Kidung Kinanthi

Life is flowing in its story leaving history

  • Home
  • About
  • Sitemaps
  • Article
    • Opini
    • Story of Me
      • My Diary
      • My Poem
      • True Story
      • Love Story
    • Contact
    • Disclosure
  • UMKN Visit
  • News
"Barakallahulaka wabaraka’alayka wajama’a baynakuma fikhairihi. Semoga Allah memberkatimu dan memberkati pernikahan ini serta mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan"
Jika surga memiliki banyak pintu,
maka menikah adalah salah satu pintu untuk memasukinya.
Semoga mencapai sebuah pernikahan yang sakinah dan mawaddah
sehingga selalu mendapat limpahan rahmat dari Allah SWT.
Penuh semangat November rain mengambil cuti, the main reason untuk ‘libur’ sejenak dari rutinitas kerja dengan segala pernik friksi dan polemiknya. Feel free for while, tentu akan membuat fresh hati dan pikiran. Tapi harapan tinggal harapan, ternyata urusan kerjaan tidak bisa benar-benar cut off for while (mestinya planning cutinya going somewhere jadi tak akan ‘tersentuh’ oleh command by phone from my office: nun jauh di luar sana jadinya kan gak mungkin untuk nyuruh ini itu lagi). 

Daripada nglantur curcol tidak jelas, langsung deh kembali pada topic utama. Meski pada akhirnya tidak bisa spending time to go ‘somewhere’, sedikit reschedule agar masa cuti worthful yaitu nge’pas’kan (salah satunya) dengan moment my best friend wedding on 11-11-2011 (minjam judul sebuah film tapi kisahnya totally beda kok), dia juga salah satu teman mbonek waktu ke Bromo.

10 Nopember sepulang kerja (seperti biasa tidak bisa start on time like I wish it), untuk pembukaan masa cuti mulai dengan ke TKP teman yang getting merried. Bukannya dia ngarep.co.id untuk nikah di tanggal keramat, tapi begitulah scenario jodoh. Hubungan yamg berawal 2 tahun lalu sebenarnya sudah lama ingin diresmikan namun tertunda (karena beberapa alasan), dan sekitar sebulan lalu si Pria menyatakan secara bulat tekadnya untuk melamar. Maka dengan responsive temanku (sebut saja namanya Lili) langsung memberikan opsi tanggal pernikahan 11-11-11: Deal or gone. 

Terinspirasi oleh kisah-kisah di novelnya Kang Abik tuh kayaknya but two thumbs up for her great decision. Dalam sebulan prepare untuk menikah sudah sangat cukup, apalagi Pak Lurahnya cooperative dengan meyakinkan pihak KUA (yang listnya sudah penuh) agar meng’ACC permohonan nikah teman saya pada tanggal tersebut. Win-win solution yang di tawarkan penghulu: pilih jadwal pertama jam 6.00 atau terakhir jam 21.00. The final answer is, 11-11-11 at 06.00 am.

Dan yang (masih) mengherankan, tiap perlu perjalanan yang cepat hasilnya malah jadi lambat jaya out of prediction, 12 jam untuk jarak Banyuwangi-Gresik. Never mind, tetap bersyukur karena bisa sampai dengan selamat dan yang penting the precious moment ‘akad nikah’ belum dimulai. Suasana dirumahnya memang terlihat sedang ada special moment, tapi sederhana “ Yang penting kan memenuhi syarat dan rukun sahnya menikah secara hukum (agama dan Negara) ” demikan cetus Lili saat memberitahu kalau akan menikah sebulan lagi. 

Yah, dia mengambil keputusan tidak hanya karena dia anak tertua bagi ketiga adiknya tapi juga hasil proses bermetamorfosa yang luar biasa menjadi orang tua semenjak kedua orangtuanya meninggal sekitar 10 tahun lalu. 

Kilas balik singkat tentang Lili, Sosok yang sebelumnya hidup dengan kondisi serba beres dan tercukupi, namun kisah hidupnya kemudian 180 derajat berubah ketika pertengahan kuliah tiba-tiba Ibunya meninggal karena serangan jantung dan 100 hari kemudian ayahnya pun dipanggil yang Maha Kuasa. Situasi yang absolutely hard and complicated : di saat kuliah belum selesai, dia harus ‘menyulap’ dirinya jadi orang tua bagi ketiga adiknya (yang bungsu saat itu masih usia sekitar 3tahun). Lili bilang “ Inilah resikonya jika Ayah dan Ibuku cintanya sehidup semati..” 

Seperti yang aku yakini bahwa pada dasarnya setiap orang terlahir dengan dilengkapi kemampuan beradaptasi untuk survive dan Lili telah membuktikannya. Bisa di bilang Lili memang strong and fightful, bahkan dia tidak pernah menitikan air mata di depan orang lain. 

“My personal problem butuh penyelesaian, aku tak bisa share hal yang sifatnya personal dengan nulis di wall FB atau lainnya "Aneh saja rasanya, kok kesannya aku orang yang paling menderita di dunia” ujarnya sambil tertawa dengan khas “ Kalau aku ingin curhat dengan orang lain, kan sudah ada kamu…it’s enough, kan tidak perlu semua orang harus tahu my personal case ? “. 

Untuk pencarian sang belahan hati, aneka ragam model kegagalan cinta dia alami. “ Kalau alasannya sesuatu yang hakiki, substantial atau soal prinsip masih sedikit lebih mudah untuk healing karena case’nya sudah berada di luar kemampuan kita. Jika aku tidak ingat bahwa hidup sudah ada yang Maha Mengatur dan ANDAI putus asa itu diperbolehkan, Kadang aku ingin berhenti dengan pencarian jodoh ini, kadang aku merasa lelah dan jenuh dengan semua kegagalan hubungan yang berulang kali kuhadapi”. 

Aku sangat paham maksud kalimat Lili, karena sekian kali hubungannya dengan seseorang ‘gagal’ oleh sebab yang semestinya masih bisa di adjust JIKA keduanya sama-sama pada mind frame yang sama. Tapi itulah mungkin yang disebut proses jodoh, sebiasa atau sekecil apapun bisa jadi excusing untuk break up jika memang belum berjodoh. Hingga kemudian pencarian itu bertemu pada sosok yang siap mengikrarkan Ijab padanya. Adiknya yang bungsu sempat menunjukkan reaksi jelous dan rasa takut dikesampingkan jika Lili menikah (bagi adik-adiknya, Lili adalah Bunda mereka dan demikian pula mereka memanggil Lili sehari-hari). 

Kembali pada cerita jelang akad nikah. Aku sangat bersyukur, Allah SWT mengijinkan saya bisa hadir di saat paling penting dalam kehidupan my best friend, meski ini bisa dibilang menghadiri pesta pernikahan yang mbonek karena baru selesai sholat shubuh Pak penghulu sudah datang padahal saya baru bersiap mau mandi? Wah ini sih tidak hanya on time, tapi super rajin tim akad nikahnya. 

Ya sudah, dengan berbekal hasil wudhlu ( belum sempat mandi dan gosok gigi…sssttt ini rahasaia ya) aku langsung bergegas untuk ganti baju dan sedikit make over ala kadarnya. Karena memang hanya acara akad nikah, jadi tak ada tenda biru dan pelaminan, dengan di hadiri oleh keluarga dekat, beberapa tetangga dan ketiga adiknya, prosesi akad nikah dengan wali adik kandungnya Alhamdulillah berjalan lancar. 

Suasana yang mengharu biru masih berlanjut ketika para tamu yang datang silih berganti seharian. “ Sebenarnya skenarioku ya hanya akad nikah kemudian selamatan/kenduri pada malam harinya…Nanti biar adhikku kalau ingin menggelar acara resepsi” ungkapnya ketika melihatku terheran-heran melihat banyaknya tamu yang datang. Padahal kalau dia mau ‘sedikit’ egois bisa juga menyelenggarakan acara resepsi, batinku. 

