Kidung Kinanthi

Life is flowing in its story leaving history

  • Home
  • About
  • Sitemaps
  • Article
    • Opini
    • Story of Me
      • My Diary
      • My Poem
      • True Story
      • Love Story
    • Contact
    • Disclosure
  • UMKN Visit
  • News
Tik, tak,tik,tak…suara gerak jarum jam di dinding yang sedemikian teratur. Dari luar kudengar sama-samar suara jengkerik mulai meramaikan malam yang menghampar seolah hendak turut meramaikan malam takbir menyambut Idhul Adha. 

Iya, Bismillahirrahmaanirrahiimjelas kudengar di pejuru angkasa malam ini Gema Takbir, Tahmid, Tasbih dan Tahlil bergema mengagungkan Sang Ilahi, membawa kita untuk men’tadabur kembali akan perjuangan menuju ketulusan dan keikhlasan seorang ayah (Nabi Ibrahim) untuk mengorbankan mutiara hati yang sangat di cintainya (Nabi Ismail) demi memenuhi perintah Allah SWT. Figur seorang Ibu Siti Hajar serta sosok anak yang mampu memenangan perjuangan sehingga mengalahkan (emosi) dirinya sendiri , semata membuktikan jika cinta pada Sang Khaliq harus di atas segalanya. Subhanallah… 

Tik, tak,tik,tak…suara gerak jarum jam di dinding kamarku masih bergerak dengan teratur dan gema takbir masih nyaring ku dengar dari segala penjuru, bersahutan dan berkesinambungan.

Dan inilah moment lebaran (Idhul Adha) pertama yang aku alami jauh dari keluarga. Baik Idhul Fitri maupun Idhul Adha, aku selalu berusaha untuk mudik, merayakan lebaran bersama orang tuaku. Tapi kali ini aku harus menunda jadwal mudik, dan meresapi gema takbir yang berbalut kerinduan pada kedua orang tuaku, pada kampung halamanku, pada suasana di rumah setiap kali jelang lebaran, juga pada pagi hari jelang berangkat sholat Ied.

Gema Takbir Kumandang Kerinduan

Biasanya Ibuku yang pertama bangun (sampai sekarang Ibuku yang selalu bangun paling awal sebelum jam 3 dini hari), kemudian dengan sabar membangunkan seisi rumah, dan kalimat yang masih sama setiap kali ada ya susah di bangunkan, Ibuku akan berkata: sudah mengalami tidur sejak kecil kok gak ada kenyangnya, sudah berapa tahun waktu tidurmu kalau di jumlahkan…? Tentu saja dalam bahasa dan dialek Jawa’nya. Kalimat yang sederhana namun sangat benar juga, sudah berapa (tahun) banyaknya waktu yang aku habiskan untuk tidur mulai aku lahir sampai detik ini?.

Aku memang bukan satu-satunya yang berada pada situasi jauh dari keluarga saat-saat istimewa begini. Di luar sana masih banyak orang-orang lain yang situasinya lebih sulit dan complicated dariku dimana tidak selalu bisa menikmati moment lebaran bersama keluarga dan orang tuanya karena berbagai sebab dan alasan yang tak mungkin di lewati.

Gema Takbir kali ini memang kumandang kerinduanku akan moment yang biasa aku lewati di rumah. Tulisan ini kubuat agar lebih bisa memaknai dan mensyukuri bahwa aku masih sangat beruntung karena masih bisa menikmati kebersamaan dan hangatnya kehadiran orang tuaku. Jika kali ini aku menyimak gema takbir jauh dari kampung halamanku semoga menjadi pengkayaan bathinku, dan aku yakin sejauh apapun ruang dan jarak…akan selalu aku rasakan kehadiran orang tuaku di dekatku. 

Seperti Nabi Ibrahim dan Ibu Siti Hajar yang mencintai sang Buah hati (Nabi Ismail), maka demikian pula fitrah cinta kasih para orang tua (pada proporsi dan batas maksimal manusiawinya) pada anak-anaknya yang tak akan pernah kenal istilah pamrih dan perhitungan angka numeric apapun.

Dimanapun aku berada……
Kata-kata bijakmu memberi warna langkahku
Hangat pelukmu mengokohkan berdiriku
dalam menapak jalan hidup penuh liku
Semua itu tak akan pudar
Walau detik waktu berdetak menambah bilangan usiaku

Selamat merayakan Idhul Adha bagi semua umat Islam, semoga kita termasuk orang-orang yang bisa memaknai hakekat berkurban dengan komitment yang lebih tulus dan ikhlas serta konsisten…










39
Share
Wisata Gunung Bromo yang Eksotis Yang Menawarkan Petualangan Serasa Bukan di Bumi, sepertinya saya memang harus mengakui kalimat afirmatif ini. Pertama kali ngetrip ke Gunung Bromo semasa kuliah, perjalanan pertama ke naik gunung yang tanpa persiapan. 

Bahkan sejak awal berangkat, setiap kisahnya sudah menyuguhkan kenangan manis tak terlupakan. Apalagi ketika beneran bisa sampai ke Bromo dengan selamat dan Alhamdulillah semakin bersemangat begitu melihat hamparan keindahan yang membentang di kawasan wisata Gunung Bromo. 

Blogwalking, mampir sana-sini….kemudian pada sebuah shoutmix (lupa kala itu dari shoutmix blog sapa ya….hayoo ngaku punya sapa..* LHOH?*) klik pada ID tamu Una….landing sukses pada posting My first GiveAway:Pengalaman pertama, pengalaman pertama apa saja boleh. yang terlintas pertama kali: follower saja dulu (habis ide spontanitasnya belum muncul mau ikut Giveaway cerita tentang apaan ya…).

Setelah beberapa hari mengobrak-abrik isi memory otak….tarrraa…terpilihlah Pengalaman pertama: berpetualang ke Gunung Bromo One night stand. Tapi firstly, sebelum menimbulkan definisi sayap kiri (negative) tentang frasa “One night stand” maka kuperjelas dulu batasan dan definisinya ( cieee…sok nulis karya ilmiah deh, xixixixiiii….). Maksud frase tersebut adalah aku dan teman-teman begadang semalaman. So, yukk kembali pada my first story.

