-A-N-I (dieja), bukan TNI lho? Dan bisa dibilang wong TANI tanpa sawah, tidak pernah merasakan indahnya duduk di bangku sekolah, jadi harap dimaklumi jika kedua orang tua kami tidak bisa berbahasa Indonesia. Tapi InsyaAllah bisa nyambung kok kalau mendengarkan percakapan Bahasa Indonesia. Alhamdulillah, ke-10 anaknya bisa baca tulis semua… “

Jika ilustrasi di atas masih memiliki unsur subyektif dimana tingkat keberhasilan kami, mungkin belum seberapa dibandingkan pencapaian kesuksesan orang-orang lain.  Tapi dalam skala ukur dan variable yang dihadapi orang tua kami, boleh kan saya memantaskan case keluarga (besar) kami sebagai contoh Tunggak Jarak  Mrajak, Tunggak Jati Mati? 
Pinjam dari FB Suparto
Contoh lain yang LEBIH REPRESENTATIF dalam menerjemahkan peribahasa di atas dengan tingkat kesuksesan yang spectakuler adalah SUPARTO (teman sekolah di SMP – SMA) yang sukses menjadi wirausahawan dibidang peternakan. Untuk liputan kesuksesannya yang menginspirasi sudah pernah tayang dalam acara Sarjana Kembali Ke Desa dan Kick Andy. Saya ambil dia sebagai contoh nyata dalam membuktikan peribahasa (atau filosofi?) Tunggak Jarak  Mrajak, Tunggak Jati Mati. Suparto menyelesaikan pendidikannya dengan berlatar kondisi ekonomi yang sulit, orang tuanya petani sederhana di Desa Gunungrejo, Kedungpring, Lamongan. Untuk lulus SMA dan kemudian bisa sukses wisuda dari Kedokteran Hewan di Unair dengan predikat lulusan terbaik tingkat fakultas tahun 2000, ia bekerja keras tak kenal lelah agar bisa membiayai sekolahnya. Maka baginya betapa gelar sarjana memang sangat mahal bagi kebanyakan orang seperti dirinya. Setelah lulus kuliah, Suparto sempat bekerja di salah satu perusahaan peternakan yang cukup ternama, tapi hanya setahun dan mengundurkan diri karena ingin kembali ke desanya. Ia ingin mengubah desanya yang miskin menjadi desa peternakan yang makmur dan dimulai dengan usaha berternak ayam petelur. Tak ayal dia pun menerima cemoohan warga desa "Buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau hanya untuk beternak ayam di desa," kata mereka.

Bagi Suparto, ejekan orang desanya adalah tantangan untuk membuktikan bahwa peternakan itu berbeda jika dihandle oleh orang yang punya ilmunya. Dalam tempo setahun dia berhasil membuktikan usaha ternak ayamnya bisa menghasilkan keuntungan banyak. Orang-orang yang awalnya mencemooh, akhirnya ikut bergabung karena memang usaha itu terbukti bisa memberikan keuntungan yang besar. Di tahun 2008, Suparto berekspansi dengan memulai usaha peternakan sapi potong dengan 37 ekor sapi yang kemudian berkembang jadi 215 ekor.

Pinjam dari FB Suparto
Kini, Sebagian besar warga di desa yang dulu hanya menjadi buruh ternak, kini telah menjadi peternak mandiri. Bahkan, sebagian anggota kelompok tani ternak ini berasal dari desa-desa sekitar, tak hanya dari Desa Gunungrejo. 

After all, 
Jika diringkas, Tunggak Jarak  Mrajak, Tunggak Jati Mati  adalah narasi lain mantra Man Jadda Wa Jadda dan merupakan filosofi yang memotivasi dengan luar biasa.

" Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
   sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri ( Qs. Ar Ra’d: 11) "


Tulisan ini disertakan dalam kontes GA Sadar Hati – Bahasa Daerah Harus Diminati



♠♠♠ Facebook | Twitter | Instagram | Linkedin ♠♠♠


NOTED: Sengaja pressure kisah pada pengejawatahan TUNGGAK JARAK MRAJAK karena saya lebih ingin menonjolkan nilai inspirasi dan motivasi bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk meraih masa depan yang lebih baik (sukses)


Tentang Suparto bisa dilihat di:
1.  www.lib.unair.ac.id/.../925-drh-su
2. www.youtube.com/watch?v=BLkDUmUdLac

Noted: Alhamdulillah menang urutan ketiga di SINI.

42
Share
Rata-rata sinetron kalau masih di awal-awal episode, jalan ceritanya masih enak diikuti dan bisa dinikmati. Case by case yang tidak berbelit-belit, Bismillahirrahmaanirrahiim just like life normally flowing. Setiap orang yang menghadapi persoalan, ujian atau apapun istilahnya, generally ya as fast bisa diselesaikan agar tidak serupa kondisi yang bersifat laten atau seperti benang kusut yang perlu ada tindakan pemotongan agar ada ujung benang yang bisa digunakan untuk menjahit lagi. Pada masalah-masalah tertentu, memang ada persoalan (hidup) yang berlarut-larut untuk sampai pada problem solvingnya. Tapi kan gak yang dibikin jadi mbulet pada problem yang itu-itu saja dan direkayasa agar tidak berkesudahan.  

Berasa serius banget ya? Padahal lagi pengen iseng-iseng nulis sebuah sinetron yang saat ini jalan ceritanya masih asyik so creamy #kayak es cream saja untuk dinikmati minimal sebagai tontonan (positif). Maklum, tipically sinetron kan begitu ratingnya melesat bak meteor garden, langsung deh sedikit demi sedikit [tapi jelas banget] konfliknya mengalami bias dan dipaksakan, satu jenis konflik dibikin berlarut dan mbulet tingkat dewa, hingga unsur logisme suatu cerita jadi absurd. Tanpa maksud untuk menilai atau mengkritik, karena sesungguhnya saya pun gak paham soal kritik mengkritik. Ini sekedar mengapresiasi secara subyektifitas karena kebetulan cukup sering mengikuti tayangan Sinetron KITA NIKAH YUK, setidaknya selama jalan ceritanya masih bisa dinikmati dan bisa bikin enjoy, kalau lagi gak ada acara dan belum ketiduran, KNY ini sering saya tonton belakangan ini. #bukanpromosi

Tema yang diangkat dalam sinetron ini mostly banyak terjadi dan kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat [ketimuran khususnya]: problematika belum menikah yang dihadapi oleh golongan usia yang dianggap sudah matang dan cukup mapan dalam pekerjaan tapi masih belum menemukan pasangan yang serius dan siap diajak menikah. Adalah sang pemeran utama Mawar [Naysila Mirdad] dan Wasit Subeni [Agus Ringgo] yang dilengkapi dengan keberadaan tokoh Sasha dan Krisna yang dihadirkan untuk memperkuat tema utama tentang problematika pada populasi kaum muda yang di usia mereka, akhir dua puluhan dan awal tiga puluhan, dalam ukuran kepantasan sosial dianggap sudah seharusnya membina rumah tangga. Dimana masing-masing dari mereka (Mawar, Wasit, Sasha dan Krisna) berada dalam dilematika menghadapi orang tua yang sudah kebelet banget agar anaknya segera menikah. Mulai dari dikenalkan dengan kerabat-kerabat dekat, kolega/teman, didaftarkan ke biro jodoh dan berbagai macam cara lain yang ditempuh oleh orang tua mereka. Juga ada bumbu-bumbu ‘kompetisi’ antara orang tua Sasha dan Mawar yang adu kecepatan anaknya bisa menikah lebih dulu.

Konflik dimunculkan dengan adanya Pola pikir Takut being single abadi sampai tua hidup sendirian sehingga pokok yang penting menikah (secepatnya) yang diperankan oleh Naysilla Mirdad dengan tipically sebagai sosok gadis yang lugu dan menganggap semua orang sebaik seperti yang disampaikan secara verbal. Sosok Mawar ini disempurnakan dengan model Seorang Ibu yang merupakan representasi kebanyakan ibu-ibu yang dilanda kepanikan manakala punya anak gadis jelang usia 30an tapi belum jelas kapan akan menikah. Some how, sikon ini bisa jadi ada di sekitar kita atau bahkan di antara orang-orang yang kita kenal langsung. Kalau bagi saya, It’s a part of my experience. Senada dengan kondisi Mawar. Salah satu efek riil yang relevan akibat kepanikan Mawar ini: Mawar menanggapi serius kehadiran Arya yang ditokohkan sebagai sosok yang sengaja ingin memanfaatkan kaum perempuan yang bersemangat banget untuk segera menikah. Bukankah, ini juga kasus nyata yang tak jarang terjadi dimana ketika pressure usia yang dianggap sudah seharusnya menikah sehingga logika menjadi oleng dalam mengambil keputusan menikah.