Kabar tentang pernikahan Lili toh tetap menyebar secara estafet, sehingga semua tetangga dan orang-oranng yang kenal dengan Lili dan Ortunya pun datang ke rumah meski tidak di undang. Disaat persiapan acara kenduri masih berlangsung namun tamu mengalir tiada henti. Dan semua ‘kesibukan’ porosnya tetap pada Lili meskipun sudah ada yang di daulat untuk menghandle segala urusan dapur dan tamu toh tetap saja urusan dapur, menu, tamu, de el el..semuanya kembali pada Lili. 

Sempat kukatakan pada Lili “ meski konsep acara sederhana tapi kalau seperti ini, rasanya kalau aku jadi dirimu bisa stress deh. Di hari pernikahan tetap saja harus take over everything”. Lili tersenyum dan menjawab “ beginilah kalau pengantin lincah, hehehe…”. 

Dan para tamu (yang umumnya ibu-ibu) sudah paham jika yang punya hajat masih ‘arek’. Mungkin lelah dan capek bisa dia abaikan, namun tidak untuk rasa haru manakala kenalan-kenalan ortunya menyalami dan memeluknya serta mendokannya. I knew, she miss her parents….If her parents was there at the glorious moment’s daughter…Sempat beberapa kali kulihat matanya berkaca-kaca dan suaranya menjadi serak (hendak menangis), namun semua itu tak dibiarkan mengalir, dalam waktu beberapa detik dia mampu tersenyum ramah menyambut ucapan dan peluk doa dari para tamu. 

Aku yang hadir dan berada dalam lingkaran suasana itu (Lili memintaku menginap sekalian menunggu kedatangan teman dari Jakarta yang mengkhususkan untuk datang keesokannya), sesekali pula jadi ikut ‘melow’ tapi sekaligus kagum akan ketegaran Lili. 

Penguatan karakter diri dan sikapnya adalah bukti bahwa Hidup belum berakhir ketika kenyataan memaksanya harus perform jadi orang tua di usia yang sangat belia, mengalami dan mengatasi rasa sakit dan keadaan sulit bisa menghadiahkan kedalaman emosi dan perspektif yang tanpa kita sadari sudah tersimpan selama ini dalam diri. Menerima rasa sakit memang menakutkan. 
Jika kita berada pada situasi yang sulit, sebenarnya adalah jalan bagi pendewasaan diri kita, tempaan yang akan membuat kita lebih kuat. Just remember this too shall pass, nothing last forever, even pain. And happiness is around the corner!

“Bismillah. Saat berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Hud: 41)


*** Specially posting for My best friend ***


Note: Ucapannya pinjam dari teman ( Dokumentasinya raib dari postingan ini, 9 Juni 2020)
44
Share
Hampir dua minggu (bisa dibilang) 'vacuum' dari ritme blogging, mencoba Re-post lagi entry lama. Hanya sedikit editing saja (first post: untuk ikutan lomba di blogging). 

Kembali tentang tema makan memakan, Salah satu kuliner yang menurut saya khas dan unik banget sehingga layak masuk dalam Kuliner Nusantara yang menggugah selera dan cita rasa yaitu Rujak Soto. Sebagai warga pendatang atau istilah kerennya ekspatriat (lebay yaa...), tentu tertarik untuk mengenal dan mengunjungi tempat-tempat wisatanya, termasuk wisata kulinernya juga. Banyuwangi yang dikenal dengan sebutan Bumi Blambangan memiliki beberapa makanan khas yang tidak kalah bersaing dengan daerah lain. Ada sego cawuk, sego tempong, rujak soto, pecel rawon, dan masih banyak lagi. Dan yang membuatku penasaran adalah Rujak Soto. Pertama dengar namanya, sudah memberikan kesan yang sangat unik karena makanan tersebut disajikan dalam satu kesatuan. 


Kuliner menu unik di Banyuwangi
Rujak Soto siap di santap 
Kalau melihat sekilas saat disajikan bisa jadi kurang mengudang selera, namun begitu disantap.. rasanya alamaak mantab abiss .....makanya ada pepatah: Don’t judge the book by the cover.  Rujak Soto adalah kombinasi rujak dengan soto daging atau jerohan. Di sinilah yang memberikan cita rasa uniknya, rujak  petis dicampur dengan kuah soto. Dijamin deh rasanya jadi khas banget, jadi tidak heran rujak soto merupakan salah satu trade mark kuliner Banyuwangi. Bagi para pecinta Legenda Kuliner Nusantara yang tertarik untuk mencobanya sendiri di rumah untuk disajikan buat keluarga tercinta, berikut ini bahan dan cara membuat rujak soto:

Bahan – Bahan yang dibutuhkan:
  • Tahu putih di goreng,  potong-potong
  • Tempe di goreng, potong-potong
  • Kangkung (untuk jenis sayurannya bisa juga ditambah Kancang panjang, genjer, taoge),  potong-potong, rebus
  • Cingur sapi direbus, potong-potong
  • Mentimun segar, potong-potong
  • Lontong (potong-potong) atau juga bisa di ganti dengan nasi putih. 
Bumbu Rujak (dihaluskan):cabai merah, cabai rawit,  pisang kluthuk ( potong-potong dulu saat akan dihaluskan), kacang tanah (goreng), gula merah, garam, petis, air asam jawa  atau asam kawak (an).

Bahan Untuk Kuah Soto:

  • babat rebus, usus sapi, tetelan sapi (rebus dan dipotong-potong) atau daging sapi (rebus dan di potong-potong)
  • serai dimemarkan
  • Daun jeruk, potong-potong
  • Garam
  • gula pasir
  • daun bawang, potong-potong
  • minyak untuk menumis
  • Bumbu soto yang dihaluskan: bawang merah, bawang putih, kunyit bakar, kemiri sangrai, jahe, lada, ketumbar.
Cara membuat Rujak Soto :
  • Buat kuah soto: rebus tetelan sampai lunak, angkat.
  • Tumis bumbu halus, serai, dan daun jeruk sampai matang. Tuang ke dalam kaldu. Tambahkan babat, usus, dan tetelan. Rebus sampai matang, bumbui gula dan garam, taburi irisan daun bawang.
  • Aduk bumbu rujak, tambahkan tahu, tempe, kangkung, taoge, cingur, mentimun. Aduk rata.
  • Sajikan nasi panas atau lontong, tambahkan bumbu rujak, siram dengan kuah soto.
  • Beri bawang goreng  dan kecap secukupnya dan nikmati dengan tambahan kerupuk renyah.      
Tidak terlalu sulit kan cara meraciknya , sama seperti membuat rujak petis dimana semua bumbu rujak diuleg hingga halus  kemudian ditambah sayur-mayur dan irisan lontong selanjutnya di masukkan ke mangkok dan di siram dengan kuah soto (babat, jeroan atau daging)  dalam keadaan hangat. Untuk lebih lengkap jadi sajian yang lebih bergizi bisa di tambah irisan telur asin, semakin mantap citarasa rujak soto ini dengan kecap bango. Untuk harga jual rata-rata rujak soto di Banyuwangi sangatlah ramah dengan kantong, untuk rujak soto yang jeroan (babat, usus) berkisar lima sampai enam ribu Rupiah. Sedangkan yang rujak soto daging sekitar Rp. 8.000,-  
Kuliner Khas Banyuwangi
Salah satu warung rujak soto favorit saya (dekat kantor dan mantap)
Kalau kebetulan melintas di Banyuwangi jangan lupa nikmati rujak soto, sangat mudah untuk menemukannya dari warung-warung di pinggir jalan sampai Restoran bahkan menu hotelpun telah menjadikan rujak soto sebagai menu utama.Belum ke Banyuwangi kalau belum menikmati rujak soto, salah satu kuliner yang layak dimasukkan dalam kuliner nusantara.....at least, menurutku demikian dan semoga demikian adanya