Sebenarnya peristiwanya sudah luuuaamaa (saking lamanya neh) banget, saat masih kuliah. Kupilih kisah tersebut karena banyak pengalaman yang serba pertama dalam petualangan Bonek ke Bromo, jadi menurutku ceritanya lebih menarik ketimbang cerita cinta pertama(ku)….hehehe *kumat lebay-nya*. Ceritanya berawal dari idenya Susan, waktu hari teakhir UAS. Begitu keluar dari ruangan, karena shock ternyata soal Perencanaan Alat menyimpang jauh dari prediksi “ biar gak stress, main ke Bromo yukk…” ucap Susan dengan spontan. Yang langsung di sepakati oleh Lilik, Faida, Surya dan Muji. Sedangkan aku mikir MODE ON karena sadar diri sedang krisis total. Tapi tak berapa lama aku juga tunjuk jari untuk ikut setelah Lilik bersedia memberikan dana talangan (lunak= baru aku bayar jika honor aku ngajar privat cair….sstt, rahasia neh)

khirnya di sepakati (singkat cerita neh untuk proses preambule’nya…), kami berangkat ber-8, ada teman cowok yang bersedia untuk jadi bodyguard ( namanya Rifai tapi akrab di panggil Pa’I, kagak tega dia melihat kami berlima cewek semua ke Bromo). Tak lupa Pa’i juga mengajak 2 teman cowok lagi dari teman kuliahnya di kampus satunya (Pa’I ambil double degree ~ 2jurusan berbeda dari 2kampus yg berbeda juga). Skenarionya: Rental mobil dan drivernya gantian biar ongkos sewanya lebih murah. Pokoknya paket hemat sehemat-hematnya deh, itu isi perjanjian kami. Bondo nekad tapi slamet….

Kami berangkat jam sekitar jam 9 malam dari Surabaya, sampai di Gempol Susan nylethuk “ perlengkapan mobilnya sudah di check waktu ambil dari rental tadi?”. Hemmm, baru kali ini aku tahu kalau bawa mobil harus dipersiapkan detail perlengkapannya gitu…(hehehe…ndeso ya aku?). Langsung deh menepi dari jalur Tol untuk melihat perlengkapan emergency mobil: dongkrak, ban cadangan dll. Hasilnya NIHIL…. ! “ Lanjut apa balik Surabaya nih?”. Tanpa ada keraguan kami pun sepakat : Bismillah lanjuuttt….

Sepanjang perjalanan kami tetap berusaha riang gembira, nyanyi-nyanyi sekenanya atau cerita-cerita yang lucu-lucu. Nyanyian akan berubah jadi rangkaian dzikir tiap kali menempuh rute yang kanan – kirinya jurang atau jalan yang sempit dan harus berpapasan dengan mobil dari arah depan. 

Sampai di tempat tujuan sekitar tengah malam, udara dingin bukan kepalang. Kami semua begadang di parkir bersama para rombongan lain yang juga begadang. Syukurlah ternyata banyak juga yang style backpacker. Jadi tetap seru meski harus menahan kantuk dan dingin menunggu waktu untuk naik ke Bromo. Tapi lumayanlah ada yang menyalakan api unggun, jadi masih bisa menghangatkan diri sambil ngobrol dengan style sok kenal dan sok akrab dengan orang-orang di sekitaran api unggun…Sepanjang malam tidak tidur, berada di alam terbuka bersama orang-orang yang tidak di kenal: First moment neh, bathinku

Sekitar jam 2 dini hari semua orang yang ada di parkir mobil sudah heboh untuk berangkat. Hampir semuanya jalan kaki karena kondisi mobilnya tidak memungkinkan untuk menempuh medan yang off road. Tapi bagi yang memang niat berwisata tentu akan pakai jip hardtop atau naik kuda. Tapi bagi para backpacker dan yang sengaja ingin berpetualang di alam akan memilih jalan kaki. 

Begitu pula dengan rombonganku yang modal nekad full. Gimana tidak nekad, wong ternyata di antara kami gak ada yg bawa senter untuk penerangan dalam menempuh rute ke Bromo (sehingga kami jadi follower rombongan yang di depan). Rute yang harus dilewati adalah lautan pasir yang luasnya mencapai 10 km², area gersang yang dipenuhi pasir dan hanya ditumbuhi sedikit rumput-rumputan yang mengering dengan tiupan angin yang membuat pasir berterbangan dan dapat menyulitkan kita bernafas. ! 
Sesuatu yang baru juga bagi kami menempuh medan yang terjal dan curam serta lumayan jauh jaraknya dengan berjalan kaki pakai sandal jepit lagi, sudah bisa di duga yang cewek selalu ada yang (gantian) minta berhenti karena kelelahan. “Eh, kalau kelamaan berhenti nanti kita bisa salah arah lho..tuh yang bawa lampu udah mau hilang cahayanya…..” kalimat ini yang jadi andalan Pa’i dan 2 temannya untuk membuat kami yang cewek ini bergegas bangkit untuk meneruskan perjalanan. “ Masih kurang berapa lama neh…?” tanyaku pada salah satu teman Pa'i (sebelum berangkat pa'i meyakinkan jika salah satu temannya sudah pernah ke Bromo). 

Jawaban yang sangat meyakinkan pun kudapatkan “ Lihat nyala lampu di sana kan...”. kemudian baru ku tahu jika jawaban tersebut itu hanya penenang saja karena begitu nyala lampu yang dia maksud terdekati ternyata lampu ternyata tempatnya penjual makanan atau minuman hangat dan perjalanan pun masih berlanjut dengan melewati lampu penjual-penjual berikutnya. magic juga jawabannya karena serasa punya tenaga baru, hehehe.. Setelah perjuangan panjang dan melelahkan serta entah berapa kali berhenti untuk ambil nafas…Alhamdulillah kami sampai juga di Bromo. 

Tapi tunggu dulu, kami masih harus menaiki tangga yang jumlahnya mencapai 250 anak tangga untuk sampai ke puncak Gunung Bromo. Ibaratnya perjalanan tinggal “selangkah” untuk bisa sampai puncak Bromo, kami pun berjuang untuk bisa sampai ke atas.

Sesampainya di puncak Bromo yang tingginya 2.392 m dari permukaan laut, betapa banyaknya orang yang sudah berjajar dan ramainya sudah mirip di pasar, sambil menunggu sun rise, kami gantian sholat shubuh pertama di atas gunung. Rasanya benar-benar luar biasa syahdu dan membuat diri benar-benar merasa makhluk yang kecil (jadi down to earth gitu deh). Dalam suasana masih gelap, Pa’i menyalakan korek mau melihat skala thermometer yang di bawanya. Kami semua ketawa, gak nyangka kalau Pa’i malah lebih ingat bawa thermometer ketimbang lampu penerang. Hahahahaaaa…

Bahkan kami tetap merasa excited meskipun pada akhirnya sun rise malu-malu di balik awan karena cuaca yang tidak mendukung (langit berawan kala itu). 

Dan kami juga tetap bisa tertawa manakala temannya Pa'i bikin pengakuan kalau sebenarnya dia juga belum pernah sampai naik ke Bromo. Nah Lhoh???. Kemudian kami baru tahu juga (hasil dari perbincangan dengan sesama pengunjung yang ada di Bromo) kalau view yang bagus untuk melihat sun rise dengan keindahannya yang memiliki sensasi tersendiri adalah dari Penanjakan, dimana  Kita akan merasa berada di atas awan dengan melihat kabut di bawah menari-nari diatas Gunung Bromo serta Puncak Semeru juga kelihatan dari kejauhan membelakangi Bromo. 