Phobia being single forever yang melanda Mawar dipasangkan dengan sosok Wasit yang memiliki Trauma menikah: gagal menikah karena ditinggalkan oleh calon istrinya di saat-saat semua persiapan pernikahan sudah oke Fixed. In this case, I knew some one yang memiliki traumatik ini dengan penyebab yang hampir sangat mirip, yang saking deeply down karena ditinggal sang calon istri, kemudian berprasangka “jangan-jangan, nanti dia juga akan meningglkanku lagi..bla..bla…”. 
Kuatir jika menolak orang yang saat ini dikenalnya [walaupun validitas orangnya masih perlu dipertanyakan] adalah jangan-jangan ternyata jodohnya? Sehingga ada sisi ‘sembrono’ yang terjadi seperti menganggap nasehat orang lain di sekitarnya dirinya untuk berpikir lebih tenang sebelum mengambil keputusan YES or Not itu dianggap semata karena tdak memahami situasi yang dialaminya

Alur cerita disajikan dengan apik dalam genre drama dan komedi. Hingga menjelang episode ke-70, saya melihat jalinan cerita dalam KNY ini MASIH dalam frame yang wajar dan berada pada tema utama. At least, Ekspose dan eksploitasi status sosial (kekayaaan),  bully pada kondisi fisik, rebutan cinta (pasangan) yang sampai berlebihan, sejauh episode ini, sukses dijauhkan dari alur cerita KNY ini. Sikap-sikap, dialog dan adegan yang dimunculkan masih dalam porsinya, kalaupun ada yang sedikit berlebihan dan agak lebay sepertinya ya perseteruan antara Leny dan Astrid, serta Mira (Emaknya Wasit). Banyak scene konyol tapi sekaligus bikin ketawa jika Leny dan Astrid dipertemukan, atau Astrid sama Mira yang susah untuk akur.

Setting dan latar, lebih kelihatan realistis. Contohnya, kalau pas naik mobil ya kelihatan jika memang mobilnya lagi jalan (bukan backgroundnya doang yang dikesankan ‘berjalan’). Studio, sesi fotografi, rumah mode, perpustakaan-nya Hani, Warung Bakdo, Tempat Jual bubur ayam, dst. Tokoh antagonisnya bisa dibilang juga normal, sebagai pemanis cerita juga seperti tokoh Leny itu gak sampai yang over dosis tingkat antagonisnya. 

Jika disimak lebih baik lagi, scene yang saya sukai adalah  tentang tata krama dan atau unggah – ungguh yang tetap diperhatikan. Dalam KNY ini, bisa dilihat bagaimana sikap/cara Mawar dan Wasit dalam menyikapi ketidaksetujuan orang tuanya terhadap calon pilihannya. Bagaimana mereka berusaha tetap menjaga perasaan orang tua dengan bersikap diplomatis. Reaksi yang terjadi dalam setiap adegan masih dalam konteks yang wajar secara hukum sebab-akibat. 


Setidaknya di KNY ini TIDAK ADA: adegan dengan intonasi yang tinggi melengking cethar membahana, emosi yang meledak-ledak bak gunung Merapi meletus, intrik kejahatan yang kriminal banget, adu kelicikan yang sampai membentuk konspirasi,  bermesraan yang over dosis. 

Iya sih, beralihnya pada KNY ini Berawal dari titik jenuh pada sinetron yang mengangkat tokoh utama sosok perempuan yang suka menulis dan punya blog. Apalagi kala itu, cara penyajian ceritanya indah dan sarat makna, para pemerannya juga di skenario berperilaku yang masih wajar-wajar saja dalam berekspresi.  Saya pun sepakat dan optimis jika cerita yang diangkat tersebut bakal membawa angin pembaharuan dalam genre sinetron.  Tapi setelah sekian episode berjalan, kok ya permasalahannya berputar-putar pada satu konflik ya? Kesannya jadi dipaksain banget…eh ini dalam sudut pandang saya yang memang lebih suka lihat film lepas, satu judul tayang dan THE END.

Once again, menurut saya yang awam tentang alur skenario dan tata naskah, rasanya kok unsur logis dan kewajaran yang pada awalnya merupakan magnet yang menarik saya untuk duduk manis menonton sinteron tersebut kian memudar. Saya pikir setelah problem perselingkuhan diselesaikan, akan diangkat lagi problematika yang baru layaknya the daily case kehidupan pernikahan pada umumnya. Kalau jaman dulu, semisal Rumah Masa Depan atau ACI = Aku Cinta Indonesia. Tentang apa saja problematika dalam interaksi dengan tetangga, komunitas di sekolah anaknya, lingkungan kerja, bagaimana keruwetan ketika istri bekerja dan tak punya ART, dan so on. Saya yang awalnya antusias dengan sinetron tersebut pun kembali mendapati fenomena klasik gaya persinetronan yang kebanyakan tayang, lama-lama saya jadi bingung sendiri dimana klimaks cerita dan antiklimaknya ya? 

Walahh, ternyata iseng-iseng nulis sinetron ini sudah melebar kemana-mana?
Straight Back to Kita Nikah Yuk, so far penyajian sinetron ini masih konsisten utk mengalir secara natural dan faktor logika pada setiap konflik masih diutamakan. Semoga tidak menjadi sinetron yang ruwet sehingga yang nonton tetap bisa enjoy tanpa kehilangan pesan positifnya. Jika memang antiklimaks cerita sudah seharusnya ada, ya biarlah KNY ini The End dengan alur yang jelas dan meninggal kan kesan yang indah sebagai sinetron yang layak ditonton dan memiliki unsur-unsur yang positif untuk dituntuni (dicontoh). 


Kita Nikah Yuk…..
Siapa Takut???


♠♠♠ Facebook | Twitter | Instagram | Linkedin ♠♠♠




26
Share
Punya keinginan membuat toko online yang sukses? Buku “Sukses Membangun Toko Online” By Carrolina Ratri ini InsyaAllah bisa menjadi salah satu bekal untuk mewujudkan impian tersebut. Dan saya pun Alhamdulillah kebagian secara gratis buku yang  berisi tutorial membangun on line shop yang efektif tersebut ketika menghadiri Seminar Wirausaha perempuan. Ulasan dalam buku setebal 211 ini memaparkan seluk beluk dan lika-liku mengenai bisnis di dunia maya, yang sebenarnya berpeluang untuk ditekuni oleh kaum perempuan, Bismillahirrahmaanirrahiim apalagi jika memang concern dengan pilihan being full house wife tapi tetap bisa memiliki sumber income  sendiri for any reason deh pokoknya ataupun bagi perempuan yang aktif bekerja tapi juga tertarik untuk berbisnis, maka toko online merupakan salah satu alternatif yang sangat mungkin untuk dijabanin.

Tertarik dengan Toko Online?
Iyah, sejak lama saya pengen punya toko online. Tapi stag dalam konteks keinginan without progress dengan pertanyaan singkat tapi bikin galau berkepanjangan: Gawe toko online kui kudu piye tho? Hemm, pertanyaan yang tak sekedar pada ‘tempat’ yang disebut sebagai toko on line-nya. Tapi semua hal yang terkait dengan penanganan agar toko online yang saya inginkan tersebut bisa survive dan fight di antara komunitas toko on line yang semakin buanyakk. 
Aji mumpung ketemu penulisnya: Mak Carra
Dan setelah mendapat buku “Sukses Membangun Toko Online”, menjadi penguat motivasi bagi saya untuk memiliki toko online. Tahu kan alasannya kenapa? Lha sudah dapat panduan yang lebih konkrit tentang bagaimana tata cara membangun toko online dari buku Mak Carra tersebut. Secara buku tersebut juga disusun berdasarkan studi kasus pada pelaku bisnis berbasis internet yang sudah eksis dan memiliki kestabilan marketing. Dan Ndilalah, pada kesempatan berikutnya ketemu dengan seseorang yang punya hobi desain dan salah satu penyalurannya adalah dengan mendesain batik. Ngobrol sana-sini akhirnya sampai pada kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan “ bolehkan jika kain batik desain Bapak tersebut saya pasarkan secara On Line”.  Alhamdulillah si Bapak berkenan karena memang beliau juga berencana untuk memasarkan hasil desain batiknya secara on line tapi demi mengingat kesibukan yang cukup tinggi sehingga niatan tersebut belum bisa direalisasikan. So far, follow up riilnya masih menunggu beliau balik dari negeri kincir angin. 

Mencari suplier seperti si bapak tersebut, saya ambil untuk stocking isi toko on line. Saya juga mulai membuka dialog serius dengan teman yang punya link ke pelaku usaha skala UKM. Selain itu, nantinya bisa juga kan saya majang barang jualan dari item produk yang ada di show room kantor?. Untuk fasilitas toko on line juga saya pakai media gratisan dulu, start with new blog. Tuh keliatan banget gak mau modal tho? MODAL iritisasi alias hemat polll!!! Bukan gak mau ngeluarin modal, tapi langkah ini saya ambil dengan pertimbangan untuk media praktek langsung dan belajar memanage toko online. As a new comer dan dengan pedoman bukunya Mak Carra ini, saya tetap perlu space time untuk mengadaptasikan diri dan waktu untuk menemukan pola yang harmonis dalam mengelola toko online. By the time, ketika saya sudah mulai bisa mengenali pasang surut gelombang toko on line, saya pengen memfokuskan toko on line saya pada produk out fit perempuan. Secara kan kaum hawa yang suka belanja dan tampil fashionable? Serta model-model out fit perempuan kan dinamis banget perkembangannya.