46
Share
Event Giveaway, sebenarnya selalu menarik untuk diikuti. Apalagi untuk Blogger seperti saya yang masih *tiarap* karena belum teratur membuat new entry.  The point of giveaway bisa untuk “mengasah” pena, berinteraksi dengan sesama Blogger, motivasi untuk “ ayo-ayo buruan bikin postingan…!” dll. Kalau menang ya itu surprise dan bonus, jika gak dapat hadiahnya toh sudah bisa menambah postingan biar Blog’nya gak hibernasi seperti kisah para pemuda Al Kahfi yang mengalami ‘hibernasi’ sekitar 309 tahun (hitungan tahun Hijriyah). Lhoh…kok malah nyambungnya ke hibernasi ya, ssstt…jangan ngedumel dulu arugdjfkblevltkskznowp, maksudnya mau menuju pada sang punya hajat GA yaitu “ Give Away Al Kahfi Man and the moon “


Daripada kembali pada laptop muter-muter (curhat) kenapa ikutan GA nanti malah keluar dari term&condition yang dipersyaratkan sehingga berakibat dibumihanguskan (Hedeww…. kebawa suasana Nopember sampai pakai istilah perang 10 Nopember  deh)  posting yang saya ikutkan GAnya mas  Al Kahfi ini, maka dengan mengucap Bismillahirrohim, mulai menuliskan pada nucleus tema yang telah ditentukan.

Point Paragrap pertama harus menceritakan sosok Mas Al Kahfi, menceritakan yang bagaimana ya? Padahal (salah satu kekurangan) saya sering kesulitan untuk membuat deskripsi secara definitive terhadap seseorang. Tapi baiklah, sebelumnya minta maaf pada hadirin dan hadhirat peserta yang sudah posting duluan jika isi al kisah saya tentang penghuni man and the moon ini banyak kesamaannya.. (Lhah orangnya yang diceritakan sama sey…hehehe). Menurut saya Mas Al Kahfi itu:
  1. Orangnya baik hati (bikin GA hadiahnya pilih sendiri tank, pesawat tempur, kapal keruk judul novelnya)
  2. Gak tegaan (lihat saja kesabaranku tertipu) dan orang gak tegaan biasanya otomatis sabar serta penyayang (analogi saya bahwa orang yang punya sifat gak tegaan, semoga tidak meleset ya Mas?).
  3. Jeli (tuh postingannya tentang pengetahuan umum kan isinya hal-hal yang sering ‘luput’ dari perhatian kita)
  4. Teliti (harus itu karena dunia Forex yang ditekuninya dan arsitek butuh ketelitian tingkat tinggi untuk menggambar/bikin sketsa)
  5. Saya yakin dia juga hobi melukis (kan arsitek kerjaannya bikin gambar, hehehee..)
  6. Suka menulis (pastinya dong, kalau gak suka menulis gak bakalan dia bikin blog yang demikian impresive content’nya kan?)
  7. Apalagi ya *mikir MODE ON*, Peka (bukan sensitive lho?) sehingga identik dengan romantic (menurut saya peka ~ romantic).
Cukup sekian saja untuk Point pertamanya, kalau diterusin bisa sampe DL event ini gak kelar bikin tulisannya nanti. Kalau ada yang kurang sependapat, silahkan angkat kaki tangan ya…hehehehee…

Lanjut pada second point: mereview salah satu posting yang ada di blog man and the moon (sempat kepikiran mau ta kopyok kayak arisan tuh, abis semuanya  menarik untuk di review).  Kalau direview secara menyeluruh, semua postingan yang ada memiliki point interestnya masing-masing, ada setting dan background yang melatarbelakangi sehingga mas Kahfi bisa menarasikannya dengan penuh hikmat dan diksi yang mengalir khas man and the moon. JIka menyimak pada postingan awal-awal, secara umum memang dominasi seputar curhat beliau (tentang apapun dan bagaimanpun memang sepenuhnya hak Mas Kahfi). 

Saya melihatnya (mungkin) pada saat itu, pada situasi hidup yang dijalaninya..itulah dispersi yang terbaik (kala itu) untuk menggores kata pada entry blognya. But everything is changing… warna awal blognya, apapun istilahnya ( dulu saya suka protes dengan istilah mellow yang kemudian di jawab dengan lugas oleh mas kahfi : “Ok dech kalau begitu cemen/cengeng akan saya tendang jauh2 dari hidupku…” Al kahfi lagi badmood) adalah awal/start dari proses penguatan karakter (blog) yang kemudian mengalir dengan ritmenya mengantar sampai pada fase metamorfosa kepompong jadi kupu-kupu hingga menemukan pada ‘identitas’ blog yang sekarang semakin kaya warna, inspiratif dan impressive.

Beberapa tanda-tanda mulai terjadinya metamorfosa bisa dilihat pada Dream of shadows:
“…..Hidup kan tidak sekedar mencari kesenangan. Gak cuman untuk urusan makan. Gak cuman urusan cinta-cintaan. Hidup itu juga bukan masalah pengorbanan. Hidup ya hidup… jalani sajalah. Yang namanya cita-cita, obsesi, mimpi, passion, prestasi, kemuliaan, harga diri, kebanggaan… adalah tipuan. Semuanya bikin pusing kepala. saya punya target.. punya batasan…”

Kemudian bisa juga di simak pada Hanya curahan hati :
Setiap orang pasti punya asa tersendiri di setiap kehidupannya. Apapun itu, semoga hidup kita semakin bermakna, semakin positif, semakin mengedepankan hati nurani, dan tetap dapat memberi yang terbaik dalam hidup. aku harus sadari benar bahwa kebermaknaan hidup bukan semata-mata ada dalam diri , melainkan ada pada orang-orang di sekitar

Fatamorgana oh fatamorgana yang mulai membangkitkan diri untuk menjejak  dengan penuh  keyakinan:
Mencoba untuk tdk mendramatisir pikiran dari otak. Yg bisa berakibat persoalan jadi tampak gawat, darurat, dan merasa tdk ada harapan.tidak ingin  membuat raga terpuruk dan menjadi hina, bila kita putus asa menghadapinya. karena Putus asa lahir dari lemahnya ilmu dan keyakinan pada sang pencipta

Kalau dibahas per entry bisa-bisa postingan ini mendapat kategori bertele-tele terpanjang sehingga bikin Mas Kahfi bingung nyediain hadiah kategori baru lagi ( hahahhaa…maunya ngarep.com). Maka setelah melalui perenungan panjang bertapa dan semedi, pilihan entry favorite saya adalah Hujan sampaikan salamku padanya, ”… sosok aku kecil berlari bersama teman-teman kecilku dalam hujan, kita masih amatlah muda, berlari dalam balutan tanah lumpur mengejar perginya air hujan…“. 

Pada kenyataannya saya suka lagu November Rain  melihat hujan, mendengar suara hujan, mencium harum aroma tanah kala hujan dan kadang masih suka hujan-hujanan (kalau terpaksa sudah dalam perjalanan).
Potongan-potongan akan kenangan hujan saat kecil sampai sekarang pun ketika duduk di beranda rumah (kala mudik) jika turun hujan, ibu masih suka mengenang saat-saat kehujanan di sawah bersama anak-anaknya, atau saat dimana ayah saya menyusul ke Surau dengan membawakan daun pisang untuk melindungi kami dari basah kuyup tempias hujan sambil berjalan dalam gelapnya malam (waktu itu belum ada listrik).
Atau keheranan tetanggaku yang disampaikan ke ibu tiap kali melihat saya pulang sekolah saat turun hujan namun tetap berjalan dengan tenang meski hujan mulai menderas. 

Juga sepotong kenangan saat ku tatap butiran-butiran hujan menetes di permukaan sungai pada suatu hari menjelang sore…


Nuansa hujan memang magis, membawa kita pada kenangan-kenangan (bahkan kisah yang tidak ingin di kenang pun kadang muncul di permukaan ingatan kita). Saat sendiri suasana hujan memang sangat mendukung untuk (tanpa di sadari) menghitung kegagalan dan jatuh bangun yang kita bukukan dalam masa silam. 