Jadi habis turun dari Penanjakan mestinya baru menuju ke bromo untuk melihat pemandangan kawahnya. Karena sudah ada di puncak Gunung Bromo, kami pun tidak buru-buru untuk turun, melihat langsung kawah yang sedikit berbau belerang serta sepuas-puasnya menikmati  Indahnya Pemandangan di bawah berupa lautan pasir yang menghampar luas (yang kala berangkat kami arungi dalam suasana gelap gulita).  
Pura Luhur Ponten berdiri dengan anggun di kejauhan kaki gunung. Kuda-kuda yang parkir menunggu penyewanya juga menambah keindahan pemandangan. Di sebelah Gunung Bromo juga bisa dilihat Gunung Batok yang terlihat seperti bentuk batok berlapis raksasa karena bentuk gunungnya seperti berlapis-lapis.
Namanya pengalaman pertama ke Bromo bersama orang-orang yang baru pertama kali juga ke Bromo. Kalau di ceritakan lebih detail (semua kejadian-kejadian lucu plus konyolnya) bisa lebih panjang lagi tulisan ini. Yang penting kami tetap bisa menikmati secara maksimal perjalanan ke Bromo ini dengan hati riang gembira meski modal Bonek. Tidak hanya cerita lucu dan hal-hal di luar dugaan yang (luar biasa) menambah lembar kenangan dan mengkayakan integritas diri, tapi juga pembelajaran langsung pada praktek bagaimana kita bertoleransi, saling perduli dan mendukung pada teman juga pada orang lain (meskipun kita belum mengenalnya) yang ada di sekitar kita.  
Dan masih ada bonus dari perjalanan  ini yaitu ketika pulangnya masih sempat mampir dulu ke air terjun Madakaripura (mengingat waktu rentalnya masih tersisa banyak jadi di optimalkan deh pemakaian mobilnya). Sayangnya foto-foto yang kami ambil banyak yang tidak bisa di cetak (blank hasilnya). Awalnya kami mengira karena kamera yang eror/rusak terkena area “hujan sepanjang tahun” yang baru kami lewati. Belakangan baru aku tahu dari hasil saling berbagi cerita, ternyata di lokasi air terjun Madakaripura memang susah untuk di ambil Fotonya. Percaya atau tidak, silahkan di buktikan ya guys….
" Entry ini diikutkan pada GiveAway corat.coret.una oleh Sitti Rasuna Wibawa "

Note: Mohon maaf, dokumentasi (foto-foto) yang tampil di postingan ini menghilang. (Checked 9 Juni 2020)
64
Share
Semangat pagi, aku niat berangkat dengan space waktu agak longgar, tidak mepet-mepet seperti yang sering aku lakukan. Berharap bisa mengendarai motor dengan santai, sambil menikmati hilir mudik lalu lintas pagi. Deggg...pas ngeluarin motor melintas ‘warning’ kalau sudah hampir sebulan aku belum nambah angin ban motor, karena pengalaman yang pernah terjadi kalau kelamaan alpha nambah angin maka “protes” pun terjadi alias Ban bocor tanpa kompromi dengan posisi sedang dekat atau tidak dengan bengkel tambal ban.

Oh great, no one knows what gonna happen even in next second ! Baru beberapa meter melaju dengan belaian udara pagi yang segar mengusap lembut wajahku, pppsssstt...bocorlah ban belakang. Tapi syukurlah (inilah kebiasaan baik yang aku suka, tetap bersyukur..hehehe) karena tak jauh di depanku ada bengkel tambal ban, tempat biasa aku sering mampir untuk nambah angin. Jadi hanya beberapa meter saja aku “menggandeng” motorku untuk sampai di bengkel tersebut. Wahai...., bengkelpun masih tutup dengan sukses. Semangat..semangat.

“ Bengkelnya buka jam 7, Mbak…..” ucap seorang wanita yang muncul dari samping bengkel ketika aku melakukan aksi celingukan.

Kulihat jam di HP menunjukkan jam 06.55 “Oh ya BU, saya tunggu saja ...” sambil melanjutkan dalam hati: ketimbang aku jalan-jalan pagi lebih jauh lagi dengan menuntun mesra motor....dan kembali membentang ingat sebuah scene sekitar dua tahun silam ada seseorang yang sengaja jauh-jauh datang menemuiku di bumi Blambangan kemudian mengalami ban bocor dengan motor yang sama ini juga. Sayangnya kala itu aku belum sempat mengajaknya wisata kuliner yang khas di sini serta menyeberang even just cross for while to Bali island.

Toh ada kursi kayu di teras (biar lebih halus, ketimbang aku sebut emperan) bengkel, jadi aku bisa lebih santai menunggu bengkelnya buka. Sementara jalan raya di depanku semakin ramai oleh aneka ragam orang yang lalu lalang. Kunyalakan koleksi lagu yang tersimpan di HP, dan kulayangkan pandanganku merekam pemandangan yang memapar di sekitar bengkel. Di seberang jalan ada beberapa tukang bangunan yang mulai mendisplay perlengkapan untuk memulai melakukan pekerjaan, sepertinya sang pemilik rumah hendak bikin rumah kost karena tata letaknya berupa kamar-kamar yang berderet berada di samping rumah. 

Akhirnya muncullah seorang pemuda mengenakan kaos warna pink, taksiranku dia masih berusia 17an tahun, tanpa banyak kata-kata dia langsung melakukan aksi rutinnya membuka bengkel. Dan tanpa bertanya apa-apa padaku dia pun langsung “merawat” pasien perdananya. Hemm...less word more actions. 

Sementara itu aku kembali mengamati tukang bangunan di seberang jalan yang sudah mulai dengan pekerjaannya, ada yang mengaduk semen campur pasir, mengusung batu bata dan yang satunya menyatukan batu bata “semoga anak-anak yang mereka carikan nafkah seserius mereka dalam hidupnya, sekolah dengan baik dan rajin membantu orang tuanya juga” batinku bersimpati. Tidak banyak perbincangan yang ku lihat di sana, mereka begitu asyik dengan pekerjaannya yang pastinya kan berlangsung sampai nati sore. Bermandikan terik sinar mentari di siang hari juga tak mereka keluhkan...memikirkan hal itu aku jadi ingat pada sosok ayahku di desa. 

Yaa, ayahku yang tiap hari kesawah sepanjang musim kemarau dan hujan (baik di sawah sendiri atau bekerja di tempat orang lain), bahkan sampai sekarang di usianya yang mulai senja. Melalui konsistensinya yang tetap aktif ke sawah meski sudah tidak setotal dulu, tanpa definitive ayahku sudah mengatakan: 

Tua bukan berarti “pensiun” dari aktifitas, selagi masih hidup (sehat) maka tetap bekerja. Long time ago, aku dan saudara-saudaraku juga terbiasa bermandikan keringat dengan sengatan sinar matahari dan siraman air hujan. Tak pernah kami kuatir kulit jadi legam karena paparan sinar matahari atau kena lumpur sawah. Herannya kalau aku cerita tentang keseharianku (dulu) pada teman-teman, seringnya tak ada yang percaya? Padahal tetanggaku saja sampai heran saat aku masih mau turun ke sawah (sesekali) ketika aku sudah melawati masa-masa sekolah/kerja.