Saat ini, baru URLnya yang ready: www.rikinkin.blogspot.com Plisss, alamat blog ini aseli baru itu duang yang saya siapkan. Nah, adakah yang berkenan memberi saran/ide/alternatif nama yang catchy untuk Toko Online Impianku ini? #bahkan cari nama toko saja minta bantuan nehNantinya semoga bisa dengan hosting dan domain sendiri, semoga Aamiin. Untuk template dan desain/layout, semoga bisa segera fixed. Akan lebih cepat lagi neh jika menang Ganya Mak Carra ini, kan bisa dibuatin tuh toko onlinenya. Untuk handling dan managementnya, InsyaAllah saya akan mencoba menerapkan ilmu magic yang sudah dibagikan dalam buku “Sukses Membangun Toko Online”.

Teruus, jika masih ada yang gak mudeng atau butuh advise, bisa kan korespendesi dengan sang penulis buku tersebut? Soal friksi-friksi terkait operasional toko online, semoga para sahabat Emak-Emak ketjeh yang sudah established OlShopnya berkenan memberikan bala bantuan. Pokoknya, semoga wishlist punya toko online bisa terwujud tahun ini. Aamiin.



Tulisan ini diikutkan dalam lomba blog TOKO ONLINE IMPIANKU 
By Aurabatik dan Kawan Buku.

♠♠♠ Facebook | Twitter | Instagram | Linkedin ♠♠♠

Pssttt, Reportase (singkat) acara seminar menyusul.....
32
Share
Siapa yang tidak tahu tentang jamu? Atau tidak kenal jamu?
Di era sekarang, kalau masih ada orang yang bilang gak kenal jamu atau asing dengan dengan minuman tradisional berkhasiat kesehatan tersebut, sepertinya kok aneh bin ajaib. Bismillahirrahmaanirrahiim Jamu sebagai salah satu warisan budaya yang sudah digunakan secara turun menurun sejak ratusan (bahkan ribuan) tahun lalu, saat ini sudah menjadi barang ekonomis yang dibutuhkan masyarakat. Memang sih, sekira dua dasawarsa lalu, jika menyebut tentang jamu umumnya masih dikaitkan dengan hal-hal yang dianggap ndeso, kuno dan, tidak ilmiah. Percaya atau tidak percaya, kalau tempoe doeloe populasi yang dianggap wajar untuk mengonsumsi jamu pun masih identik untuk  orang-orang yang usia tua atau sudah manula. Dan seiring dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan serangkaian penemuan serta pembuktian ilmiah bahwa kandungan yang terdapat pada ramuan yang disebut Jamu Tradisional ternyata memang terdapat senyawa yang bermanfaat secara farmakologi, sehingga secara significant level image jamu pun  naik daun.
JIKA DAHULU orang yang minum jamu dianggap ndeso, kuno, udik, kampungan dan tidak sekolah, MAKA SEKARANG berbalik 180 derajat: Orang Pinter minum jamu, orang bejo ya pilih jamu, orang bijak gemar minum jamu, semua keluarga suka minum jamu biar sehat…bla..bla..bla… Maka, justru dianggap tidak up to date lagi dan jumawa jika ada yang mencibir orang yang suka mengonsumsi jamu.
Sebagian Bahan alami yang diramu untuk Jamu

Berkaitan dengan topik jejamuan ini, saya termasuk generasi yang sudah akrab dengan ramuan tradisional ini sejak kecil. Dengan alasan cari obat yang mudah, murah, cepat dan mengacu dari pengalaman yang sudah terekam dalam kenangan indah ortu saya tentang jenis-jenis ramuan yang terbukti nyata berkhasiat bisa untuk mengobati beberapa jenis penyakit, maka saat ada anaknya yang sakit seperti demam, diare, cacingan, demam, kembung, dan masih banyak lagi lainnya, dengan sigap segera diramu obat yang diambilkan dari tetumbuhan yang ada di sekitar rumah.  Tak hanya sebagai obat, beberapa jenis ramuan jamu yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan pun sudah “disosialisasikan dan didogmakan” oleh orang tua saya: seperti kunir asem atau sinom, beras kencur, temu lawak, jamu pahitan atau gepyok, jamu godhog, kudu laos, kumis kucing, serai.



Beberapa jenis jamu yang spesifik untuk kaum wanita juga sebagian sudah saya akrabi sejak kecil. Maklum, dua kakak perempuan saya dulu termasuk yang didisiplinkan untuk minum jamu begitu sudah memasuki usia puber alias sudah haid. Kala itu ibu saya berujar katanya orang perempuan itu harus bisa merawat diri salah satunya dengan minum jamu. Saya ingat salah satu kebiasaan berjamu yang didoktrinkan kepada dua kakak saya adalah kalau habis haid itu wajib minum jamu, kadang beli jamu yang siap seduh atau meracik sendiri dari dedaunan dan umbi-umbian dari tanaman yang memiliki khasiatan jamu yang sudah ada di sekitar rumah. Saya juga sudah familiar dengan jamu pelancar ASI dan bersalin sejak masih SD gegara kakak saya ada yang melahirkan di rumah. Nah pasca persalinan, dia kan harus menjalani ritual minum jamu pelancar ASI juga ada sederet jamu yang minuman wajib bagi wanita habis melahirkan.  Daun beluntas, temu ireng, pepaya gantung, senterewe, sirih hijau, sirih merah, Kunir kuning, kunyit putih, laos, jahe merah, jahe putih, kumis kucing, temu lawak, kencur, sinom, tapak liman, gingseng jawa, binahong, daun mata dewa, daun jambu, mengkudu (pace), jeruk nipis, dan sederet tanaman obat memang banyak di sekitar tempat tinggal kami di Lamongan  sana. Kalau gak ada di pekarangan sendiri, nyari saja di pekarangan tetangga biasanya dapat racikan jamu yang dibutuhkan. Tuh kan, betapa sedemikian ready stock raw material untuk membuat minuman jamu, baik sebagai pengobatan maupun untuk fungsi kesehatan yang tersebar di bumi Nusantara ini. Yang sudah saya kenal dan temui baru sebagian kecil, tidak ada 1% dari ribuan jenis tanaman obat yang ada negeri ini.

Sederet hasil riset yang telah berhasil membuktikan secara ilmiah khasiat tetumbuhan yang digunakan untuk ramuan jamu memang merupakan salah satu trigger kepercayaan untuk mengonsumsi jamu, baik untuk pengobatan dan atau terapi kesehatan jangka panjang. Hal ini tentunya melengkapi alasan-alasan kenapa semakin banyak masyarakat  yang memilih produk jamu, yaitu:
  1. Setiap orang ingin sehat dan memiliki usia harapan hidup yang panjang dengan cara-cara yang alamiah [trend back to nature].
  2. Perubahan gaya hidup dan pola makan yang menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit serius dan degeneratif, dimana ramuan jamu dalam beberapa kasus telah terbukti bisa jadi alternatif untuk pengobatan.
  3. Efek samping ramuan jamu yang relatif lebih aman daripada obat-obatan farmasi. kandungannya yang 95% alami  tanpa bahan kimia sintetik
  4. memiliki khasiat mengobati (manfaat farmakologi) dengan efek samping yang minimal.
  5. Tradisi keluarga yang gemar minum jamu sejak masa nenek moyangnya demi kesehatan dan kebugaran
  6. Harganya yang murah meriah dan mudah dibuat
 

Fakta-fakta di atas yang dikolabarikan dengan kenyataan bahwa tanaman obat tersedia melimpah dari Sabang sampai Merauke, makanya raw material jamu termasuk dalam THE BIG TEN komoditas yang memiliki potensi dikembangkan. Ketersedian bahan baku, level teknologi dan tingkat kesulitan yang rendah, merupakan tiga pilar utama yang bisa jadi multiplier effect cukup signifikan dalam pertumbuhan perekonomian mulai dari sektor pertanian/perkebunan (hulu) hingga sektor hilir yang meliputi perindustrian dan perdagangan yang bermuara pada bertumbuhkembangnya industri Jamu. Sehingga berbagai produk jamu dari Indonesia telah menembus pasar dunia seperti Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa dan Amerika.

Pasar obat-obatan tradisional masih cukup besar dan sangat menjanjikan. Simulasi sederhananya: bahan baku jamu mudah diperoleh, cara membuat jamu tidak sulit, peralatan (teknologi) untuk mengolah juga sangat bisa secara sederhana, sehingga menjadi peluang untuk menyerap tenaga kerja lebih banyak [menurunkan angka pengangguran].

Tidak mengherankan jika dunia per-jamu-an sekarang menjadi salah satu bidang usaha yang menjanjikan. Fakta-fakta di atas, telah memantapkan posisi jamu dalam dunia bisnis. Tidak mengherankan jika dunia per-jamu-an sekarang menjadi salah satu bidang usaha yang menjanjikan dan memiliki peluang untuk GO INTERNATIONAL.