Hujan, selain menawarkan suasana yang syahdu mengharu masih ada keajaibannya yang jauh menakjubkan jika kita mau meresapi dengan nurani, getarnya mampu membangkitkan inspirasi dan hasrat jiwa untuk menemukan pelangi saat hujan menepi. Karena saat hujan bisa m’inspirasi untuk proses kreatifitas diri sehingga bisa productive dalam berkarya dan bersinergis dengan  variable-variable kehidupan yang kita jalani.

Dari luar jendela, suara rintik hujan mengalun renyai
Menyiram  pucuk-pucuk dedaunan dalam kasih mesra
Tiap episode hujan yang menyapa
Iramanya bagai syair cinta sang pujangga
Tiap butirnya menghadirkan terawang
Ada nada kenangan mengalun
Ada kisah yang terhapus
Ada urai harap menghias
Pada sungai kehidupan yang masih terus mengalir

Bukankah saat hujan turun adalah salah satu waktu yang di anjurkan untuk berdo’a karena pada saat itu sedang turun Rahmat Allah SWT khususnya curahan hujan? 
Semoga kita tidak larut dalam melodi nestapa dan nelangsa saat hujan turun, karena bisa jadi itu akan jadi do’a (yang dikabulkan).
Hujan itu menyejukkan hati, menumbuhkan asa, menyuburkan semangat, mendamaikan gundah….
Hujan Sampaikan harap (doa) ku padaNYA......



Entry ini diikutsertakan dalam
Give Away man and the moon by Al kahfi


Notes:
Sejujurnya saya tidak berani menyebut tulisan ini sebagai “ Review ” karena saya sangat tahu jika belum cukup mampu untuk memberikan review secara obyektif dan comprehensive. Tulisan ini sebagai bentuk apresiasi pada Mas Al kahfi yang sudah berproses dalam kebermaknaan hidup dengan segala lika-liku serta pahit getirnya.  Semoga dengan man and the moon  semakin memancarkan Enlightmentnya pada garis edar Sang Purnama akhir Zaman……

62
Share
Tik, tak,tik,tak…suara gerak jarum jam di dinding yang sedemikian teratur. Dari luar kudengar sama-samar suara jengkerik mulai meramaikan malam yang menghampar seolah hendak turut meramaikan malam takbir menyambut Idhul Adha. 

Iya, Bismillahirrahmaanirrahiimjelas kudengar di pejuru angkasa malam ini Gema Takbir, Tahmid, Tasbih dan Tahlil bergema mengagungkan Sang Ilahi, membawa kita untuk men’tadabur kembali akan perjuangan menuju ketulusan dan keikhlasan seorang ayah (Nabi Ibrahim) untuk mengorbankan mutiara hati yang sangat di cintainya (Nabi Ismail) demi memenuhi perintah Allah SWT. Figur seorang Ibu Siti Hajar serta sosok anak yang mampu memenangan perjuangan sehingga mengalahkan (emosi) dirinya sendiri , semata membuktikan jika cinta pada Sang Khaliq harus di atas segalanya. Subhanallah… 

Tik, tak,tik,tak…suara gerak jarum jam di dinding kamarku masih bergerak dengan teratur dan gema takbir masih nyaring ku dengar dari segala penjuru, bersahutan dan berkesinambungan.

Dan inilah moment lebaran (Idhul Adha) pertama yang aku alami jauh dari keluarga. Baik Idhul Fitri maupun Idhul Adha, aku selalu berusaha untuk mudik, merayakan lebaran bersama orang tuaku. Tapi kali ini aku harus menunda jadwal mudik, dan meresapi gema takbir yang berbalut kerinduan pada kedua orang tuaku, pada kampung halamanku, pada suasana di rumah setiap kali jelang lebaran, juga pada pagi hari jelang berangkat sholat Ied.

Gema Takbir Kumandang Kerinduan

Biasanya Ibuku yang pertama bangun (sampai sekarang Ibuku yang selalu bangun paling awal sebelum jam 3 dini hari), kemudian dengan sabar membangunkan seisi rumah, dan kalimat yang masih sama setiap kali ada ya susah di bangunkan, Ibuku akan berkata: sudah mengalami tidur sejak kecil kok gak ada kenyangnya, sudah berapa tahun waktu tidurmu kalau di jumlahkan…? Tentu saja dalam bahasa dan dialek Jawa’nya. Kalimat yang sederhana namun sangat benar juga, sudah berapa (tahun) banyaknya waktu yang aku habiskan untuk tidur mulai aku lahir sampai detik ini?.

Aku memang bukan satu-satunya yang berada pada situasi jauh dari keluarga saat-saat istimewa begini. Di luar sana masih banyak orang-orang lain yang situasinya lebih sulit dan complicated dariku dimana tidak selalu bisa menikmati moment lebaran bersama keluarga dan orang tuanya karena berbagai sebab dan alasan yang tak mungkin di lewati.

Gema Takbir kali ini memang kumandang kerinduanku akan moment yang biasa aku lewati di rumah. Tulisan ini kubuat agar lebih bisa memaknai dan mensyukuri bahwa aku masih sangat beruntung karena masih bisa menikmati kebersamaan dan hangatnya kehadiran orang tuaku. Jika kali ini aku menyimak gema takbir jauh dari kampung halamanku semoga menjadi pengkayaan bathinku, dan aku yakin sejauh apapun ruang dan jarak…akan selalu aku rasakan kehadiran orang tuaku di dekatku. 

Seperti Nabi Ibrahim dan Ibu Siti Hajar yang mencintai sang Buah hati (Nabi Ismail), maka demikian pula fitrah cinta kasih para orang tua (pada proporsi dan batas maksimal manusiawinya) pada anak-anaknya yang tak akan pernah kenal istilah pamrih dan perhitungan angka numeric apapun.

Dimanapun aku berada……
Kata-kata bijakmu memberi warna langkahku
Hangat pelukmu mengokohkan berdiriku
dalam menapak jalan hidup penuh liku
Semua itu tak akan pudar
Walau detik waktu berdetak menambah bilangan usiaku

Selamat merayakan Idhul Adha bagi semua umat Islam, semoga kita termasuk orang-orang yang bisa memaknai hakekat berkurban dengan komitment yang lebih tulus dan ikhlas serta konsisten…










39
Share
Wisata Gunung Bromo yang Eksotis Yang Menawarkan Petualangan Serasa Bukan di Bumi, sepertinya saya memang harus mengakui kalimat afirmatif ini. Pertama kali ngetrip ke Gunung Bromo semasa kuliah, perjalanan pertama ke naik gunung yang tanpa persiapan. 

Bahkan sejak awal berangkat, setiap kisahnya sudah menyuguhkan kenangan manis tak terlupakan. Apalagi ketika beneran bisa sampai ke Bromo dengan selamat dan Alhamdulillah semakin bersemangat begitu melihat hamparan keindahan yang membentang di kawasan wisata Gunung Bromo. 

Blogwalking, mampir sana-sini….kemudian pada sebuah shoutmix (lupa kala itu dari shoutmix blog sapa ya….hayoo ngaku punya sapa..* LHOH?*) klik pada ID tamu Una….landing sukses pada posting My first GiveAway:Pengalaman pertama, pengalaman pertama apa saja boleh. yang terlintas pertama kali: follower saja dulu (habis ide spontanitasnya belum muncul mau ikut Giveaway cerita tentang apaan ya…).

Setelah beberapa hari mengobrak-abrik isi memory otak….tarrraa…terpilihlah Pengalaman pertama: berpetualang ke Gunung Bromo One night stand. Tapi firstly, sebelum menimbulkan definisi sayap kiri (negative) tentang frasa “One night stand” maka kuperjelas dulu batasan dan definisinya ( cieee…sok nulis karya ilmiah deh, xixixixiiii….). Maksud frase tersebut adalah aku dan teman-teman begadang semalaman. So, yukk kembali pada my first story.