Permenunganku terhenti bukan karena suara bising kompresor yang mulai dinyalakan tapi oleh kedatangan seorang konsumen bermobil yang menyalakan lagu Dangdut demikian keras mirip orang punya hajat mantu/sunatan di kampung. Norak banget pikirku, bukan tentang lagunya (yang kukenali sebagai lagu-lagu Rita Sugiarto), nyetelnya dengan volume keras banget dengan pintu mobilnya di buka semua untuk show action tersebut. Dari penampilannya jelas sekali laki-laki parobaya tersebut bukan sopir pribadi, wong dia pake dasi, pakai kaos kaki meski dengan sandal jepit, gelang berwarna gold bentuk rantai lumayan besar melingkar di pergelangan tangannya dan isi mobilnya seperti kapal pecah. 

Dan dengan PeDenya dia nge’dance seirama alunan musik yang dia putar kencang –kencang tadi, sambil sesekali menjawab pertanyaan mengenai masalah mobilnya yang ternyata perlu ganti Tube ban depan. Otomatis dan praktis dia pun akan cukup lama di bengkel ini, ku lirik ada seorang bapak yang datang beberapa saat sebelumnya juga mengamati laki-laki ‘nyentrik’ (sebenarnya lebih tepat kalau kesebut Om genit ) tersebut.

Ya sudahlah, let’s show go on....daripada semakin aku amati semakin membuat banyak presumtive dan sangkaan kurang baik, mending aku mengalihkan perhatian dengan SMSan sana-sini, sekalian memberi kabar ke kantor kalau aku datang terlambat. Kalau ada Smartphone, waktu menunggu seperti ini jadi gak boring dengan BBMan….hehehe. Then finally, that man gone....dan proses tambal ban motorku juga selesai. Sesaat sebelum aku meninggalkan bengkel masih aku dengar pertanyaan si Bapak yang keheranan melihat laki-laki nyentrik tadi.

“ Sopo uwong iku ” tanyanya dalam bahasa jawa pada yang si MAs yang service motornya karena dari interaksi yang terjadi sepertinya laki-laki tadi sudah familiar di bengkel. 
“ Pengacara PA, Pak....pengacara edan kok” jawabnya datar.
“ PA?? Opo kuwi ?” 
“ Pengadilan Agama Pak...”

Olalalaaa..... Pengacara tho orang tadi? Lawyer? Hemmm…no comment any more, aku pun berlalu meninggalkan bengkel saat jam di HP menunjukkan angka 08.08 (beginilah caranya lihat penunjukan waktu kalau tidak biasa pakai arloji), melaju menuju tempat kerja dengan riang gembira tralalalala..trililililiiii.....




B

65
Share
Sudah lumayan lama tergelitik untuk membuat posting tentang teh celup, untuk sharing mengenai cara penyajiannya. Barangkali masih ada di antara kita yang menyajikan teh celup menggunakan ‘caranya sendiri’ atau tidak mengikuti serving direction yang tercantum pada kemasan teh celup. Semoga bisa jadi wacana yang memberi nilai manfaat tentang bagaimana semestinya kita mengkonsumsi teh celup dengan cara yang benar. Then, here is the post…

Teh sudah merupakan bagian dari kebiasaan hidup kita sehari-hari, minum secangkir teh panas di pagi atau sore hari, bahkan rata-rata kalau makan di luar (warteg, lesehan, depot..etc), minuman yang paling sering di pesan adalah teh (manis/tawar; dingin/hangat/panas). Meski demikian aku baru mulai terbiasa dan akrab dengan minuman teh ketika memasuki dunia kerja (mencari sesuap nasi dan segenggam berlian ..) karena setiap pagi 1 teko teh panas sudah siap di minum sesuka hati. Dan biasanya teh yang digunakan adalah Teh seduh (istilah bekennya teh tubruk..)

Dan seiring perkembangan teknologi dan trend fast serving, Teh pun mengalami adaptasi terutama dalam cara pengemasannya demi memenuhi keinginan penikmat teh agar cepat, praktis, dan efisien. Maka hadirlah Teh celup yang langsung mempesona penyajiannya. Tentunya sebagian besar penikmat teh sudah pernah menggunakan varian teh celup atau bahkan ada yang menjadi pengguna setianya karena memang Sangat modern dan praktis. 

Hampir semua orang sudah tahu bagaimana nikmat dan manfaatnya minum teh (dengan semua jenisnya)bagi kesehatan. Akan tetapi berapa lama biasanya (yang sering luput dari perhatian) kita mencelupkan kantong teh celup tersebut? Dulu logika berpikirku dalam mencelupkan teh adalah: semakin lama dicelupkan maka akan lebih banyak manfaat teh yg bisa aku minum. Dan paradigma lainnya adalah: sayang dong teh celup baru dipakai sekali jika langsung dibuang, kan masih bisa digunakan kalau ada yang mau bikin minum teh….(basic instinct: biar hemat, hehehe..)

Apakah ada diantara Anda yang “lugu” sepertiku terhadap penyajian teh celup? Ataukah karena tak sengaja ‘lama-lama’ mencelupkan kantong the celup dalam air panas. Maksud hati sambil menunggu waktu pencelupan kemudian di tinggal apa gitu deh sehingga lupa (kelamaan) membiarkan the celup berendam….Jika ada, maka sebaiknya mulai di perbaiki/hindari mencelupkan kantong teh terlalu lama, karena semakin lama merendam teh celup dalam air panas, justru akan semakin banyak kandungan yang BUKAN hanya the yang larut dalam cangkir teh kita. Tehnya sendiri tidak berbahaya, akan tetapi kantong kertas kemasannya yang perlu diwaspadai. 

