Menjadi tua itu kodrat, tapi bertambah usia dan menjadi lebih bijaksana adalah PILIHAN yang berarti Bismillahirrahmaanirrahiim mestinya semua orang bisa menjadi lebih bijaksana dengan berjalannya waktu dan semakin banyaknya asam garam kehidupan yang dicecap. Dan ketika saya pertanyakan pada diri saya sendiri, apakah saya sudah lebih bijaksana dari tahun lalu atau hari kemarin? Alhamdulillah, saya hanya bisa menjawab “…saya hanya bisa berusaha agar lebih baik, soal hasilnya….masing-masing orang check list [standar] ukur sendiri kan ya?”.
There’s no one the best, karena akan selalu ada yang lebih baik lagi di luar sana. Kata Simbok: ojo dumeh lan ojo jumowo, amarga isih ono langit maneh sak duwure langit. Simbok juga menasehati, jangan mengulangi kesalahan yang sama karena itu artinya kita tidak belajar dari pengalaman. Makanya
saya pun pasang status siaga agar tidak mengalami kejadian yang salah kedua
atau ketiga kalinya. Tapi eh tapi, ternyata kenyataan memang berbeda..hhmmm…mau
tau cerita lengkapnya? Yuk, simak cerita yang bikin kesel, bingung sekalian
gemesin ini hihi...*edisi emak-emak bercerita MODE ON*
Sebenernya
kejadian ini gak cuma sekali saja dan saya juga mengalaminya di beberapa moda
transportasi hehe. Pemilihan moda transportasi ini juga tergantung kebutuhan
sih, misal kalau waktunya mepet maka mau gak mau saya harus mengandalkan
transportasi pesawat tetapi kalau waktunya masih cukup longgar mending naik kereta atau bus dong. Nah, kebetulan waktu itu sedang ada urusan urgent, makanya cari tiket
pesawat. Lihat-lihat harga di situs penjualan tiket online seperti Traveloka dan
Tiket, dan ternyata lagi ada tiket
promo Air Asia, makanya saya langsung melanjutkan pemesanan di situs airlinenya.
Ya, waktu itu saya baru menjadikan layanan seperti Traveloka sebagai acuan saja
untuk mendapatkan perkiraan harga tiket pesawat murah dengan cepat. Tapi
denger-denger dari teman, katanya layanan seperti Traveloka ini lebih mudah
caranya dan harga jualnya juga bersaing. Hheemmm….jadi bikin penasaran.
Senang
rasanya pas tiket sudah di tangan, tapi
pas waktu keberangkatan, kenyataannya aku ditinggal pesawat take off. Perasaan
kesel, bingung, dll bercampur aduk jadi satu. Ehh…kejadian seperti ini ternyata
ga cukup sekali, karena kembali terulang kedua kalinya dan rasanya bikin sesak,
ribet plus bikin panik semua orang pula hehehe. Bagi yang sudah pernah, pasti
tahu rasa dan rentetan akibatnya gimana jika tertinggal pesawat. Bagi yang
belum pernah, please…jangan pernah ngarep untuk punya pengalaman serupa itu ya?
Yang berikutnya ini juga termasuk pengalaman yang gak kalah konyolnya dengan kisah ketinggalan pesawat, yaitu Di Antara Dua [Pilihan] KA Pasundan karena sudah gak
jaman cerita pacar ketinggalan kereta. Sebenarnya menempuh perjalanan dengan
naik kereta api sudah bukan hal baru lagi buat saya. Kalau perjalanan mudik
saat masih domisili di Banyuwangi memang seringnya naik bis karena setiap saat
ada bis dan gak perlu uber-uberan kejar tayang untuk berangkat. Nah, saat
pindah habitat ke Yogyakarta ini dan manakala memenuhi kebutuhan batin untuk
mudik ke LA demi melepas kangen pada sang Ayah Bunda, ada kalanya saya mudik
sendiri. Ceritanya, karena belakangan ini jalur bis susah di prediksi alias
lebih lama perjalanannya dari semestinya, sepakatlah saya untuk naik kereta api
karena waktu tempuhnya lebih on schedule yaitu sekitar 5 jam untuk Yogyakarta –
Surabaya.
Pengalaman yang saya alami beberapa waktu lalu ini membukukan cerita yang baru lagi selain kisah ketinggalan pesawat. Lha masak saya SALAH PILIH naik Kereta Api?!!! Sumpah saat kejadian, sama sekali ini bukan cerita yang lucu lho? Tapi aselinya sih lucu plus konyol, sampai suami saya bilang “wong biasa mbolang kemana-mana kok bisa salah naik KA gimana tho?”
Tiket KA Pasundan (Lempunyan - Gubeng) |
“ Keretanya nanti di jalur dua dan sekarang masih belum datang kok mbak. Sepertinya terlambat 10an menit”. Demikian penjelasan bapak petugasnya.
Saya pun antri dengan tenang dan confidence di dekat jalur dua dan begitu KA Pasundan datang langsung masuk via gerbong 6 yang saat itu posisinya terdekat dengan tempat saya berdiri.