Global Trend membawa block pasar terus bertumbuh dan hukum alam dalam transaksi perdagangan adalah semua jenis produk jika ingin diproduksi dan sukses penjualannya di berbagai pasar  harus BERSTANDARD. Peluang pasar yang sangat terbuka yang perlu direspon dengan proaktif oleh segenap pelaku usaha termasuk industri jamu. Trend pasar yang bergerak bebas dengan free trade yang semakin solid berbasis pada quality, keamanan, dan klaim kesehatan yang harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Bagi stakeholder yang sudah established dan sudah kompetitif dalam market internasional, memproduksi barang yang memiliki standar sudah menjadi out put sehari-hari. Tantangan yang dihadapi sudah bergeser pada bagaimana mengembangkan produk dan memperluas segmen pasar. Akan tetapi bagi pelaku usaha obat tradisional skala menengah ke bawah atau UKM, tentunya tuntutan pasar dan konsumen ini menjadi kendala yang kompleks. Apalagi AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dimulai tahun 2015 ini, maka seperti halnya PR yang dihadapai oleh pelaku usaha pada umumnya, industri jamu pun disodori tantangan yang cukup serius:
  1. Secara internal: sebagian besar pelaku usaha skala UKM masih concern pada penstabilaan wirausaha yang baru dimulai atau bahkan dalam rangka menambah income keluarga,  maka yang penting adalah bagaimana bisa membuat jamu yang bisa dijual dan mendapatkan keuntungan dan soal Good manufacturing practice [GMP] atau Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) sekedar berpedoman pada ukuran “baik” dalam versi mereka. 
  2. Eksternal: Negara-negara di ASEAN yang sebagian besar memiliki kemiripan geografi dan iklim dengan Indonesia sehingga berpotensi menjadi pesaing produk Jamu Indonesia juga.
  3. Diluar ASEAN: China, siapa yang tak kenal dengan negeri tirai bambu ini yang hampir semua produk manufaturnya ‘menjajah’ di seantero pasar dunia. 
Seolah menambahi tantangan yang harus disikapi dengan serentak,  saya pernah menjumpai penjual jamu gendong [atau bersepeda] yang menggunakan botol plastik bekas air mineral. Padahal peruntukan botol air mineral termasuk dispossible, yakni tidak boleh digunakan lagi setelah isinya habis. Untuk diisi ulang air putih saja sangat tidak dianjurkan, apalagi digunakan untuk wadah jamu? Ini masih dari segi kemasan, lebih miris lagi ketika berkesempatan melihat langsung bagaimana jamu produk home industri itu dibuat. Tidak ada maksud menggeneralisir, tapi beberapa fakta di lapangan yang pernah saya temui mepaparkan kondisi aktual bagaimana cara pembuatan jamu tradisional masih dilakukan dengan cara yang masih jauh dari standar cara produksi obat tradisional yang baik (CPOTB), antara lain:
  1. Peralatan yang tidak terjaga kebersihannya, peletakan alat bersih masih bercampur dengan alat-alat yang kotor.
  2. area proses yang berdekatan dengan kandang ternak, pintu kamar mandi yang terhubung dengan tempat produksi tidak dikondisikan untuk selalu tertutup.
  3. alur proses yang tidak jelas, tak jarang tahapan yang sudah bersih berada pada posisi sebelum raw material dibersihkan sehingga masih terdapat banyak potensi terjadinya cross contamination
  4. Penyimpanan bahan baku yang bercampur dengan barang-barang lain yang bahkan ada yang tumpang tindih sehingga membuat bahan-bahan jamu cepat rusak/tercampuri bahan non jamu.
  5. Tempat sampah yang berada di ruang pembuatan jamu dalam kondisi terbuka
  6. Sanitasi dan hygiene personil yang perlu ditingkatkan, terutama kebiasaan untuk mencuci tangan.
  7. tidak ada pengendalian serangga dan tikus, 
  8. sarana pencucian yang tidak memadai yang berpotensi menajdi sumber pencemaran bagi produk jamu, dan masih banyak lagi hal lainnya yang TIDAK mendukung produk akhir jamu yang memiliki standar mutu yang baik (tinggi).
Kondisi tempat pembuatan jamu yang belum CPBOT
Terlebih yang semakin memiriskan hati dan logika ketika mendapati statement yang innocent semisal ini “Begini saja jamunya enak dan laris manis lho Bu?”
Fenomena lainnya adalah “ Di daftarin UKOT/IOT itu untuk apa Bu?”. Atau pernyataan ini “apa untungnya repot-repot daftar segala Bu? Wong jamu saya ini kan hanya dijual di kampung-kampung kok?”
“ Bikin jamu saja kok pakai aturan yang njlimet ya Bu? Itu kan artinya tidak mempermudah industri kecil untuk lebih berkembang?”

Sepintas kilas, menerapkan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Benar memang memberikan kesan mempersulit dan tidak cooperatif terhadap tumbuh kembangnya industri jamu, terutama dari kalangan UKM. Tapi…tanpa CPOTB, mustahil akan dihasilkan produk jamu yang mampu bersaing di masa mendatang. Sebagai determinasi problematika di atas, kalau saya berbicara dalam posisi sebagai konsumen jamu, maka perceived value di pikiran saya (konsumen) terhadap produk jamu atau apapun barang ekonomi yang saya pertimbangakn untuk dipilih tentunya yang memiliki:
  1. AMAN dikonsumsi: bebas dari kontaminasi mikroba, cemaran bahan kimia, tidak tercampur material fisik (potongan rambut, pasir, dsb) 
  2. MENYEHATKAN dimana kandungan di dalam suatu produk jamu seminimal mungkin terdapat bahan tambahan kimia sintetik.
  3. Informasi yang jelas (terbaca dari labelnya),
  4. kualitas yang tinggi (adanya nomer registrasi dari instansi terkait: Dinkes/BPPOM),
  5. mutu yang terstandar (POM TR/SNI)
Then, bukan hal yang ajaib jika di tahun 2015 nanti akan semakin banyak produk jamu impor yang dengan mudah ditemukan di pasar dalam negeri yang akan memberikan dampak yang rentan terhadap persaingan dan citra jamu kita terutama bagi industri skala kecil dimana kemampuan dan daya saing produknya yang belum terstandarisasi. Padahal produsen jamu dari skala kecil ini jumlahnya tidak sedikit dan cukup potensial mendukung laju pertumbuhan ekonomi nasional.
AMAN: Konsep dasar yang mengenai pangan

Dengan beberapa kondisi yang bisa saya sebutkan di atas, dimana daya dukung alam yang kondusif dan peluang pasar yang terbuka lebar bagi industri jamu, konteks empiris untuk Lestarilah Jamu Indonesia ini adalah dengan setting mind set menjadikan Jamu Tradisional GO International sebagai acuan dasar untuk meng-adjust capability industri jamu nasional kita.  Dengan set up demikian, secara otomatis jamu akan go public dan long lasting dalam peradaban manusia seluruh dunia kan? Hal ini bisa dimulai dengan memenangkan minat beli konsumen dalam negeri dengan menjadikan Indonesia tuan rumah dari pengobatan herbal. Proyeksi sederhananya, jumlah penduduk negara-negara  ASEAN +600jt  (asumsi jumlah penduduk Indonesia +250jt), setidaknya sekitar 40% konsumen adalah dari Indonesia sendiri.

How to deal with that?
Permintaan jamu dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan dan pertumbuhan pangsa pasar yang lebih baik. Fakta pula jika industri jamu telah banyak mensupport perekonomian bangsa karena mengaktifkan ratusan ribu petani, memperkerjakan ribuan wanita bisa ambil peran dalam produksi dan penjualan jamu, men-trigger banyak peneliti dari bidang teknologi pangan, bioteknologi, biofarmaka, dan sebagainya untuk berinovasi iptek dalam rangka diversifikasi produk jamu, membuka lapangan pekerjaan baru, menumbuhkan kemitraan usaha bagi para penjual jamu, serta menjadi pengungkit tumbuhnya industri pendukung produksi jamu seperti mesin ekstraktor, dryer dan packaging.

Tidak mungkin kan kita legowo dan pasrah nrimo nasib Serangkaian kejayaan yang bangkit dari industri jamu tersebut digilas arus jamu impor ketika pintu pasar bebas ASEAN di buka? Juga BUKAN impian kita menjadikan jamu indonesia sebagai dongeng indah bagi anak-anak cucu generasi bangsa ini.

Solusinya hanya satu: STANDARSISASI produk adalah kendaraan untuk Jamu Tradisional Go International!

Dengan menginjeksikan spirit dan orientasi Standardisasi produk jamu pada skala produksi usaha kecil dan menengah sehingga mereka dengan penuh kesadaran mau berbenah untuk menerapkan cara berproduksi yang baik dan benar untuk menghasilkan jamu yang bermutu dengan penampilan yang menarik dan bervariasi agar produk dalam negeri mampu berdaya saing yang tinggi dengan produk-produk dari luar.

Iya sih, satu solusi tapi butuh kekompakan dari semua pihak. 

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Dinas Kesehatan merupakan instansi pemerintah yang memiliki tugas utama dalam menjawab isu keamanan pangan (Food Safety), termasuk didalamnya adalah produk jamu yang membahayakan kesehatan diawasi mulai dari pre-market hingga post-market control yang disertai dengan penegakan hukum dan pemberdayaan masyarakat. Akan tetapi, penegakan hukum berupa pemberian sanksi terhadap produsen jamu tidak selalu menyelesaikan masalah.