Sedikit (masuk pada ranah teori) mata kuliah (proses industry kimia) yang masih aku ingat (secuil) tentang pembuatan kertas yang dibuat dari pulp (bubur kertas) yaitu yang terbuat dari bahan kayu, bubur tersebut berwarna coklat tua sehingga untuk membuatnya berwarna putih, digunakan bahan kimia pemutih yang terbuat dari senyawa chlorine. 
Dalam prosesnya, chlorine ini tetap tertinggal dalam produk kertas karena tidak dilakukan penetralan( high cost). Kertas semacam inilah yang kemudian digunakan sebagai kantong teh celup. Silahkan browsing tentang pembuatan kertas tersebut jika tertarik ingin tahu lebih detailnya. Kandungan zat chlorine (yang terdapat) pada kantong kertas teh celup akan larut jika kantong teh dicelupkan lebih dari 3 – 5 menit (melebihi batas waktu pencelupan yang tertera pada kemasannya)
Sekali lagi, tehnya sendiri memang banyak manfaatnya. Dan meskipun kandungan chlorine pada kertas pembungkus teh celup (dinyatakan) dalam zona aman…tapi mari kita berpikir secara jangka panjang dan menghitung frekuensi kita minum teh sehari-hari----> akan ada proses akumulasi serta reaksi terhadap kesehatan tubuh akibat adanya zat chlorine yang (tanpa sengaja) kita minum. Nah, jangan biarkan teh celup Anda tercelup lebih dari 5 menit. Atau, kembali ke cara tradisional yang sedikit repot: teh tubruk deh. So, let’s drink tea for healthy…



NOTE: 
Chlorine tergolong powerful oxidizing agent, bersifat toxic dan corrosive. Biasa digunakan dalam proses bleaching (contoh di pabrik kertas), manufacturing syntetic rubber & plastic, serta desinfektan untuk pemurnian air.

Fungsi chlorine pada kertas adalah disinfektan sehingga kertas bebas dari bakteri pembusuk dan tahan lama. Selain itu, kertas dengan klorin memang tampak lebih bersih. Karena bersifat disinfektan, klorin dalam jumlah besar tentu berbahaya. Tak jauh beda dari racun serangga.

Berdasarkan penelitian, diduga ada hubungannya antara chlorine dalam tubuh dengan kemandulan pria, bayi lahir cacat, keterbelakangan mental serta kanker.
27
Share
Hampir sebulan tidak posting (sok sibuk ceritanya), kali ini mencoba posting new entry tentang “Jejaring Sosial”. Totally bukan murni dari isi pikiranku, hanya ide yang muncul dipikiranku tertarik (ingin) mengulas tentang fenomena social networking yang booming. Dari kombinasi beberapa tulisan, semoga frame penyajian ini ada manfaatnya buat diri saya sendiri (khususnya) dan Alhamdulillah kalau bermanfaat bagi yang berkenan untuk menyimaknya. So, here is the posting……

Peradaban modern dengan segala bentuk aktifitas berjalan seiring dengan perkembangan IpTek yang membawa kita pada era digital. Internet telah banyak mengubah life style dan bergerak bebas tak ada batasan ruang dan waktu (semoga kita tetap bisa berbatas norma dan etika). Dan tentu saja dampaknya sangat heterogen, kita perlu mewaspadainya dan berusaha bisa mengikuti perkembangannya agar kita tidak terjebak dalam efek negative yang ditimbulkannya. 

Karena menutup diri dari perkembangan teknologi (apalagi internet)  justru akan menjauhkan kita dari dinamika peradaban atau tidak up to date (istilah ABG sekarang). Sekarang, mulai anak-anak hingga orang dewasa/tua sudah demikian akrab dengan internet dan yang paling nge’trend di era sekarang adalah social network ( sesuatu yang belum terbayangkan di masa nenek moyang kita dimana ketika computer masih merupakan barang exclusive yang keberadaannya masih sebatas di pusat-pusat penelitian ilmiah atau kampus-kampus yang ada dalam daftar top list di dunia).

Tak bisa di hindari jika sekarang social networking mampu menghipnotis ratusan juta (atau milyaran?) penghuni planet bumi ini dalam dunia cyber. Facebook, twitter, blogger, Friendster, Messenger etc, sudah menjadi kebutuhan untuk menjalin komunikasi dengan keluarga, teman dan partner bisnis. Kalau di trace, social network yang pertama aku gunakan adalah Friendster, Facebook ( kenal FB, maka Friendster pun jadi semakin jarang aku akses), kemudian ikutan bikin akun twitter (kalau twitter sekedar buat punya-punyaan karena tidak banyak teman yang ku kenal secara membumi di twitter). Dan kenyataannya media social networking tak kenal ruang, waktu, status social, usia, dan gender. Media social memungkinkan kita berinteraksi dengan siapa saja, darimana saja dan kapan saja.

Pada kenyataannya, yang abadi di dunia ini adalah perubahan itu sendiri. Mensikapi melesatnya laju dunia IT, Idealnya memang kita (seharusnya) bisa menggunakan dengan bijak yaitu dengan adanya komitmen kendali diri dan pemahaman yang tepat tentang dunia cyber dan internet., antara lain:
1.  Membangun kesadaran bahwa internet mensyaratkan kesadaran bagi penggunanya (kita) dalam MEMILIH, dan MENCIPTAKAN informasi. Faktanya penyampaian berita/cerita/interaksi sosial di internet bisa dibilang tanpa proses, kecuali proses internal dalam diri kita sendiri.
2. Perlu mengasah kemampuan untuk mengolah (akan jaring-jaring jejaring social) karena dalam media social terdapat kombinasi yang spektakuler: download dan upload ( dimana filter dan sensornya adalah: kembali pada integritas diri sendiri lagi !)

Segala sesuatu tentu memiliki dua sisi yang berbeda, tinggal bagaimana kita memilih sisi mana yg hendak kita explore. Banyaknya kasus criminal, pelecehan, penipuan, bahkan kadang sampai ada yg ‘terpeleset’ terpaksa harus berurusan dengan hukum, menyadarkan kita betapa dibalik pesona fantastis internet dan jejaring social, ada sisi lain yang perlu kita waspadai. 

Ktika menjalin interaksi secara cyber, formatnya masih 1 dimensi yaitu berupa data (yang belum teruji validitasnya). Semua interaksi cyber (jejaring sosial) bersifat netral dari ukuran-ukuran normatif, sehingga tergantung pada diri masing-masing (individunya), hendak diniatkan pada peningkatan produktivitas dan kualitas hidupnya ataukah sebaliknya.

Pada intinya kita harus paham karakteristik tiap jejaring social dan bagaimana jaring-jaringnya yang bisa membuat jebakan, agar kita tidak sampai bertindak ceroboh atau sembrono (semau GUE) dalam menggunakannya. Karena bisa saja awalnya tak sengaja (iseng-iseng doang) ternyata berakibat fatal. 

Yang harus kita ingat selalu : al ilmu Qabla Qaul wal amal “ ilmu itu (harus dipahami) sebelum perkataan dan perbuatan”. Daya magis jejaring social dan internet bisa berpengaruh pada akhir nasib seseorang: klik di ujung jari akan mengarah pada jalan surga ataukah neraka?
27
Share

Tidak ada yang bisa lepas dari rasa sakit/sedih. Sehebat apapun orang tersebut, ketika hal dan peristiwa terjadi di luar dugaan kita dan sifatnya tidak/kurang menyenangkan, maka reaksi kita adalah sedih, kecewa (semoga tidak jadi sakit hati ya?) 

Tapi bagaimana menghadapi serta menerima kala rasa (tidak enak) tersebut menghampiri kita? Kita menemukan apa yang kebanyakan orang sadari: Dalam hal rasa sakit secara emosi, kita bisa lari . . . tapi tidak bisa menghindar. How far we run, how deep we hide…we’ll never can reject it.