Begitulah, jeda 5 menit kemudian KA berangkat….Tutt…Tutt..Tut…bunyi kereta Api berjalan, sedangkan saya belum sampai di tempat duduk saya yaitu gerbong dua. Santai sajalah, menikmati jalan-jalan melintasi beberapa gerbong. Begitu sampai di alamat kursi yang tertera di tiket, saya pun kaget karena sudah ada yang menempati seorang Bapak dan anaknya.
“ Tapi nomer kursi saya juga 2B Mbak….”
Saya pun mulai di hinggapi panik plus bingung. Akhirnya si Bapak minta lihat tiket saya dan membandingkan detail tulisan yang ada di lembaran tiket kami.
Tarraaaa………glodaggg “ Nomer keretanya beda Mbak. Kereta ini nomer 121, Embak hendak ke mana tho?”
“ Saya mau ke Surabaya Pak. Lah kereta ini arah kemana ya Pak?”
“ Wah, njenengan keliru….ini mau ke Bandung, arah barat Jawa sedangkan Embak kan ke arah timur”.
“ Yaaa….saya gak mudeng arah barat, timur, utara dan selatan jika sudah di tempat umum pak”
“ Coba Mbak-nya tanya saja ke petugas, dimana stasiun terdekat untuk bisa turun dan apa ada alternatif kereta yang menuju ke Surabaya..” saran si Bapak yang cukup menenangkan saya. Dan kebetulan kok ya pas ada security gerbong yang melintas.
Dengan diantar sekaligus dibawain travel bag oleh si Mas Security, jadilah sampailah saya di gerbong kereta yang disebut gerbong makanan tapi yang isinya para petugas duang.
GAMBAR KUTOARJO
Akhirnya, pemberhentian terdekat adalah Kutoarjo dan saya disarankan untuk beli tiket baru saja karena oper naik bis justru gak efektif. Sempat juga dikasih saran untuk naik Kereta Pramex ke Yogya [lagi], tapi setelah saya pikir-pikir….sama juga gak efektif. Wong saat itu sudah jam 15.30 dan kereta pramex setengah lima. Tiba di Lempuyangan jelang jam 6 petang, sedangkan tiket baru saya berangkat jam 19.46 WIB. Yang ada, malah suami ikut capek karena bolak-balik antar jemput lagi. Ya…sudahlah, saya jadi penumpang yang super rajin menunggu mulai jam setengah empat di stasiun Kutoarjo.
Saya pun antri dengan tenang dan confidence di dekat jalur dua dan begitu KA Pasundan datang langsung masuk via gerbong 6 yang saat itu posisinya terdekat dengan tempat saya berdiri.
Begitulah, jeda 5 menit kemudian KA berangkat….Tutt…Tutt..Tut…bunyi kereta Api berjalan, sedangkan saya belum sampai di tempat duduk saya yaitu gerbong dua. Santai sajalah, menikmati jalan-jalan melintasi beberapa gerbong. Begitu sampai di alamat kursi yang tertera di tiket, saya pun kaget karena sudah ada yang menempati seorang Bapak dan anaknya.
“ Tapi nomer kursi saya juga 2B Mbak….”
Saya pun mulai di hinggapi panik plus bingung. Akhirnya si Bapak minta lihat tiket saya dan membandingkan detail tulisan yang ada di lembaran tiket kami.
Tarraaaa………glodaggg “ Nomer keretanya beda Mbak. Kereta ini nomer 121, Embak hendak ke mana tho?”
“ Saya mau ke Surabaya Pak. Lah kereta ini arah kemana ya Pak?”
“ Wah, njenengan keliru….ini mau ke Bandung, arah barat Jawa sedangkan Embak kan ke arah timur”.
“ Yaaa….saya gak mudeng arah barat, timur, utara dan selatan jika sudah di tempat umum pak”
“ Coba Mbak-nya tanya saja ke petugas, dimana stasiun terdekat untuk bisa turun dan apa ada alternatif kereta yang menuju ke Surabaya..” saran si Bapak yang cukup menenangkan saya. Dan kebetulan kok ya pas ada security gerbong yang melintas.
Dengan diantar sekaligus dibawain travel bag oleh si Mas Security, jadilah sampailah saya di gerbong kereta yang disebut gerbong makanan tapi yang isinya para petugas duang.
GAMBAR KUTOARJO
The New Ticket: GAYA BARU MALAM |
Ketika saya share kisah SALAH PILIH naik KA ke beberapa teman dalam rangka mengisi masa menunggu KA datang, rerata komen dari teman-teman adalah :
Kok bisa sey kamu salah naik KA getu?....bla…bla…. Kemudian saya contact dengan seorang teman yang biasa mudik tiap wiken Jogya - Madiun dan jawabannya: memang seringnya begitu Mbak, ada dua kereta dengan nama yang sama, datang di waktu yang hampir bersamaan dan jalur relnya bersisian. Salah satunya ya KA Pasundan itu.