Masih dibutuhkan langkah persuasif kepada produsen jamu tersebut berupa edukasi kepada para pelaku usaha jamu mengingat jamu yang diolah dari tetumbuhan memiliki sifat alamiah yang perishable (mudah rusak) sehingga betapa pentingnya menerapkan CPOTB dalam proses produksi jamu mulai dari bahan baku hingga end produk sampai ditangan konsumen. Program pemantauan ke pasar tradisional dan toko obat yang bisa sekaligus memberikan wacana ke penjual obat untuk hanya memperjualbelikan produk jamu yang sudah terdaftar. Dan jika menemukan suatu produk jamu yang belum memiliki ijin edar, akan bisa di traceability ke produsen jamu tersebut untuk dilakukan pembinaan dan pendampingan bagaimana menerapkan CPOTB sehingga bisa memenuhi persyaratan untuk mendapatkan ijin edar. Mengingat salah satu kesulitan standardisasi jamu adalah adanya fenomena pembuat jamu menganggap membuat hanya cukup mengandalkan intuisi alias ILMU KIRA-KIRA dan bukan pada pengukuran secara tepat bahan-bahan yang digunakan.

Dari pihak pelaku usaha jamu perlu memiliki kesadaran dalam menjamin kualitas jamu yang diproduksinya, melakukan pengecekan akan produk-produk racikannya sendiri untuk memberi jaminan pada konsumen bahwa produk yang digunakan telah memenuhi standar keamanan. Baik dari segi bahan yang digunakan, cara pembuatan, sanitasi hygiene: area produksi, personil, air dan peralatan, cara penyimpanan bahan baku dan produk jamu, maupun cara pengemasan yang benar.
Peran aktif masyarakat untuk memiliki awarenes dalam membeli jamu yang aman, proaktif menginformasikan ke instansi terkait manakala menemukan produk jamu yang sekiranya meragukan/tidak memiliki ijin edar. Spesialisasi jamu gendhong, kan itu jenis minuman yang siap minum berarti. Pembinaan dan pengarahan secara rutin bagi para pengolah dan penjual minuman jamu nan segar fresh from an nature oleh instansi terkait, seperti Dinkes dan atau BPPOM. Bagi kita para konsumen jamu gendhong, langkah preventif dalam membeli jamu ini bisa dilakukan dengan cara: mencium baunya dulu. Jika kualitasnya sudah mengalami dekomposisi pasti akan tercium aroma yang ‘nyleneh’ beda dari aroma jamu yang sesuai spesifikasinya.
Epilog
Karena saya sudah bingung mau menguraikan apalagi, maka langsung menuju pada harapan untuk Jamu Indonesia. Dengan semua diversifikasi olahan jamu dan era perdagangan bebas, dimana persyaratan pokok yang dibutuhkan agar produk bisa berkompetisi adalah kualitas produk yang terSTANDARD. Lestarinya Jamu Indonesia merupakan salah satu implementasi nyata akan kearifan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita dalam menggunakan Kekayaan dan potensi sumber daya alam di negeri ini, yang memiliki multiplier effect sangat signifikan dari hulu hingga hilir dalam pertumbuhan perekonomian yang memiliki muara yang antara lain menciptakan banyak lapangan kerja. Dengan demikian industri jamu memiliki potensi untuk menyerap tenaga kerja yang banyak karena indsutri jamu lebih bersifat padat karya, artinya satu sumber kegelisahan sosial (angka pencari kerja/pengangguran) bisa diredam.

Effect lain yang berkorelasi langsung dengan Lestarinya Jamu ini adalah pelestarian lingkungan hidup karena aneka tetanaman yang menjadi bahan baku jamu tradisional Indonesia adalah tanaman obat yang pemanfaatannya berwawasan pelestarian alam sehingga bisa mengurangi dampak global warning saat ini dan selanjutnya.

Daaan………..,
Boleh dong memimpikan pula suatu masa nanti dimana jamu Indonesia akan lebih diperhitungkan dalam dunia medis dan farmasi sebagai produk yang eligible untuk diresepkan dalam sistem pengobatan yang Modern dan memasyarakat sehingga berjajar dengan elegan di setiap apotek-apotek di seluruh dunia karena sudah terstandar, aman dikonsumsi, kandungan yang lebih alami, harga lebih bersahabat dan memiliki khasiat/kandungan  yang Tokcer.

Maka…..
Sepahit-pahitnya Jamu justru menjadi candu bagi siapa saja yang ingin sehat dan memiliki usia harapan hidup bahagia lebih lama. Lha kan, hidup yang sehat dengan usia lebih lama itu salah satu kebahagiaan yang TAK bisa dikalkulasi secara numerik maupun eksponesial lho?
Salah satu Produk Jamu yang mengacu ke penerapan CPBOT [GMP Jamu]

Apakah Anda suka minum Jamu? Punya jamu favorit yang sering diminum? 



Jamu Tradisional GO International diikutkan lomba Blog Lestarilah Jamu Indonesia 
yang diselenggarakan oleh Biofarmaka IPB 
dalam rangka dies natalis Pusat Studi Biofarmaka  ke-16



♠♠♠ Facebook | Twitter | Instagram | Linkedin ♠♠♠
References: 
  1. http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection,
  2. http://biofarmaka.ipb.ac.id/publication/journal,
  3. Materi workshop standardisasi by Dr. Alva Edi Tantowi, Ph.D
  4. Materi workshop GMP, SSOP, HACCP 
  5. apotek.dagdigdug.com

62
Share
Prolog. Ini bukan soal how to look pretty with make up, tapiii…Bismillahirrahmaanirrahiim  bagaimana caranya agar wanita yang aktif dan terlebih yang sering out door, entah job fieldnya yang memang banyak di lapangan atau hobi berpetualang di alam terbuka tetap bisa berperformance fresh dan cantik alias gak kucel meskipun sudah berada diluar ruangan berjam-jam. Salah satu fitrah wanita kan pengennya tetap tampil cantik, ayu dan anggun kapanpun dan dimanapun serta dalam moment apa saja. Bahkan bangun tidur pun pengennya tetap tampak seger dan cantik kan ya?.
Fashion, Beauty
Simply Stay: Soft l Moist l Long Last
Nhaa, sehubungan dengan prolog di atas adalah paket yang saya terima dari BBlog Indonesia. Ehmm…tepatnya 1 package produk  Mustika Ratu yang diberi tema Simple Stay: Soft l Moist l Long Last, sama persis kayak paket yang diterima oleh teman-teman blogger lainnya yang mengikuti event “Everyday with Simply Stay by Mustika Ratu” Blogging Competition yang terdiri dari: Two Way Cake dan Liquid Foundation yang masing-masing terdiri dari empat pilihan warna: Pearly White, Smoothie Yellow, Caramel Latte, Sweet Choco, serta dua jenis Stick moisturizer untuk kulit berminyak dan kering. Jika diurutkan dari gelap [Sweet Choco] ke warna yang paling terang [Pearly White] tampak seperti dalam polesan di punggung tangan saya ini.
Beauty Blogger
Atas: Before (Kiri ); After (kanan)
Nah dari uji coba di kulit tangan, seperti yang diajarkan oleh Mbak – mbak Sales kosmetik yang pernah saya temui, sebaiknya untuk mengetahui warna yang cocok dengan gradasi kulit kita. Untuk kedua jenis Moisturizer (pelembabnya), Alhamdulillah gak ada masalah bagi kulit saya yang normal sedikit berminyak [menurut saya sih], yang perlu pilah-pilih adalah warna foundation dan two way cake-nya. 