Kalau mengalami tragedi, kebanyakan orang ( termasuk diriku sendiri ) tidak dengan mudah menerima dan menyambut emosi yang menyakitkan – paling tidak untuk sementara. Sebelum kita bisa “sembuh” kembali, kita harus menghadapi rasa sakit tersebut (suka atau tidak, tidak bisa di tolak neh). Ingin sembuh dengan cepat? Siapkan toleransi yang besar terhadap rasa sakit: jalani proses untuk ikhlas. Karena Ikhlas menerima kenyataan (yang tidak/kurang menyenangkan) adalah proses dan butuh waktu. 

Bahkan buah yang jatuh dari pohon pun butuh proses dan waktu (meski secara teori ada hukum gravitasi). Kalau kita belajar untuk menghadapi, merasakan, dan menerima rasa sakit, maka rasa tersebut akan menjadi semakin kecil, sampai akhirnya menghilang, gone with the wind…believe it or not ! 

Merasakan rasa sakit sama dengan menghadapinya dan artinya kita sedang dalam proses penyembuhan. Semakin kita acuhkan, justru semakin menumpuk. Then suddenly, seperti tsunami yang akan menghempaskan gelombang rasa sakit yang sangat besar. Di saat seperti ini, air mata bisa jadi salah satu hal baik dan perlu!
Kalau sedang menghadapi hal berat, penting sekali untuk tahu ada pilihan duduk dan menghadapi rasa sakit dengan segera. Berusaha menghindari malah akan merasakan sakit yang lebih besar lagi nantinya dan justru menunda tahap penyembuhan.
Dari buku yang berjudul The Buddha and the Terrorist, “Rasa sakit adalah bagian dari kehidupan. Dengan menerima, intensitasnya akan berkurang. Jangan tolak rasa sakit. Penolakan akan rasa sakit malah membuat kita lebih gelisah dan bisa berakibat pada rasa takut. Takut akan rasa sakit lebih buruk dibanding rasa sakit tersebut. This pain will pass.”

Kalau kita menghindari rasa sakit dan sedih, ingatkan diri kalau takut akan rasa sakit lebih buruk dibanding rasa sakit itu sendiri. Saat rasa sakit mulai memasuki pikiran, let it flowing. Jangan lawan airmata untuk menetes, jangan takut disebut cengeng jika kita menangis untuk sesuatu hal yang memang normal kalau menangis. Menangislah karena sebuah peristiwa yang menyesakkan dada sangat jauh berbeda dengan tangisan yang cengeng. Kalau perlu, berikan waktu pada diri untuk bersedih.

Hidup belum berakhir, seperti berbagai tantangan hidup, mengalami dan mengatasi rasa sakit bisa menghadiahkan kedalaman emosi dan perspektif yang tanpa kita sadari sudah tersimpan selama ini dalam diri. Menerima rasa sakit memang menakutkan. Kemungkinan untuk tergoda dengan pengalihan lewat alkohol, pil tidur, atau bahan adiksi lainnya sangat besar. Percayalah pengalihan rasa sakit hanya akan memperparah rasa sakit itu sendiri. Jika kita berada pada situasi yang sulit, mengalami kondisi yang biasa kita sebut “kegagalan” sebenarnya adalah jalan bagi pendewasaan diri kita, tempaan yang akan membuat kita lebih kuat. 

Just remember this too shall pass, nothing last forever, even pain. And happiness is around the corner! 


Dedicated for me and my lovely big family
18
Share

Love is never wanting to lose faith, never wanting to give up, and never truly moving on. Love is knowing and praying in the deepest part of what's left of your heart that they feel the same. Let's think for refresh our mind: Life is too short then Always tell your friends and family you love them, because sometimes you just never know. Start it now and keep smile. Patience with Family is Love; with Others is Respect; with Self is Confidence; and with God is Faith. Sometimes trouble is your best-friend, It makes you grow stronger, pulls God by your side the closes.

Mau keluar juga panas lumayan "memanaskan" kulit. Jadi stay turn di depan netbook. Review FB, check email, blogwalking....Then, I got this idea untuk posting kalimat-kalimat bijaksana atau kala jaman aku SD suka bikin istilah 'kata-kata mutiara" yang lumayan terkumpul di My DAta. Ada benarnya juga kalau kalimat yang mempunyai nilai inspiratif dikatakan kata-kata mutiara, karena memiliki 'value' yang membawa pencerahan (at least for me..). Inilah Sebagian koleksi wise words yang bisa aku sharing:
Don’t be afraid of the space between your dreams and reality. If you can dream it, you can make it so.” – Belva Davis
"To enjoy good health, to bring true happiness to one's family, to bring peace to all, one must first discipline and control one's own mind. If a man can control his mind he can find the way to Enlightenment, and all wisdom and virtue will naturally come to him" - Buddha. 

Komitmen dan disiplin adalah hal pertama yang harus kita jaga untuk mencapai kehidupan 'ideal' yang kita inginkan. :)

Experience is that it is such a honest thing. Tidak hanya berupa rasa sakit dan penyesalan, tapi juga hikmat dan rasa syukur atas segala yg telah terjadi. 

Somewhere along the course of life, you learn about yourself and realize there should never be regrets, only a lifelong appreciation of the choices you've made. (anonymous, dapat dari blogwalking)

"A joyful heart is the inevitable result of a heart burning with love." Mother Teresa

Don't try to solve everything, just do something meaningful. This will be more sustainable - Barrack Obama

All our dreams can come true – if we have the courage to pursue them.” – Walt Disney 











5
Share

Saat paling berbahaya bagi akal/pikiran adalah manakala pemiliknya menganggur dan tidak melakukan apa-apa. Jika suatu saat kita menganggur and nothing to do bisa diibaratkan seperti mobil yang berjalan dengan kecepatan tinggi dengan sopir yang blank pikirannya, akan mudah oleng ke kanan dan kiri or worst: getting eccident !

Pada saat kita menganggur tanpa kegiatan (awas bengong, ayam tetangga bisa mati lohh…hehehe..), maka bisa diprediksi akan dihampiri rasa sedih, feeling blue, gundah gulana, cemas, etc. Karena dalam keadaan kosong (without activity), pikiran akan mulai mengembara ( tanpa di suruh-suruh tuh) dan menerawang kemana-mana: mulai dari mengingat kegelapan masa lalu ( tidak apa-apa kalau hanya mengingat masa-masa belum ada listrik..), menyesali keadaan saat ini yg belum seperti harapan, hingga mencemaskan kekelaman masa depan yang belum tentu kita alami. Dan itu bisa membuat akal pikiran kita tak terkendali dan lepas control (nah lho, hati-hati kalau pikiran kosong tuh bisa membawa energi negative kalau sampai nyasar yang tidak-tidak tentang masa depan !)