Sebenarnya peristiwanya sudah luuuaamaa (saking lamanya neh) banget, saat masih kuliah. Kupilih kisah tersebut karena banyak pengalaman yang serba pertama dalam petualangan Bonek ke Bromo, jadi menurutku ceritanya lebih menarik ketimbang cerita cinta pertama(ku)….hehehe *kumat lebay-nya*. Ceritanya berawal dari idenya Susan, waktu hari teakhir UAS. Begitu keluar dari ruangan, karena shock ternyata soal Perencanaan Alat menyimpang jauh dari prediksi “ biar gak stress, main ke Bromo yukk…” ucap Susan dengan spontan. Yang langsung di sepakati oleh Lilik, Faida, Surya dan Muji. Sedangkan aku mikir MODE ON karena sadar diri sedang krisis total. Tapi tak berapa lama aku juga tunjuk jari untuk ikut setelah Lilik bersedia memberikan dana talangan (lunak= baru aku bayar jika honor aku ngajar privat cair….sstt, rahasia neh)

khirnya di sepakati (singkat cerita neh untuk proses preambule’nya…), kami berangkat ber-8, ada teman cowok yang bersedia untuk jadi bodyguard ( namanya Rifai tapi akrab di panggil Pa’I, kagak tega dia melihat kami berlima cewek semua ke Bromo). Tak lupa Pa’i juga mengajak 2 teman cowok lagi dari teman kuliahnya di kampus satunya (Pa’I ambil double degree ~ 2jurusan berbeda dari 2kampus yg berbeda juga). Skenarionya: Rental mobil dan drivernya gantian biar ongkos sewanya lebih murah. Pokoknya paket hemat sehemat-hematnya deh, itu isi perjanjian kami. Bondo nekad tapi slamet….

Kami berangkat jam sekitar jam 9 malam dari Surabaya, sampai di Gempol Susan nylethuk “ perlengkapan mobilnya sudah di check waktu ambil dari rental tadi?”. Hemmm, baru kali ini aku tahu kalau bawa mobil harus dipersiapkan detail perlengkapannya gitu…(hehehe…ndeso ya aku?). Langsung deh menepi dari jalur Tol untuk melihat perlengkapan emergency mobil: dongkrak, ban cadangan dll. Hasilnya NIHIL…. ! “ Lanjut apa balik Surabaya nih?”. Tanpa ada keraguan kami pun sepakat : Bismillah lanjuuttt….

Sepanjang perjalanan kami tetap berusaha riang gembira, nyanyi-nyanyi sekenanya atau cerita-cerita yang lucu-lucu. Nyanyian akan berubah jadi rangkaian dzikir tiap kali menempuh rute yang kanan – kirinya jurang atau jalan yang sempit dan harus berpapasan dengan mobil dari arah depan. 

Sampai di tempat tujuan sekitar tengah malam, udara dingin bukan kepalang. Kami semua begadang di parkir bersama para rombongan lain yang juga begadang. Syukurlah ternyata banyak juga yang style backpacker. Jadi tetap seru meski harus menahan kantuk dan dingin menunggu waktu untuk naik ke Bromo. Tapi lumayanlah ada yang menyalakan api unggun, jadi masih bisa menghangatkan diri sambil ngobrol dengan style sok kenal dan sok akrab dengan orang-orang di sekitaran api unggun…Sepanjang malam tidak tidur, berada di alam terbuka bersama orang-orang yang tidak di kenal: First moment neh, bathinku

Sekitar jam 2 dini hari semua orang yang ada di parkir mobil sudah heboh untuk berangkat. Hampir semuanya jalan kaki karena kondisi mobilnya tidak memungkinkan untuk menempuh medan yang off road. Tapi bagi yang memang niat berwisata tentu akan pakai jip hardtop atau naik kuda. Tapi bagi para backpacker dan yang sengaja ingin berpetualang di alam akan memilih jalan kaki. 

Begitu pula dengan rombonganku yang modal nekad full. Gimana tidak nekad, wong ternyata di antara kami gak ada yg bawa senter untuk penerangan dalam menempuh rute ke Bromo (sehingga kami jadi follower rombongan yang di depan). Rute yang harus dilewati adalah lautan pasir yang luasnya mencapai 10 km², area gersang yang dipenuhi pasir dan hanya ditumbuhi sedikit rumput-rumputan yang mengering dengan tiupan angin yang membuat pasir berterbangan dan dapat menyulitkan kita bernafas. ! 
Sesuatu yang baru juga bagi kami menempuh medan yang terjal dan curam serta lumayan jauh jaraknya dengan berjalan kaki pakai sandal jepit lagi, sudah bisa di duga yang cewek selalu ada yang (gantian) minta berhenti karena kelelahan. “Eh, kalau kelamaan berhenti nanti kita bisa salah arah lho..tuh yang bawa lampu udah mau hilang cahayanya…..” kalimat ini yang jadi andalan Pa’i dan 2 temannya untuk membuat kami yang cewek ini bergegas bangkit untuk meneruskan perjalanan. “ Masih kurang berapa lama neh…?” tanyaku pada salah satu teman Pa'i (sebelum berangkat pa'i meyakinkan jika salah satu temannya sudah pernah ke Bromo). 

Jawaban yang sangat meyakinkan pun kudapatkan “ Lihat nyala lampu di sana kan...”. kemudian baru ku tahu jika jawaban tersebut itu hanya penenang saja karena begitu nyala lampu yang dia maksud terdekati ternyata lampu ternyata tempatnya penjual makanan atau minuman hangat dan perjalanan pun masih berlanjut dengan melewati lampu penjual-penjual berikutnya. magic juga jawabannya karena serasa punya tenaga baru, hehehe.. Setelah perjuangan panjang dan melelahkan serta entah berapa kali berhenti untuk ambil nafas…Alhamdulillah kami sampai juga di Bromo. 

Tapi tunggu dulu, kami masih harus menaiki tangga yang jumlahnya mencapai 250 anak tangga untuk sampai ke puncak Gunung Bromo. Ibaratnya perjalanan tinggal “selangkah” untuk bisa sampai puncak Bromo, kami pun berjuang untuk bisa sampai ke atas.

Sesampainya di puncak Bromo yang tingginya 2.392 m dari permukaan laut, betapa banyaknya orang yang sudah berjajar dan ramainya sudah mirip di pasar, sambil menunggu sun rise, kami gantian sholat shubuh pertama di atas gunung. Rasanya benar-benar luar biasa syahdu dan membuat diri benar-benar merasa makhluk yang kecil (jadi down to earth gitu deh). Dalam suasana masih gelap, Pa’i menyalakan korek mau melihat skala thermometer yang di bawanya. Kami semua ketawa, gak nyangka kalau Pa’i malah lebih ingat bawa thermometer ketimbang lampu penerang. Hahahahaaaa…

Bahkan kami tetap merasa excited meskipun pada akhirnya sun rise malu-malu di balik awan karena cuaca yang tidak mendukung (langit berawan kala itu). 

Dan kami juga tetap bisa tertawa manakala temannya Pa'i bikin pengakuan kalau sebenarnya dia juga belum pernah sampai naik ke Bromo. Nah Lhoh???. Kemudian kami baru tahu juga (hasil dari perbincangan dengan sesama pengunjung yang ada di Bromo) kalau view yang bagus untuk melihat sun rise dengan keindahannya yang memiliki sensasi tersendiri adalah dari Penanjakan, dimana  Kita akan merasa berada di atas awan dengan melihat kabut di bawah menari-nari diatas Gunung Bromo serta Puncak Semeru juga kelihatan dari kejauhan membelakangi Bromo. 