Sebagai uji coba awal, saya pilih yang warna Smoothie Yellow. Dan pas kebetulan mau ikut jelajah wisata di lereng Merapi. So far, hasilnya very good. Karena texture-nya yang halus sehingga terasa lembut dikulit dan benar-benar stay more longer. Bahkan sampai usai blusukan dalam kebun salak dan berjalan-jalan sepanjang 10KM, penampakan wajah saya still look so fresh lho? Selanjutnya, tentu saya akan pakai juga yang warna Pearly White dan Caramel Latte. Untuk foundation yang sweet Choco....sepertinya masih bisa saya pakai dengan kombinasi two way cake yang warna terang Pearly White, kan warna coklatnya bisa digradasi jadi lebih cerah saat dipadupadankan dengan Two way cake yang Tone-nya lebih terang. Tapi kalau nanti paackage free Simply Stay-nya sudah habis, yang akan saya pertimbangkan untuk pembelian selanjutnya adalah yang warna Smoothie Yellow atau Caramel Latte. 
Make Up Of the day
Out Door: Start Jelajah wisata (Atas); Sesampai finish (bawah)
Sekilas cerita uji coba dari paket simply stay dari Mustika Ratu yang terbukti memang memiliki formula yang LEMBUT, LEMBAB dan TAHAN LAMA. Bagi yang belum pakai produk simpy stay ini, berikut ini beberapa keunggulan yang bisa jadi pedoman Kenapa Simply Stay layak untuk dipertimbangkan jadi kosmetik andalan bagi para wanita yang aktif dan dinamis dan ingin tampil tetap prima dengan cara yang simpel dan aman. Berikut ini beberapa point yang recomended jadi bahan pertimbangan kenapa Simply Stay layak dipilih ya ladies:
  • Merupakan produk yang mudaj untuk diaplikasikan dan aman karena sudah memiliki sertifikasi HALAL dari LPPOM MUI dengan no. 00150064300313. Some other case, no.Halal ini bisa di check kok di web-nya LPPOM MUI untuk memastikan suatu produk benar-benar telah dilakukan audit kelayakan menggunakan label Halal yang meliputi bahan baku yang halal, proses pembuatan yang mengacu pada asas GMP, area yang hygiene, Kemasan yang aman bagi produk.
  • LONG LAST atau tahan lebih lama. Saya termasuk orang yang gak suka sering memoles wajah. Gak nyaman saja jika sewaktu-waktu nambahin bedak atau apalah jika penampakan wajah mulai kucel. That’s why, produk simply stay yang menawarkan keunggulan Long Last ini eligible untuk dipilih. Secara keseharian, saya cukup menggunakan moisturizer + sapuan bedak yang tipis-tipis di pagi hari sampai sore hari pulang kerja. Mau ada kegiatan out door atau enggak di hari kerja, ya sudah cukup pagi hari menabiri wajah. 
  • Aromanya yang harum dan tekstur yang lembut akan membuat kita enjoy plus confident untuk menggunakan Simply stay ini bahkan di acara resmi/party. Gak percaya? Cobain dulu ya…
  • Yang namanya pakai bedak atau riasan wajah, hopingnya yang bisa melembabkan, menghaluskan, mencerahkan dan menyehatkan. Berdasarkan point ini, maka simply stay dirancang dan diformulasikan dengan Curcuma Heynean Root Extract dan Tocopheryl Acetat ( Vitamin E).
  • Keistimewaan yang fundamental lainnya adalah adanya kandungan Octyl Methoxycinnmate yang berfungsi sebagai UV filter natural untuk melindungi wajah dari paparan sinar matahari (UVB).
Bagi saya, kelima point di atas merupakan pertimbangan yang perlu yang cermati ketika memilih/membeli suatu produk kecantikan. Maklum, saya tipically orang yang gak suka treatment – treatment di salon. Selain memang gak terbiasa, malas juga spending waktu berjam-jam di salon. Jadi saya lebih suka pilih pakai produk yang simply and stay long last sekaligus bisa bikin healthy for my skin. Jika demikian, apakah harga mahal produk Simply Stay itu mahal  harganya?
Inner Beauty spread out side
(merasa) Mirip Elvira Devinamira kan?
Istilah orang Jawa “ Rego nggowo rupo”, harga berkorelasi positif dengan kualitas. Secara umum, hukum ini memang benar. Tapi tingkat harga yang mahal itu kan relatif ukurannya. Jika dengan paket kemanfaatkan di atas yang dimiliki oleh produk Simply Stay di jual dengan rincian harga sebagai berikut: 
  1. Moisturizer (tube, 35ml): Rp15.000,-
  2. Liquid Foundation (tube, 50 ml): Rp20.000,-
  3. Stick Foundation (pot, 15gr): Rp50.000,-
  4. Two Way Cake (case, 12gr): Rp75.000,-
  5. Loose Powder (pot, 20gr) : Rp60.000,-
Then, silahkan disimpulkan apakah harga rangkaian produk Simply stay ini terbilang mahal atau terjangkau oleh daya beli kita? Yang jelas, saya tetap masih suka dengan slogan being healthy and beauty Is not expensive at all.


Tulisan sekilas review SIMPLY STAY ini dalam rangka 
berpartisipasi dalam "Everyday with Simple Stay" Blogging Competition [3] yang 
diorganisir oleh B Blog Indonesia dan disponsori oleh Mustika Ratu.


♠♠♠ Facebook | Twitter | Instagram | Linkedin ♠♠♠

25
Share
Sebelumnya Bismillahirrahmaanirrahiim saya hanya mengenal Pantai Sukamade sebagai home land-nya penyu, salah satu binatang purba yang masuk dalam satwa langka sehingga perlu adanya upaya-upaya konservasi seperti yang terdapat di Sukamade oleh TN Merubetiri.  Sejak bisik-bisik awal hendak mengadakan field trip ke destinasi wisata alam di sisi Selatan Banyuwangi, kami direkomendasikan untuk naik kendaraan jenis off road mengingat rutenya didominasi jalur berlumpur dan bebatuan serta berkelok-kelok dengan beberapa tanjakan yang cukup terjal. “Dijamin bakal ketagihan sensasi petualangan di Sukamade”, demikian promosi seorang teman.  

Sekilas pre-info ini disampaikan oleh teman yang lahir dan besar di Silir Agung dan Pancer, dua lokasi yang berdekatan dengan Desa Sarongan.   Thank God, negosiasi rental mobil pun berjalan lancar, sebenarnya kami hanya sanggup sewa 1 Land Rover. Tappii, berhubung sang pemilik rent car juga belum pernah menjajal tracking ke arah Sukamade, maka jadilah ada dua Land Rover yang menyertai perjalanan kami. Dengan dikawal sang empunya mobil beserta dua guide, Pak Rofik dan Pak Farid (tapi kami lebih akrab memanggilnya Pak Parit, nyontek logat Pak Farid yang ada cengkok Sundanya walaupun asli orang Banyuwangi ). Pak Sigit dan Pak Parit inilah yang sekaligus nge-driver  mengantar kami berpetualang ke Pantai Sukamade.
Sebenarnya, banyak rute untuk mencapai Pantai Sukamade yang masing-masing rutenya dihiasai spot-spot wisata alam yang sangat sayang jika dilewatkan begitu saja. Saat itu Kami start berangkat dari jantung kota Banyuwangi sekira jam 07.30 WIB, melaju ke arah selatan kota Banyuwangi, tepatnya dari Jajag ambil arah ke kiri ke arah Pesanggaran ==>Sarongan ==> Sukamade. Bagi yang lewat dari Jember – Glenmore – Genteng, saat tiba di Jajag ambil belokan ke kanan ke arah Sarongan ==> Sukamade.

Begitu kemudi mobil memasuki daerah Silir Agung hingga Pesanggaran, pesona alam yang menggairahkan sukma tersaji tanpa jeda. Udara segar yang berhembus semilir mengusap lembut kulit, harum aroma udara yang bercampur tanah basah, kanan-kiri hamparan sawah bagai lazuardi biru. Pemandangan yang tak kalah eksotisnya juga terpampang saat laju mobil menapaki jalanan di area Kebun Sungai Lembu.
Rajegwesi : Pantai pertama di Jalur menuju Sukamade 
Sebelum mencapai Sukamade, rute Sarongan – Kandangan merupakan pemanasan yang memuncakkan adrenalin. Ada pantai Rajegwesi dan Teluk Hijau yang memiliki tracking bebatuan kombinasi rute berlumpur dan tanjakan-tanjakan adalah tantangan yang sangat sayang jika dilewatkan. Jadi, sekedar saran….jika hendak ke Sukamade, alokasikan waktu yang cukup untuk menuntaskan jelajah alam yang menakjubkan dengan tracking:
1. sebelum Sukamade: Pantai Rajegwesi dan Teluk Hijau
2. setelah Sukamade: Pulau Merah -  TN Alas Purwo--> sadengan (savannah)--- Pancur--> pantai plengkung – Trianggulasri.
Teluk Hijau: Pantai Kedua ke arah Sukamade
Maka, junggle tracking sekitar 13 KM selepas lokasi Teluk Hijau merupakan sajian pembuka sebelum menikmati petualangan di zona yang mirip pedalaman Amazon. Kenapa saya umpamakan mirip pedalaman Amazon? Lha tak ada listrik, penerangan menggunakan genset dengan kapasitas terbatas sehingga yang diutamakan tentu saja semata untuk penerangan, itu pun jam 11 sudah dimatikan. No signal HP, kalau pengen mendengarkan radio ya harus prepare dengan dry cell atau bawa power bank yang banyak sehingga bisa menyalakan gadget lebih lama.   

Back to the junggle tracking yang kanan-kiri jalan bertumbuhan pohon-pohon besar, memberikan nuansa seperti latar cerita film Twilight Saga. Di antara deru mesin Land Rover, terbersit khayalan Andai tiba-tiba muncul Edward Cullen pula, berlari ringan di antara pohon-pohon tinggi yang kami lalui kemudian menghampiri kami dan memberikan Liang Teh Cap Panda, dijamin makin adorable sensasi meminum herbal tea ini.  Apalagi Suasana petualangan junggle tracking pun menyambung dengan kawasan perkebunan coklat yang tak kalah menggiurkan untuk dijelajahi lho? Karena daya tarik magisnya, maka tak heran jika ada  wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang sengaja menempuhkan rute junggle  dengan jalan kaki sampai ke Pantai Sukamade-nya lho?