Experience is the best teacher, dan tak perlu harus mengalaminya sendiri untuk bisa belajar dari pengalaman. Sedikit sharing pembelajaran dari pengalaman saya yang berada Di antara dua [pilihan] kereta Api Pasundan yang berada dua jalur rel yang bersebelahan TAPI Beda arah ke barat dan timur [padahal saya juga gak merhatiin posisi lokomotifnya *parahpoll*], terutama bagi yang belum pernah naik KA, juga yang memiliki keistimewaan “miss oriented” dengan arah mata angin kayak saya, sebaiknya:
- jangan datang ke stasiun terlalu mepet untuk menghindari keruwetan antrian saat check ini yang bisa berakibat kita terburu-buru mencari jalur KA yang akan kita tumpangi.
- Jika bertanya ke petugas, selain menyebutkan nama KA juga sebutkan kota tujuan.
- Perhatikan tulisan yang terpampang di jalur-jalur rel KA [saat itu saya over PeDe sudah fixed info yang saya peroleh sehingga tidak fokus merhatiin tulisan yang tertera di jalur-jalur KA]
- Jika masih bingung lagi, di dekat-dekat gerbong biasanya berseliweran petugas berseragam [security atau polisi], cobalah bertanya lagi karena malu bertanya bisa berakibat salah naik gerbong KA juga lho?
Bagi yang suka lihat pilem-pilem Jepang atau Korea, silahkan beranimasi seperti apa ekspresi saya kala itu. Yang jelas, saya pengen nangis tapi malu…pengen teriak tapi gak mungkin bisa…bingung…kalau KA berhenti di stasiun terdekatnya terlalu jauh dari Yogya (misalnya di Cirebon), lha terus gimana pindah haluan ke arah tujuan mudik saya?
So awesome isn’t it? Tepatnya lucu bin konyol dan bikin geregetan sih, Hehehe…..
lucu, konyol, bikin gregetan... sek sebentar, mbak.. coba ta' bayangkan ala karakter manga....
ReplyDeleteOJO karakter manga dunk...karakter barby saja deh
Deleteih...nyeremin banget ya ketinggalan pesawat dan ketinggalan kereta teh ya...tapi kalau diinget inget seru juga jadi mirip film Arini ketinggalan Kereta...kan malah dapet kenalan kan?
ReplyDeleteArini sdh gak ketinggalan kereta KAng. Arini sekarang naik Rubicon sendiri soale, hehehe
Deleteih...nyeremin banget ya ketinggalan pesawat dan ketinggalan kereta teh ya...tapi kalau diinget inget seru juga jadi mirip film Arini ketinggalan Kereta...kan malah dapet kenalan kan?
ReplyDeletekenalan petugas KA-nya tuh Kang
Deletecie cring cring
ReplyDeleteehemmm
Deleteihir
DeleteKA. Pasundan baik dari arah Bandung atau dari arah Surabaya itu memang biasanya tempuk di Lempuyangan (sekitar pk 15.00 - 16.00 WIB).
ReplyDeleteIyae Pak, kata teman kntr yg biasa naik KA jg bilang getu. KA Pasundan srg dtg bersamaan dan berada di jalur yg bersebelahan
DeleteHua... Aku juga pernah ketinggalan pesawat dari Banjarmasin mau ke JKT, aq nangis beneran di lobi bandara Syamsudinoor :)))
ReplyDeleteSyamsudin Noor, lah ke Banjarmasin ini pula yg jd peneglaman ketinggalan peswat Mabk. Tp saya ktinggalnya masih di JUanda, nginep deh di dekat JUanda sana krn pas hujan dueraaas.
Deleteko isyoooo maaak ;(
ReplyDeletedeziiig..deziig..deziig gemeezz..gemeez..
Alhamdulillah aku slalu prepare sebelomnya entah naik pesawat ato kereta ..
*aman dari ketinggalan apalagi salah kereta :v
Tapi ini baru kejadian awal puas kemaren, saat mau liburan ke yogya pake kereta kahuripan,
berhubung ada yang anjlok di tasik, berubah jam keberangkatan . Antara kahuripan - malabar hampir barengan, hampir saja ketuker :v soalnya (dan banyak orang lain yang salah juga) hhaha
Lho, Mbak Nchie habis dr jogya ya? Hayyooo...kok mampir sey?
DeleteKata teman, kudu extras teliti jika naik KA dari lempuyangan krn bisa saja salah naik jurusan KA-nya, kayak sayah ituh
Yang penting mudik selamat sampai tujuan, sip!
ReplyDeletebaner banget mas
DeleteYg pentig]ng lagi, pastikan punya kampung halaman utk mudik ya sob
DeleteHihihi ini bukan bolang lagi tapi maklang ... emak petualang :)
ReplyDeleteHahahaha...emak-emak tetap napsu utk mbolang ya mbak
Deleteaku bayangkan dulu ekpresinya mbak :)
ReplyDeletejangan lama-lama lho mbak membayangkannya, nti ada nyamuk lewat lho
ReplyDeleteJiaaaaaahhhhhahahahahaaa bye
ReplyDeleteuntung nyadarnya gak pas di Bandung hahaha
ReplyDelete