Jadi habis turun dari Penanjakan mestinya baru menuju ke bromo untuk melihat pemandangan kawahnya. Karena sudah ada di puncak Gunung Bromo, kami pun tidak buru-buru untuk turun, melihat langsung kawah yang sedikit berbau belerang serta sepuas-puasnya menikmati  Indahnya Pemandangan di bawah berupa lautan pasir yang menghampar luas (yang kala berangkat kami arungi dalam suasana gelap gulita).  
Pura Luhur Ponten berdiri dengan anggun di kejauhan kaki gunung. Kuda-kuda yang parkir menunggu penyewanya juga menambah keindahan pemandangan. Di sebelah Gunung Bromo juga bisa dilihat Gunung Batok yang terlihat seperti bentuk batok berlapis raksasa karena bentuk gunungnya seperti berlapis-lapis.
Namanya pengalaman pertama ke Bromo bersama orang-orang yang baru pertama kali juga ke Bromo. Kalau di ceritakan lebih detail (semua kejadian-kejadian lucu plus konyolnya) bisa lebih panjang lagi tulisan ini. Yang penting kami tetap bisa menikmati secara maksimal perjalanan ke Bromo ini dengan hati riang gembira meski modal Bonek. Tidak hanya cerita lucu dan hal-hal di luar dugaan yang (luar biasa) menambah lembar kenangan dan mengkayakan integritas diri, tapi juga pembelajaran langsung pada praktek bagaimana kita bertoleransi, saling perduli dan mendukung pada teman juga pada orang lain (meskipun kita belum mengenalnya) yang ada di sekitar kita.  
Dan masih ada bonus dari perjalanan  ini yaitu ketika pulangnya masih sempat mampir dulu ke air terjun Madakaripura (mengingat waktu rentalnya masih tersisa banyak jadi di optimalkan deh pemakaian mobilnya). Sayangnya foto-foto yang kami ambil banyak yang tidak bisa di cetak (blank hasilnya). Awalnya kami mengira karena kamera yang eror/rusak terkena area “hujan sepanjang tahun” yang baru kami lewati. Belakangan baru aku tahu dari hasil saling berbagi cerita, ternyata di lokasi air terjun Madakaripura memang susah untuk di ambil Fotonya. Percaya atau tidak, silahkan di buktikan ya guys….
" Entry ini diikutkan pada GiveAway corat.coret.una oleh Sitti Rasuna Wibawa "

Note: Mohon maaf, dokumentasi (foto-foto) yang tampil di postingan ini menghilang. (Checked 9 Juni 2020)
64
Share
Semangat pagi, aku niat berangkat dengan space waktu agak longgar, tidak mepet-mepet seperti yang sering aku lakukan. Berharap bisa mengendarai motor dengan santai, sambil menikmati hilir mudik lalu lintas pagi. Deggg...pas ngeluarin motor melintas ‘warning’ kalau sudah hampir sebulan aku belum nambah angin ban motor, karena pengalaman yang pernah terjadi kalau kelamaan alpha nambah angin maka “protes” pun terjadi alias Ban bocor tanpa kompromi dengan posisi sedang dekat atau tidak dengan bengkel tambal ban.

Oh great, no one knows what gonna happen even in next second ! Baru beberapa meter melaju dengan belaian udara pagi yang segar mengusap lembut wajahku, pppsssstt...bocorlah ban belakang. Tapi syukurlah (inilah kebiasaan baik yang aku suka, tetap bersyukur..hehehe) karena tak jauh di depanku ada bengkel tambal ban, tempat biasa aku sering mampir untuk nambah angin. Jadi hanya beberapa meter saja aku “menggandeng” motorku untuk sampai di bengkel tersebut. Wahai...., bengkelpun masih tutup dengan sukses. Semangat..semangat.

“ Bengkelnya buka jam 7, Mbak…..” ucap seorang wanita yang muncul dari samping bengkel ketika aku melakukan aksi celingukan.

Kulihat jam di HP menunjukkan jam 06.55 “Oh ya BU, saya tunggu saja ...” sambil melanjutkan dalam hati: ketimbang aku jalan-jalan pagi lebih jauh lagi dengan menuntun mesra motor....dan kembali membentang ingat sebuah scene sekitar dua tahun silam ada seseorang yang sengaja jauh-jauh datang menemuiku di bumi Blambangan kemudian mengalami ban bocor dengan motor yang sama ini juga. Sayangnya kala itu aku belum sempat mengajaknya wisata kuliner yang khas di sini serta menyeberang even just cross for while to Bali island.

Toh ada kursi kayu di teras (biar lebih halus, ketimbang aku sebut emperan) bengkel, jadi aku bisa lebih santai menunggu bengkelnya buka. Sementara jalan raya di depanku semakin ramai oleh aneka ragam orang yang lalu lalang. Kunyalakan koleksi lagu yang tersimpan di HP, dan kulayangkan pandanganku merekam pemandangan yang memapar di sekitar bengkel. Di seberang jalan ada beberapa tukang bangunan yang mulai mendisplay perlengkapan untuk memulai melakukan pekerjaan, sepertinya sang pemilik rumah hendak bikin rumah kost karena tata letaknya berupa kamar-kamar yang berderet berada di samping rumah. 

Akhirnya muncullah seorang pemuda mengenakan kaos warna pink, taksiranku dia masih berusia 17an tahun, tanpa banyak kata-kata dia langsung melakukan aksi rutinnya membuka bengkel. Dan tanpa bertanya apa-apa padaku dia pun langsung “merawat” pasien perdananya. Hemm...less word more actions. 

Sementara itu aku kembali mengamati tukang bangunan di seberang jalan yang sudah mulai dengan pekerjaannya, ada yang mengaduk semen campur pasir, mengusung batu bata dan yang satunya menyatukan batu bata “semoga anak-anak yang mereka carikan nafkah seserius mereka dalam hidupnya, sekolah dengan baik dan rajin membantu orang tuanya juga” batinku bersimpati. Tidak banyak perbincangan yang ku lihat di sana, mereka begitu asyik dengan pekerjaannya yang pastinya kan berlangsung sampai nati sore. Bermandikan terik sinar mentari di siang hari juga tak mereka keluhkan...memikirkan hal itu aku jadi ingat pada sosok ayahku di desa. 

Yaa, ayahku yang tiap hari kesawah sepanjang musim kemarau dan hujan (baik di sawah sendiri atau bekerja di tempat orang lain), bahkan sampai sekarang di usianya yang mulai senja. Melalui konsistensinya yang tetap aktif ke sawah meski sudah tidak setotal dulu, tanpa definitive ayahku sudah mengatakan: 

Tua bukan berarti “pensiun” dari aktifitas, selagi masih hidup (sehat) maka tetap bekerja. Long time ago, aku dan saudara-saudaraku juga terbiasa bermandikan keringat dengan sengatan sinar matahari dan siraman air hujan. Tak pernah kami kuatir kulit jadi legam karena paparan sinar matahari atau kena lumpur sawah. Herannya kalau aku cerita tentang keseharianku (dulu) pada teman-teman, seringnya tak ada yang percaya? Padahal tetanggaku saja sampai heran saat aku masih mau turun ke sawah (sesekali) ketika aku sudah melawati masa-masa sekolah/kerja.

Permenunganku terhenti bukan karena suara bising kompresor yang mulai dinyalakan tapi oleh kedatangan seorang konsumen bermobil yang menyalakan lagu Dangdut demikian keras mirip orang punya hajat mantu/sunatan di kampung. Norak banget pikirku, bukan tentang lagunya (yang kukenali sebagai lagu-lagu Rita Sugiarto), nyetelnya dengan volume keras banget dengan pintu mobilnya di buka semua untuk show action tersebut. Dari penampilannya jelas sekali laki-laki parobaya tersebut bukan sopir pribadi, wong dia pake dasi, pakai kaos kaki meski dengan sandal jepit, gelang berwarna gold bentuk rantai lumayan besar melingkar di pergelangan tangannya dan isi mobilnya seperti kapal pecah. 