So, Do something…make move…create anything…mengerjakan hal-hal meski kita anggap kecil tapi tetap jauh lebih efektif daripada larut dalam kekosongan yang menghanyutkan pada aliran-aliran pikiran tidak productive ( gula larut dalam air masih bisa di pisahkan dengan mudah, nah kalau pikiran dan akal kita terbawa larut dalam gelombang negative perlu banyak energy tuh buat menetralkannya). Singkat kalimatnya, membiarkan diri dalam kekosongan (totally no activity) sama halnya dengan merusak tubuh dengan narkoba (Just stay away from narkoba, never ever think to curious about that thing!)

Waktu kosong itu tak ubahnya dengan siksaan halus ala penjara Cina: meletakkan nara pidana di bawah pipa air yang hanya dapat meneteskan satu tetes air setiap menit selama bertahun-tahun dan dalam masa penantian yang panjang itulah biasanya seorang napi akan menjadi stress dan gila.  Berhenti dari kesibukan itu kelengahan, dan waktu kosong itu adalah pencuri yang culas (sudah pencuri masih culas lagi: parah banget kan?). Adapun akal pikiran kita merupakan mangsa yang empuk yang siap untuk dimangsa dengan ‘nikmat’nya oleh KELENGAHAN dan si PENCURI CULAS tersebut.

Let’s stand up…kerjakan sholat, baca buku, bertasbih, menulis, merapikan kamar, setrika, mencuci baju (kalau tidak baju kotor lagi, buka laundry gratisss saja ya…hehehe), berkebun, beternak (tapi jangan beternak ulat bulu lho ?!). Or At least, berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain alias kerka bakti social untuk mengisi kekosongan. Tikam setiap waktu kosong dengan ‘pedang’ kesibukan. Lihatlah para nelayan, kuli bangunan, petani (Ayahku termasuk salah contohnya neh, suka bilang kalau menganggur/tidak ke sawah malah merasa sakit semua badannya ) yang tetap ceria bersenandung dan mendendangkan lagu-lagu seperti burung-burung di alam bebas. Hidup itu untuk bekerja, bekerja untuk ibadah….jadi tidak ada istilah pensiun dalam artian nganggur selama hayat masih di kandung badan deh.

Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan seramah wujudnya, dan kebaikan sebaik rasanya. OOrang yang pertama kali akan merasakan manfaat dari  semua itu adalah diri kita sendiri (yang melakukannya), akan merasakan “buah”nya seketika itu juga dalam jiwa, akhlak, dan nurani, sehingga bisa selalu lapang dada, tenang, tenteram dan damai.



Dedicated to Myself and everyone who love their life to be live

6
Share
Ketika mengalami kegagalan, seringkali kita (termasuk saya) menyalahkan orang lain dan keadaan lingkungan, mengeluh dan bersembunyi dalam tumpukan alasan dan excusing. Kita berharap simpatik dan pemakluman atas tindakan/situasi kita
We never can turn back to the past, though we tremendously wish it….tapi masih ada hari ini dan esok, masih ada kesempatan to cure what we did “wrong” at the past. 
Masa lalu memang tidak bisa kita ulang, dan benar pula yang lalu biarlah berlalu tapi TAK BERARTI nothing we can do anymore…..Kalau ada yang masih bisa diperjuangkan dan bisa redesign (CLBK, rujuk, ishlah…etc) selama hambatannya tidak bersifat substansial or closed variable, jika sandungannya masih sebuah variable terbuka a,b,c….yang bisa di adjust and achieve, why not we take the chances? 

I prefer to say: there is so many options we can choose for all the things are running out of expectation at the old chapter because we still have chance to create (fixed) it again by redesign, agar menjadi jauh lebih baik di hari ini dan selajutnya.

Karena semua kejadian ada keterkaitannya….kemarin, hari dan esok adalah satu mata rantai hidup yang tak bisa kita cut off secara partial. Diluar konteks Allah penentu segala, maka kitalah sebagai pelaku, penentu hasil, dan actor dari setiap perubahan dan hasil yang kita terima.

Then, let’s talk about love (ngutip judul lagunya Celine Dion neh)… Kalau tidak ada lagi yang bisa diperjuangkan or closed variable, manakala hubungan (asmara) berakhir tak seindah kisah pretty women atau nothing hill, betapapun di kemas dengan penuh nuansa romantis ataupun merupakan hasil kesepakatan bersama untuk memilih jalan hidup sendiri-sendiri bersepakat berakhir (nah apalagi yang tiba-tiba gone with the wind atau replacement saat jalinan masih berlangsung tuh?). 

Basically, tak ada orang yang ingin berada dalam situasi demikian. Sebaik apapun proses PHK (putus hubungan kasih) tentu akan meninggalkan jejak luka, gores kecewa, gurat sedih, feeling blue dst,  terutama buat pihak yang ditinggalkan

So be ready to face it, don’t hesitate to ‘enjoy’ it… 
Gak apa-apa kok untuk menangis atau berteriak. It’s really normal ketika sedang sakit hati dan amat wajar untuk menangis dan mengeluarkan kesedihan dari dalam hati. Saat itu, mungkin merasa sangat buruk, namun saat selesai menangis, semua akan terasa jauh lebih baik. Just try it…

After that, think it deeply. Selalu ada satu alasan terbaik mengapa perpisahan harus terjadi. Yang terpenting adalah jujur pada diri sendiri bahwa hubungan itu memang harus berakhir cepat atau lambat. Merenung juga akan menghindarkan kita dari mengulangi kesalahan yang sama. 

Jangan ingat-ingat lagi hal romantis atau berusaha berpikir ulang tentang keputusan untuk berpisah. Karena akan membuat kehilangan alasan yg sebenarnya mengapa perpisahan harus terjadi. Yang dibutuhkan adalah menerima situasi yang ada dan berusaha untuk melangkah ke masa depan. 