Begitu memasuki pintu pos Meru Betiri, jalan tak lagi beraspal dan bukan pula jalan makadam, tapi jalan penuh bebatuan runcing. Model Jalanan juga berkelok, yang tak jarang sempit sehingga jika ada dua mobil lewat bersimpangan harus berupaya ekstra rem poll dan gas poll. Ada juga bagian jalanan menanjak bebukitan, tanah becek dan sturktur jalur bebatuan terjal yang memang sengaja dibiarkan alami demi memuaskan gairah pengunjung agar merasakan sensasi perjalanan yang tak terlupakan. Model Jalanan yang berkelok tak jarang yang sempit sehingga jika ada dua mobil lewat bersimpangan harus berupaya ekstra rem poll dan gas poll. Ada juga bagian jalanan menanjak bebukitan, tanah becek dan sturktur jalur bebatuan terjal yang memang sengaja dibiarkan alami demi memuaskan gairah pengunjung agar merasakan sensasi perjalanan yang tak terlupakan. 
Sebagian rute Junggle Tracking
So, saya pun pengennya bisa menjajal jalur junggle tracking dengan jalan kaki, tapi space waktunya yang tidak mendukung. Kecuali, next time saya napak tilas lagi ke arah Sukamade.  Tantangan junggle tracking ini, topografinya yang menantang, juga rimbun pepohonan yang tinggi dan satwa-satwa hutan, asli amat sangat menantang bagi jiwa-jiwa yang suka berpetualangan. Eh, juga bagi para fotografer juga ding. Karena pastinya banyak obyek dan angle yang sangat bagus untuk di capture tho?


Selepas jalur junggle tracking, medan yang harus ditempuh untuk sampai ke Pantai Sukamade, bagi yang membawa mobil jenis jeep, untuk sampai ke Pantai Sukamade akan melewati beberapa anak sungai yang airnya setinggi lutut orang dewasa, belum lagi kalau musim hujan bisa sampai setinggi mobil jeep atau bahkan lebih lebih tinggi lagi dengan arus yang sangat deras.

Sebenarnya ada jembatan penyeberangan tapi sudah ambruk oleh hantaman arus sungai. Jadilah, alternatif untuk menuju ke Sukamade menggunakan fasilitas penyebarangan dengan rakit. Iya, rakit dari bahan bambu yang digunakan untuk menyeberang saat sungai meluap atau bagi siapa saja yang berkebutuhan untuk keluar masuk ke wilayah pantai Sukamade karena jarak tempuh untuk mendekati zona Pantai Sukamade memang sengaja berjarak cukup jauh untuk menjaga ketentraman, kedamaian dan kenyamanan bagi penyu ( khususnya penyu hijau), mengingat kharakteristik penyu sebagai makhluk yang GEOMAGNETIC TAGGING yaitu dia akan kembali ke pantai dimana dia dilahirkan. Tuh kan hebatnya penyu yang teramat sangat cinta dengan tanah kelahirannya? Sangat menginspirasi kan? 

Jadi sejauh apapun seekor tukik menjelajah samudera sampai ber-mil-mil jauhnya, ketika waktunya si tukik yang telah dewasa untuk bertelur, dijamin dia akan kembali ke pantai dimana dulu menetas [lahir]. komunitas penyu hijau telah “memilih” Pantai Sukamade sebagai home land-nya, maka perlu keperdulian semua pihak agar proses perkembangbiakan penyu bisa terjaga.

Begitu melihat sungai yang membentang di depan mata, maka inilah moment pertama jelajah alam off road dengan menyebarangi sungai pula! Ada rasa ngeri, kalau di bagian hulu sedang hujan deras kan arus air akan menderas kan bisa bahaya? Tapi demi melihat sang navigator kami menjajaki kedalaman air yang gak sampai sepinggang…sontak kami pun jadi histeria segera pengen merasakan sensasi menyeberangi sungai dengan naik Land Rover. Yang terlintas ketika itu adalah, rasanya seperti the real adventure kayak yang pernah saya lihat di TV getu deh.
Off Road menyeberangi sungai yang bikin Sensansi Adrenalin
Deru degug jantung berirama dalam ritme lebih cepat disaat-saat roda mobil mulai menyibak aliran air sungai….rasanya WOW, Keren! Proses menyeberangi 4 aliran sungai pun berjalan dengan sorak dan histeria, apalagi ketika Pak Parit mengalami “accident” terjatuh ke sungai saat mengomando penyebarangan gegara Pak Rofiq nge-gas mobil sementara posisi Pak Parit yang berdiri di bagian belakang Land Rover belum seimbang. Kaget pastinya, tapi lima detik berikutnya kami kompak tertawa lepas….hahahhahaha, litte accident yang justru membuat cerita jalan-jalan ke Sukamade sumringah.

Junggle tracking, perjuangan menempuh jalur off road dan melintasi aliran sungai merupakan hot spot pembukaan menuju Pantai Sukamade. Tuh kan keren, dengan medan yang ditempuh yang bikin adrenalin berpacu merupakan fenomena petualangan yang menggairahkan bagi siapa saja yang ber-adventure ke Sukamade.

Lanscape menuju Sukamade sudah melalui rute petualangan yang menghebohkan, lantas apa yang lebih menghebohkan lagi di Pantai Sukamade? Bagi yang belum pernah ke Sukamade, yukk buruan dijadwalkan untuk berkemping ria di sana ya? Mau tau kenapa?

Kami tiba di area guess house area konservasi penyu [Taman Nasional Meru Betiri] Sukamade jelang jam 3 sore.  Alhamdulillah masih ada satu kamar kosong yang bisa kami tempati dengan harga sewa seratus ribu semalam. Guess house VIP [saat itu] sudah full booked oleh rombongan keluarga dari Club TAFT Surabaya [+ 60 orang]. Sementara rombongan anak sekolah mengambil alternatif kemping atau di hall terbuka yang tersedia. Untuk mengusir lapar,  terdapat kantin yang menyediakan menu ‘instant’ dan minuman.

Setelah istirahat beberapa saat, kami pun bersiap untuk melihat-lihat area pembiakan penyu yaitu telur-telur penyu yang dikondisikan agar bisa menetas untuk kemudian anak-anak penyu [disebut tukik] dilepaskan ke laut untuk menjalani takdir hidupnya secara bebas.  Preambule singkat yang kami peroleh: ternyata Penyu merupakan binatang laut yang sudah ada sejak 150 juta tahun lalu, bahkan sebelum dinosarus ada.WOUW !

Atas: Pengeraman telur dlm pasir; Kiri: Tukik dibersihkan pasirnya;
Kanan: Kolam transisi sebelum Tukik dilepaskan ke laut
Somehow, dari tempat penetasan telur-telur penyu ini, membuat kami jadi lebih tahu tentang penyu. Berdasarkan catatan yang ada, jenis penyu yang pernah bertelur di Pantai Sukamade yaitu: Penyu Belimbing, Penyu Lekang, Penyu Sisik, Penyu Hijau. Dari 4 jenis tersebut yang naik ke pantai untuk bertelur 2-3 ekor tiap hari adalah Penyu Hijau.  Dan ternyata Pantai Sukamade ini merupakan satu-satunya habitat penyu hijau, khususnya daerah Lautan Hindia yang bisa dijadikan sebagai tempat pemulihan populasinya. Dan jika perkembangbiakan penyu dibiarkan secara alami, maka dari 1000 tukik yang menetas, hanya 1 ekor yang bertahan hidup sampai dewasa (hasil riset dari WWF).

Keberadaan area konservasi penyu ini dikarenakan sifat biologis penyu yang bertelur namun tidak tidak menjaga telur-telurnya hingga menetas [no parental care] dan banyaknya aktifitas yang mengancam kelestarian penyu tersebut, seperti: Penyu ditangkap dan diambil dagingnya untuk dimakan dan sisiknya untuk cinderamata, Telurnya diambil untuk dijual, Alih fungsi  pantai-pantai pendaratan jadi bangunan, ataupun kematian karena tertangkap tidak sengaja akibat alat penangkap ikan atau terkena baling-baling kapal.

Sebuah pengalaman baru yang edukatif banget, sehingga kami antusias menyimak sejarah kehidupan penyu dan asyik melihat prosesi pembiakan telur penyu. Dari cerita Mas Avian [salah satu petugas yang kami temui],  kami akhirnya tahu ternyata Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelestarian penyu di Pantai Sukamade sangat berat dan harus memiliki rasa nasionalisme. Lha betapa tidak, wong para Bapak Petugas yang berada di konservasi Penyu tersebut harus rela tinggal jauh dari keluarganya dan melakukan serangkaian kegiatan: Patroli malam, Pemindahan telur penyu, penanaman telur penyu, penetasan telur penyu, perawatan terhadap tukik dan pelepasan tukik ke laut.

Usai sesi wisata edukasi mengenai penetasan telur-telur penyu, pas banget semburat warna jingga mulai menyorot dari arah barat. Kami pun berjalan menapaki jalur hutan yang memisahkan pantai dengan tempat penginapan. Pepohonannya memang tak selebat di jalur junggle tracking dan binatang yang paling PeDe menampakkan diri di sepanjang jalan menuju pantai adalah kera dan sekutunya.

Debur ombak Sukamade bergempita,
Menghambur menyambut kedatangan kami. 
Bebuliran pasir basah dan gradasi senja bersenyawa dengan udara 
yang berhembus menciumi kulit kami.
Suatu Senja di Pantai Sukamade dalam Gradasi serat lembayung bersaput awan
Ahahaa…menikmati panorama sunset di pantai  membuat saya terbawa aliran melankoli ala pujangga jadinya. Sesore itu kami habiskan di pantai, menikmati riak-riak air yang bergantian menyapu hamparan pasir,  debur ombak yang menerjang sepasang batu karang yang berdiri beberapa ratus meter dari garis pantai,  dan aktifitas narsis-narsisan lainnya.