Dan dengan PeDenya dia nge’dance seirama alunan musik yang dia putar kencang –kencang tadi, sambil sesekali menjawab pertanyaan mengenai masalah mobilnya yang ternyata perlu ganti Tube ban depan. Otomatis dan praktis dia pun akan cukup lama di bengkel ini, ku lirik ada seorang bapak yang datang beberapa saat sebelumnya juga mengamati laki-laki ‘nyentrik’ (sebenarnya lebih tepat kalau kesebut Om genit ) tersebut.

Ya sudahlah, let’s show go on....daripada semakin aku amati semakin membuat banyak presumtive dan sangkaan kurang baik, mending aku mengalihkan perhatian dengan SMSan sana-sini, sekalian memberi kabar ke kantor kalau aku datang terlambat. Kalau ada Smartphone, waktu menunggu seperti ini jadi gak boring dengan BBMan….hehehe. Then finally, that man gone....dan proses tambal ban motorku juga selesai. Sesaat sebelum aku meninggalkan bengkel masih aku dengar pertanyaan si Bapak yang keheranan melihat laki-laki nyentrik tadi.

“ Sopo uwong iku ” tanyanya dalam bahasa jawa pada yang si MAs yang service motornya karena dari interaksi yang terjadi sepertinya laki-laki tadi sudah familiar di bengkel. 
“ Pengacara PA, Pak....pengacara edan kok” jawabnya datar.
“ PA?? Opo kuwi ?” 
“ Pengadilan Agama Pak...”

Olalalaaa..... Pengacara tho orang tadi? Lawyer? Hemmm…no comment any more, aku pun berlalu meninggalkan bengkel saat jam di HP menunjukkan angka 08.08 (beginilah caranya lihat penunjukan waktu kalau tidak biasa pakai arloji), melaju menuju tempat kerja dengan riang gembira tralalalala..trililililiiii.....




B

65
Share
Sudah lumayan lama tergelitik untuk membuat posting tentang teh celup, untuk sharing mengenai cara penyajiannya. Barangkali masih ada di antara kita yang menyajikan teh celup menggunakan ‘caranya sendiri’ atau tidak mengikuti serving direction yang tercantum pada kemasan teh celup. Semoga bisa jadi wacana yang memberi nilai manfaat tentang bagaimana semestinya kita mengkonsumsi teh celup dengan cara yang benar. Then, here is the post…

Teh sudah merupakan bagian dari kebiasaan hidup kita sehari-hari, minum secangkir teh panas di pagi atau sore hari, bahkan rata-rata kalau makan di luar (warteg, lesehan, depot..etc), minuman yang paling sering di pesan adalah teh (manis/tawar; dingin/hangat/panas). Meski demikian aku baru mulai terbiasa dan akrab dengan minuman teh ketika memasuki dunia kerja (mencari sesuap nasi dan segenggam berlian ..) karena setiap pagi 1 teko teh panas sudah siap di minum sesuka hati. Dan biasanya teh yang digunakan adalah Teh seduh (istilah bekennya teh tubruk..)

Dan seiring perkembangan teknologi dan trend fast serving, Teh pun mengalami adaptasi terutama dalam cara pengemasannya demi memenuhi keinginan penikmat teh agar cepat, praktis, dan efisien. Maka hadirlah Teh celup yang langsung mempesona penyajiannya. Tentunya sebagian besar penikmat teh sudah pernah menggunakan varian teh celup atau bahkan ada yang menjadi pengguna setianya karena memang Sangat modern dan praktis. 

Hampir semua orang sudah tahu bagaimana nikmat dan manfaatnya minum teh (dengan semua jenisnya)bagi kesehatan. Akan tetapi berapa lama biasanya (yang sering luput dari perhatian) kita mencelupkan kantong teh celup tersebut? Dulu logika berpikirku dalam mencelupkan teh adalah: semakin lama dicelupkan maka akan lebih banyak manfaat teh yg bisa aku minum. Dan paradigma lainnya adalah: sayang dong teh celup baru dipakai sekali jika langsung dibuang, kan masih bisa digunakan kalau ada yang mau bikin minum teh….(basic instinct: biar hemat, hehehe..)

Apakah ada diantara Anda yang “lugu” sepertiku terhadap penyajian teh celup? Ataukah karena tak sengaja ‘lama-lama’ mencelupkan kantong the celup dalam air panas. Maksud hati sambil menunggu waktu pencelupan kemudian di tinggal apa gitu deh sehingga lupa (kelamaan) membiarkan the celup berendam….Jika ada, maka sebaiknya mulai di perbaiki/hindari mencelupkan kantong teh terlalu lama, karena semakin lama merendam teh celup dalam air panas, justru akan semakin banyak kandungan yang BUKAN hanya the yang larut dalam cangkir teh kita. Tehnya sendiri tidak berbahaya, akan tetapi kantong kertas kemasannya yang perlu diwaspadai. 

Sedikit (masuk pada ranah teori) mata kuliah (proses industry kimia) yang masih aku ingat (secuil) tentang pembuatan kertas yang dibuat dari pulp (bubur kertas) yaitu yang terbuat dari bahan kayu, bubur tersebut berwarna coklat tua sehingga untuk membuatnya berwarna putih, digunakan bahan kimia pemutih yang terbuat dari senyawa chlorine. 
Dalam prosesnya, chlorine ini tetap tertinggal dalam produk kertas karena tidak dilakukan penetralan( high cost). Kertas semacam inilah yang kemudian digunakan sebagai kantong teh celup. Silahkan browsing tentang pembuatan kertas tersebut jika tertarik ingin tahu lebih detailnya. Kandungan zat chlorine (yang terdapat) pada kantong kertas teh celup akan larut jika kantong teh dicelupkan lebih dari 3 – 5 menit (melebihi batas waktu pencelupan yang tertera pada kemasannya)
Sekali lagi, tehnya sendiri memang banyak manfaatnya. Dan meskipun kandungan chlorine pada kertas pembungkus teh celup (dinyatakan) dalam zona aman…tapi mari kita berpikir secara jangka panjang dan menghitung frekuensi kita minum teh sehari-hari----> akan ada proses akumulasi serta reaksi terhadap kesehatan tubuh akibat adanya zat chlorine yang (tanpa sengaja) kita minum. Nah, jangan biarkan teh celup Anda tercelup lebih dari 5 menit. Atau, kembali ke cara tradisional yang sedikit repot: teh tubruk deh. So, let’s drink tea for healthy…



NOTE: 
Chlorine tergolong powerful oxidizing agent, bersifat toxic dan corrosive. Biasa digunakan dalam proses bleaching (contoh di pabrik kertas), manufacturing syntetic rubber & plastic, serta desinfektan untuk pemurnian air.

Fungsi chlorine pada kertas adalah disinfektan sehingga kertas bebas dari bakteri pembusuk dan tahan lama. Selain itu, kertas dengan klorin memang tampak lebih bersih. Karena bersifat disinfektan, klorin dalam jumlah besar tentu berbahaya. Tak jauh beda dari racun serangga.

Berdasarkan penelitian, diduga ada hubungannya antara chlorine dalam tubuh dengan kemandulan pria, bayi lahir cacat, keterbelakangan mental serta kanker.
27
Share
Hampir sebulan tidak posting (sok sibuk ceritanya), kali ini mencoba posting new entry tentang “Jejaring Sosial”. Totally bukan murni dari isi pikiranku, hanya ide yang muncul dipikiranku tertarik (ingin) mengulas tentang fenomena social networking yang booming. Dari kombinasi beberapa tulisan, semoga frame penyajian ini ada manfaatnya buat diri saya sendiri (khususnya) dan Alhamdulillah kalau bermanfaat bagi yang berkenan untuk menyimaknya. So, here is the posting……

Peradaban modern dengan segala bentuk aktifitas berjalan seiring dengan perkembangan IpTek yang membawa kita pada era digital. Internet telah banyak mengubah life style dan bergerak bebas tak ada batasan ruang dan waktu (semoga kita tetap bisa berbatas norma dan etika). Dan tentu saja dampaknya sangat heterogen, kita perlu mewaspadainya dan berusaha bisa mengikuti perkembangannya agar kita tidak terjebak dalam efek negative yang ditimbulkannya. 