Beberapa point yang bisa di review dan dilakukan agar bisa lebih cepat healing serta MOVE ON antara lain:
  • Walaupun hubungan berakhir dengan baik, namun menciptakan jarak antara dua orang yang baru berpisah sangatlah diperlukan sampai bisa reconnect dalam setting yang really friendship. Bila tak dapat dihindari untuk melakukan kontak dengan mantan, maka lakukan hal ini seminimal mungkin.
  • Menghadapi rasa sakit dengan cara sewajarnya. Selalu ingat bahwa semua orang tak lepas dari kesalahan. Adalah normal untuk melalui tahap ‘denial’ saat bersedih, namun menyadari bahwa diri kita adalah bagian dari perpisahan itu sendiri adalah salah satu proses penyembuhan diri dalam sebuah perpisahan. Lalui tahap kebencian dan kemarahan. Besarnya kemarahan adalah indikator seberapa buruknya efek perpisahan tersebut. Mungkin kita marah pada diri sendiri atau pada mantan yang telah menyia-nyiakan waktuselama ini. Apapun itu, lalui semua itu dengan cepat. Membenamkan diri dalam rasa benci hanyalah membuang-buang energy dan bikin semua aktifitas kacau balau.
  • Menulis perasaan sejujur mungkin bisa membantu melalui semuanya dan tak perlu mencoba mengedit tulisan tersebut ( kan bukan mau di posting di blog tho…). Apapun yang ditulis adalah perasaan kita yang sebenarnya. Kita akan belajar menghadapi kesedihan dan pelajaran hidup yang bisa di ambil. Ingatlah bahwa hubungan yang buruk adalah hal penting yang harus di lalui dalam hidup dan akan menentukan siapa diri kita selanjutnya.
  • Buat daftar mengapa mantan bukanlah orang yang tepat. Jangan dulu memaafkannya saat membuat daftar ini. Bersikap kejam dan jujur sangat penting agar jadi momentum pengingat saat mulai berusaha kembali padanya (be a friend). Menulis daftar sejelas mungkin beserta rincian kejadiannya dan apa yang kita rasakan saat itu. Jika suatu saat berada pada fase merindukan mantan, READ AGAIN THIS LIST !. 
  • Perpisahan adalah awal bab baru dari hidup, jadi dunia belum kiamat kan? Gula masih berasa manis dan kopi meski pahit tetap di sukai banyak orang tuh.. Singkirkan semua hal yang membangkitkan kenangan, ambil kardus dan kemas apa saja yang dapat mengingatkan memori tentang mantan (sadiiiss…MODE ON). Tak perlu membuangnya, namun harus menjauhkannya dari pandangan mata sementara dalam tahap penyembuhan.
  • Temukan kesenangan pada hal lain dalam hidup, spending time bersama orang-orang yang kita sayangi, baca buku yang bagus dan teruslah ingat bahwa hubungan yang end up hanyalah satu bagian dari hidup. Nikmatilah (sementara) saat menjadi single lagi… Olahraga dapat meningkatkan mood dan mengalihkan depresi, juga merupakan cara yang hebat untuk menyibukkan diri dan berhenti memikirkan mantan. Jogging, nge-gym atau bersepeda bersama teman-teman dan bayangkan setiap langkah adalah selangkah maju dalam menghilangkan kesedihan dan kemarahan.
Relakan semuanya, let it belong to the past. Hal inilah yang tersulit dalam menghadapi perpisahan, namun merupakan hal terpenting. Tak ada gunanya bertahan dalam kemarahan, sakit hati atau penyesalan. Di lain hal, kita dapat memberi selamat pada diri sendiri telah mengambil resiko untuk jatuh cinta, namun ingatlah bahwa selalu akan ada lain kali (yang lebih baik tentunya). 
Keep in optimistic and Re-engineering cara berpikir dan sikap kita, maka perasaan akan segera membaik unutk kemudian menyadari bahwa kita telah bebas dan siap untuk menjalani hidupmu di atas kaki sendiri.

~~~ take a breath of fresh air~~~

14
Share
Newer Posts Older Posts Home
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK MENCOBA. ~ Ali Bin Abi Thalib

My photo
Ririe Khayan
Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com
View my complete profile
  • Cara Cepat dan Aman Mematikan Ikan Lele
    Ikan dan Belalang (berdasarkan ajaran agama yang saya anut) termasuk jenis [bangkai] hewan yang halal untuk dimakan. Tapi tidak berarti k...
  • Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ?
    Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ? Bagi orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan atau lokasinya masih berdampingan al...
  • Brand Susu Untuk Kesehatan
    Jika ada pertanyaan: Sehat ataukah sakit yang mahal harganya? Bismillahirrahmaanirrahiim , kalau menurut saya, secara ‘value’ kondisi se...
  • Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online
    Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online . Sebenarnya persyaratan dan alur pembuatan proses secara langsung ( walk i...
  • Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil
    Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil . Jika Anda sedang berusaha punya anak, menunggu kapan Anda resmi ...
  • Lima Cara Mengaktifkan (Kembali) Google Adsense yang Diblokir
    Sebaiknya dikesampingkan dulu bila ada yang beranggapan Akun GA di Banned, tak bisa diaktifkan.  (Ternyata) Google Adsence Bisa Aktif  Kem...
  • Panic attack Ketika Terkena HERPES Zoster
    P anic attack Ketika Terkena HERPES Zoster . Mendengar kata HERPES, bisa jadi sebagian orang langsung tertuju pada nama penyakit yang satu ...
  • Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin
    Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin   .Mungkin kita pernah mendengar peristiwa keracunan sete...
  • Suplemen Madu Untuk Membantu Atasi Anak Yang Susah Makan
    Punya pengalaman menghadapi anak yang susah makan? Ada yang baper karena selera makan putraatau putrinya belum variatif yang berputar seki...
  • Serunya Mudik Naik Kereta Api Probowangi
    Usai long wiken Idhul Adha...jadi ngayal kalau tiap bulan ada long wiken 4 hari gitu pasti indah sekaliiiii...... #Plakkk [digampar klomp...

Blog Archive

  • ▼  2024 (3)
    • ▼  December (1)
      • Manfaat Penting Bermain Untuk Anak-Anak Usia Pra S...
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2022 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2021 (45)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (7)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (6)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2020 (43)
    • ►  December (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2019 (35)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
  • ►  2018 (49)
    • ►  December (5)
    • ►  November (11)
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (51)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (6)
    • ►  February (7)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (73)
    • ►  December (5)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (10)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (12)
  • ►  2015 (118)
    • ►  December (12)
    • ►  November (12)
    • ►  October (11)
    • ►  September (11)
    • ►  August (12)
    • ►  July (8)
    • ►  June (8)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2014 (60)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (6)
    • ►  September (5)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (11)
    • ►  February (10)
    • ►  January (8)
  • ►  2013 (90)
    • ►  December (7)
    • ►  October (5)
    • ►  September (6)
    • ►  August (9)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (13)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (126)
    • ►  December (6)
    • ►  November (5)
    • ►  October (14)
    • ►  September (10)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (11)
    • ►  May (12)
    • ►  April (12)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (10)
  • ►  2011 (69)
    • ►  December (11)
    • ►  November (11)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (9)
    • ►  July (7)
    • ►  June (18)
    • ►  May (5)
Ririe Khayan is an Intellifluence Trusted Blogger

Juara LBI 2016

Juara LBI 2016
facebook twitter youtube linkedin Instagram Tiktok

Labels

Advertorial Aneka Kuliner Article Blog Award Book Review Contact Me Disclosure English Version Fashion Fiksi Financial Gadget Give Away Guest Post Info Sehat Informasi Inspiring Lifestyle Lomba Love Story My Diary My Poems Opini PR PerSahabatan Pernik-Pernik Renungan Review Skincare Technology Traveling True Story UMKM Visit Who Am I? Writing For Us banner parenting




Copyright © 2019 Kidung Kinanthi

installed by StuMon