Selain bisa melihat secara dekat proses penetasan telur-telur penyu, petualangan lain yang merupakan andalan wisata alam di Pantai Sukamade adalah menyaksikan secara live penyu yang bertelur. Caranya? Daftarkan diri atau mengajukan permohonan ke petugas konservasi untuk mengikuti Patroli malam dan Pemindahan telur penyu, seperti yang kami lakukan.  Maka kami balik lagi ke pantai sekitar jam 8 malam sesuai arahan Pak Petugasnya. Dan jangan pernah berpikir untuk bisa bertemu penyu jantan karena hanya penyu betina yang naik ke darat untuk bertelur dan hanya terjadi jika tidak bulan purnama. Catet Lho..!

Kalau saat sunset kami bisa bebas bertingkah dan berteriak, maka moment untuk ‘bertemu’ dengan Moomynya tukik, kami harus siap dengan syarat dan ketentuan: tidak boleh berisik dan tidak boleh menyalakan cahaya! Padahal cuaca lagi mendung dan tanpa penampakan bulan. Sesampai di pantai, kami diminta menunggu dulu. Mas Avian [as tour guide malam itu] dan Pak Didin melakukan trace keberadaan penyu yang [akan] bertelur. Kalau sudah menemukan lokasi penyu yang bertelur, maka akan diberikan ‘tanda’ dengan kilatan cahaya sekilas agar kami segera menuju ke arah tersebut. Selama menunggu ‘tanda’ tersebut, kami menikmati hembusan angin pantai dan menahan gigitan nyamuk serta menjaga volume suara serendah mungkin, karena Mas Avian sudah memberikan briefing   yang harus kami patuhi jika ingin melihat penyu sedang bertelur, DILARANG:
  1. menyinari penyu yang akan sedang bertelur
  2. berisik/gaduh atau membuat gerakan mendadak di depan penyu yang akan bertelur [penyu akan   kembali ke  laut]
  3. mengagetkan penyu sedang menyentuh air kembali ke laut karena saat tersebut sangat kritis, penyu bisa pergi dari perairan sekitar dan menuju pulau lain untuk bertelur.
JIKA pemotretan dengan blitz MAKA dapat dilakukan setelah penyu mulai bertelur [20 butir] dan harus dari arah belakang! Dan JIKA ada pengambilan gambar dengan kamera atau video kamera, MAKA dapat dilakukan saat penyu mulai bertelur dan dengan pencahayaan yang soft.

Dan tanda kilatan cahaya pun akhirnya muncul, kami bergegas menuju arah datangnya cahaya tersebut. Begitu bergegasnya sampai gerak langkah kami mirip orang yang bergegas menyusul dukun bayi! Setelah acara jalan cepat hampir 2 KM, kami bertemu dengan Mas Avian dan diminta menunggu aba-aba berikutnya dari Pak Didin yang berada dekat dengan seekor induk penyu. Jadi kami baru bisa mendekat saat penyu tersebut sudah mulai bertelur.
Induk Penyu yang berhasil KOPDAR dengan kami
Masih menurut penjelasan Mas Avian, secara alami penyu memiliki sensor untuk mengetahui kelembapan udara dan temperatur yang tepat untuk bertelur. Sepertinya cuaca malam tidak mendukung sehingga induk penyu yang kami temukan tidak jadi bertelur. Kami pun segera mendekat untuk bernarsis ria sebelum si penyu tersebut nyemplung ke laut lagi. Pagi harinya kebetulan pas ada jadwal pelepasan tukik-tukik ke pantai. Heboh, seru, ramai tapi waktu itu kami escape dari acara pelepasan Tukik karena target berikutnya adalah ke Alas Purwo dan Plengkung, kan sore hari saat kami baru datang sudah berkesempatan melihat proses penetasan telur-teur penyu dan mencandai tukik-tukik yang imut nan menggemaskan.

Pantai Sukamade dalam beberapa angle
Pokoknya Pantai Sukamade yang merupakan salah satu dari Segitiga Berlian-nya Banyuwangi ( Sukamade - Plengkung - Kawah Ijen ) ini sangat recommended jika disebut The Paradise of Adventure, karena memiliki spot-spot wisata alam yang sangat menantang untuk dijabani. Mulai rute menuju ke arah Pantai Sukamade yang disambut pameran menakjubkan pantai Rajegwesi dan Teluk Hijau, berlanjut dengan junggle tracking, kemudian jalur off road melintasi aliran sungai dan sesi langka berkenalan lebih dekat dengan makhluk purba. PENYU. Jika masih ingin memaksimalkan petualangan, kegiatan lain yang bisa dilakukan antara lain jelajah hutan di seputar Bandealit dan Gunung Gendong (kawasan sekitar pantai Sukamade), bisa panjat tebing,  dan masih banyak aktifitas yang memicu gelombang adrenalin.

Oia, sebagai OOT penutup postingan ini, dalam perjalanan meninggalkan Pantai Sukamade saat itu, kami pun masih mendapatkan bonus petualangan yakni menjajal mengemudikan rakit. Hayoo…siapa yang mau menyusul menjejalah The Paradise of Adventure ini?

Moda penyeberangan rakit di dekat jembatan yang ambruk



Pantai Sukamade, The Paradise Of Adventure ini Diikutsertakan dalam 
Blog Contest Travelogue Wisata Pantai di Indonesia 
Yang diadakan Oleh Liang Teh Cap Panda


♠♠♠ Facebook | Twitter | Instagram | Linkedin ♠♠♠

63
Share
Newer Posts Older Posts Home
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK MENCOBA. ~ Ali Bin Abi Thalib

My photo
Ririe Khayan
Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com
View my complete profile
  • Cara Cepat dan Aman Mematikan Ikan Lele
    Ikan dan Belalang (berdasarkan ajaran agama yang saya anut) termasuk jenis [bangkai] hewan yang halal untuk dimakan. Tapi tidak berarti k...
  • Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ?
    Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ? Bagi orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan atau lokasinya masih berdampingan al...
  • Brand Susu Untuk Kesehatan
    Jika ada pertanyaan: Sehat ataukah sakit yang mahal harganya? Bismillahirrahmaanirrahiim , kalau menurut saya, secara ‘value’ kondisi se...
  • Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online
    Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online . Sebenarnya persyaratan dan alur pembuatan proses secara langsung ( walk i...
  • Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil
    Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil . Jika Anda sedang berusaha punya anak, menunggu kapan Anda resmi ...
  • Lima Cara Mengaktifkan (Kembali) Google Adsense yang Diblokir
    Sebaiknya dikesampingkan dulu bila ada yang beranggapan Akun GA di Banned, tak bisa diaktifkan.  (Ternyata) Google Adsence Bisa Aktif  Kem...
  • Panic attack Ketika Terkena HERPES Zoster
    P anic attack Ketika Terkena HERPES Zoster . Mendengar kata HERPES, bisa jadi sebagian orang langsung tertuju pada nama penyakit yang satu ...
  • Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin
    Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin   .Mungkin kita pernah mendengar peristiwa keracunan sete...
  • Suplemen Madu Untuk Membantu Atasi Anak Yang Susah Makan
    Punya pengalaman menghadapi anak yang susah makan? Ada yang baper karena selera makan putraatau putrinya belum variatif yang berputar seki...
  • Serunya Mudik Naik Kereta Api Probowangi
    Usai long wiken Idhul Adha...jadi ngayal kalau tiap bulan ada long wiken 4 hari gitu pasti indah sekaliiiii...... #Plakkk [digampar klomp...

Blog Archive

  • ▼  2024 (3)
    • ▼  December (1)
      • Manfaat Penting Bermain Untuk Anak-Anak Usia Pra S...
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2022 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2021 (45)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (7)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (6)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2020 (43)
    • ►  December (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2019 (35)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
  • ►  2018 (49)
    • ►  December (5)
    • ►  November (11)
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (51)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (6)
    • ►  February (7)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (73)
    • ►  December (5)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (10)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (12)
  • ►  2015 (118)
    • ►  December (12)
    • ►  November (12)
    • ►  October (11)
    • ►  September (11)
    • ►  August (12)
    • ►  July (8)
    • ►  June (8)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2014 (60)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (6)
    • ►  September (5)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (11)
    • ►  February (10)
    • ►  January (8)
  • ►  2013 (90)
    • ►  December (7)
    • ►  October (5)
    • ►  September (6)
    • ►  August (9)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (13)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (126)
    • ►  December (6)
    • ►  November (5)
    • ►  October (14)
    • ►  September (10)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (11)
    • ►  May (12)
    • ►  April (12)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (10)
  • ►  2011 (69)
    • ►  December (11)
    • ►  November (11)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (9)
    • ►  July (7)
    • ►  June (18)
    • ►  May (5)
Ririe Khayan is an Intellifluence Trusted Blogger

Juara LBI 2016

Juara LBI 2016
facebook twitter youtube linkedin Instagram Tiktok

Labels

Advertorial Aneka Kuliner Article Blog Award Book Review Contact Me Disclosure English Version Fashion Fiksi Financial Gadget Give Away Guest Post Info Sehat Informasi Inspiring Lifestyle Lomba Love Story My Diary My Poems Opini PR PerSahabatan Pernik-Pernik Renungan Review Skincare Technology Traveling True Story UMKM Visit Who Am I? Writing For Us banner parenting




Copyright © 2019 Kidung Kinanthi

installed by StuMon