Karena menutup diri dari perkembangan teknologi (apalagi internet)  justru akan menjauhkan kita dari dinamika peradaban atau tidak up to date (istilah ABG sekarang). Sekarang, mulai anak-anak hingga orang dewasa/tua sudah demikian akrab dengan internet dan yang paling nge’trend di era sekarang adalah social network ( sesuatu yang belum terbayangkan di masa nenek moyang kita dimana ketika computer masih merupakan barang exclusive yang keberadaannya masih sebatas di pusat-pusat penelitian ilmiah atau kampus-kampus yang ada dalam daftar top list di dunia).

Tak bisa di hindari jika sekarang social networking mampu menghipnotis ratusan juta (atau milyaran?) penghuni planet bumi ini dalam dunia cyber. Facebook, twitter, blogger, Friendster, Messenger etc, sudah menjadi kebutuhan untuk menjalin komunikasi dengan keluarga, teman dan partner bisnis. Kalau di trace, social network yang pertama aku gunakan adalah Friendster, Facebook ( kenal FB, maka Friendster pun jadi semakin jarang aku akses), kemudian ikutan bikin akun twitter (kalau twitter sekedar buat punya-punyaan karena tidak banyak teman yang ku kenal secara membumi di twitter). Dan kenyataannya media social networking tak kenal ruang, waktu, status social, usia, dan gender. Media social memungkinkan kita berinteraksi dengan siapa saja, darimana saja dan kapan saja.

Pada kenyataannya, yang abadi di dunia ini adalah perubahan itu sendiri. Mensikapi melesatnya laju dunia IT, Idealnya memang kita (seharusnya) bisa menggunakan dengan bijak yaitu dengan adanya komitmen kendali diri dan pemahaman yang tepat tentang dunia cyber dan internet., antara lain:
1.  Membangun kesadaran bahwa internet mensyaratkan kesadaran bagi penggunanya (kita) dalam MEMILIH, dan MENCIPTAKAN informasi. Faktanya penyampaian berita/cerita/interaksi sosial di internet bisa dibilang tanpa proses, kecuali proses internal dalam diri kita sendiri.
2. Perlu mengasah kemampuan untuk mengolah (akan jaring-jaring jejaring social) karena dalam media social terdapat kombinasi yang spektakuler: download dan upload ( dimana filter dan sensornya adalah: kembali pada integritas diri sendiri lagi !)

Segala sesuatu tentu memiliki dua sisi yang berbeda, tinggal bagaimana kita memilih sisi mana yg hendak kita explore. Banyaknya kasus criminal, pelecehan, penipuan, bahkan kadang sampai ada yg ‘terpeleset’ terpaksa harus berurusan dengan hukum, menyadarkan kita betapa dibalik pesona fantastis internet dan jejaring social, ada sisi lain yang perlu kita waspadai. 

Ktika menjalin interaksi secara cyber, formatnya masih 1 dimensi yaitu berupa data (yang belum teruji validitasnya). Semua interaksi cyber (jejaring sosial) bersifat netral dari ukuran-ukuran normatif, sehingga tergantung pada diri masing-masing (individunya), hendak diniatkan pada peningkatan produktivitas dan kualitas hidupnya ataukah sebaliknya.

Pada intinya kita harus paham karakteristik tiap jejaring social dan bagaimana jaring-jaringnya yang bisa membuat jebakan, agar kita tidak sampai bertindak ceroboh atau sembrono (semau GUE) dalam menggunakannya. Karena bisa saja awalnya tak sengaja (iseng-iseng doang) ternyata berakibat fatal. 

Yang harus kita ingat selalu : al ilmu Qabla Qaul wal amal “ ilmu itu (harus dipahami) sebelum perkataan dan perbuatan”. Daya magis jejaring social dan internet bisa berpengaruh pada akhir nasib seseorang: klik di ujung jari akan mengarah pada jalan surga ataukah neraka?
27
Share
Newer Posts Older Posts Home
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK MENCOBA. ~ Ali Bin Abi Thalib

My photo
Ririe Khayan
Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com
View my complete profile
  • Cara Cepat dan Aman Mematikan Ikan Lele
    Ikan dan Belalang (berdasarkan ajaran agama yang saya anut) termasuk jenis [bangkai] hewan yang halal untuk dimakan. Tapi tidak berarti k...
  • Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ?
    Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ? Bagi orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan atau lokasinya masih berdampingan al...
  • Brand Susu Untuk Kesehatan
    Jika ada pertanyaan: Sehat ataukah sakit yang mahal harganya? Bismillahirrahmaanirrahiim , kalau menurut saya, secara ‘value’ kondisi se...
  • Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online
    Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online . Sebenarnya persyaratan dan alur pembuatan proses secara langsung ( walk i...
  • Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil
    Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil . Jika Anda sedang berusaha punya anak, menunggu kapan Anda resmi ...
  • Lima Cara Mengaktifkan (Kembali) Google Adsense yang Diblokir
    Sebaiknya dikesampingkan dulu bila ada yang beranggapan Akun GA di Banned, tak bisa diaktifkan.  (Ternyata) Google Adsence Bisa Aktif  Kem...
  • Panic attack Ketika Terkena HERPES Zoster
    P anic attack Ketika Terkena HERPES Zoster . Mendengar kata HERPES, bisa jadi sebagian orang langsung tertuju pada nama penyakit yang satu ...
  • Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin
    Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin   .Mungkin kita pernah mendengar peristiwa keracunan sete...
  • Suplemen Madu Untuk Membantu Atasi Anak Yang Susah Makan
    Punya pengalaman menghadapi anak yang susah makan? Ada yang baper karena selera makan putraatau putrinya belum variatif yang berputar seki...
  • Serunya Mudik Naik Kereta Api Probowangi
    Usai long wiken Idhul Adha...jadi ngayal kalau tiap bulan ada long wiken 4 hari gitu pasti indah sekaliiiii...... #Plakkk [digampar klomp...

Blog Archive

  • ▼  2024 (3)
    • ▼  December (1)
      • Manfaat Penting Bermain Untuk Anak-Anak Usia Pra S...
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2022 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2021 (45)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (7)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (6)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2020 (43)
    • ►  December (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2019 (35)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
  • ►  2018 (49)
    • ►  December (5)
    • ►  November (11)
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (51)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (6)
    • ►  February (7)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (73)
    • ►  December (5)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (10)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (12)
  • ►  2015 (118)
    • ►  December (12)
    • ►  November (12)
    • ►  October (11)
    • ►  September (11)
    • ►  August (12)
    • ►  July (8)
    • ►  June (8)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2014 (60)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (6)
    • ►  September (5)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (11)
    • ►  February (10)
    • ►  January (8)
  • ►  2013 (90)
    • ►  December (7)
    • ►  October (5)
    • ►  September (6)
    • ►  August (9)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (13)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (126)
    • ►  December (6)
    • ►  November (5)
    • ►  October (14)
    • ►  September (10)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (11)
    • ►  May (12)
    • ►  April (12)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (10)
  • ►  2011 (69)
    • ►  December (11)
    • ►  November (11)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (9)
    • ►  July (7)
    • ►  June (18)
    • ►  May (5)
Ririe Khayan is an Intellifluence Trusted Blogger

Juara LBI 2016

Juara LBI 2016
facebook twitter youtube linkedin Instagram Tiktok

Labels

Advertorial Aneka Kuliner Article Blog Award Book Review Contact Me Disclosure English Version Fashion Fiksi Financial Gadget Give Away Guest Post Info Sehat Informasi Inspiring Lifestyle Lomba Love Story My Diary My Poems Opini PR PerSahabatan Pernik-Pernik Renungan Review Skincare Technology Traveling True Story UMKM Visit Who Am I? Writing For Us banner parenting




Copyright © 2019 Kidung Kinanthi

installed by StuMon