Pesona Wisata Kawah Ijen

Berangkat ke Kawah Ijen merupakan [salah satu impian] jalan-jalan yang sudah lama tersimpan rapi namun tak kunjung terwujud. Setelah hampir sewindu ikut mencari sesuap nasi dan sebakul berlian di jantung kota Banyuwangi, akhirnya hasrat hati untuk menikmati Pesona Kawah Ijen kesampaian juga. Bismillahirrahmaanirrahiim perjalanan ke Kawah Ijen pun dimulai dari Kota Banyuwangi sekira jam 5 pagi dengan mampir ke Stasiun Karang Asem terlebih dulu untuk menjemput teman yang berasal dari Surabaya.  Ini merupakan petualangan mbolang terakhir saya dengan status masih SINGLE. Untuk edisi kali ini, kami bertujuh plus seorang guide yang mbawai mobil rental, sehingga kami pun sok PeDe memberi label petualangan dengan sebutan prestise “7 Bidadari” turun dari kahyangan mobil sewaan untuk melakukan Eksplorasi Pesona Wisata Kawah Ijen.
The beautiful of Teletubies Hills
Untuk mencapai kawasan Kawah Ijen bisa di akses dari dua arah yaitu dari utara melalui rute Situbondo - Bondowoso  [Sempol] lewat Wonosari kemudian lanjut ke Paltuding. Total jarak yang ditempuh dari Situbondo sampai Paltuding + 90 Km yang membutuhkan waktu tempuh sekitar 2,5 jam [catet: jika lau lintas lancara jaya lho?]. Dan arah satunya adalah jalur selatan yaitu dari Banyuwangi meniti jalur menuju Desa Licin - Jambu kemudian ke Paltuding yang merupakan pos pertama dan sekaligus parkir semua kendaraan bermotor para pengunjung yang hendak ke kawah Ijen. Dari Paltuding hingga ke kawah Ijen HANYA akan ada sepeda motor milik petugas vulkanologi dan atau jika perlu rescue untuk pengunjung yang colaps di atas. Jadi jika berharap bisa naik motor dari puncak kawah Ijen, silahkan pingsan dulu yaaaaa.....

Nah Saya dan teman-teman kemarin mengambil rute selatan yaitu berangkat dari jantung kota Banyuwangi dengan mampir ke Stasiun Karang Asem. Perjalanan menuju kawah Ijen cukup lancar karena jalurnya sudah diperbaiki dalam rangka penyelenggaran Tour De Ijen pada Nopember 2012 kemarin. Tanjakan yang dulunya curam banget, sekarang sudah landai, dipapras hampir 200 meter sehingga jika naik sepeda motor yang butut tidak perlu lagi repot-repot  nuntun atau kuatir mlorot ke bawah lagi seperti yang pernah saya alami 5 tahun lalu saat pertama kali menjajaki rute ke kawah Ijen tapi hanya sampai Paltuding.
Welcome To Kawah Ijen
Butuh waktu kurang lebih 1 jam untuk sampai di Paltuding dan jangan kuatir di sepanjang jalur Desa Licin menuju Paltuding pandangan mata kita akan dimanjakan panorama serba hijau di kanan-kiri jalan karena melewati area perkebunan kopi.  Jam 7-an kami tiba di Paltuding dan sengaja tidak langsung OTW meuju Kawah Ijen. Beberapa fasilitas dapat dinikmati oleh pengunjung antara lain pondok wisata dan canteen atau warung makanan sekaligus menjual keperluan pendakian
Sarapan dulu ahh....
Setiba di Pos PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam) - Paltuding ini kami sengaja break dulu untuk sarapan dengan menu nasi bungkus yang sudah kami bawa, pertimbangannya sih biar hemat waktu. Lha canteen yang tersedia kan terbatas dan akan butuh waktu lama jika kami nunggu order sarapan siap santap. Dengan numpang sarapan, kami pun beli minuman penghangat: Teh panas dan jahe panas.
Renovasi Rest Area
Sekaligus azaz manfaat, pinjam tongkat untuk perjalanan menuju Ijen. Beginilah jika gaya model mbolang gak mau repot, perlengkapan vital tongkat pun kami SILAP alias lupa gak membawanya. Alhamdulillah banget, si pemilik warung punya persediaan tongkat banyak dan dipinjamkan secara gratis pula pada kami. Lha ndilalah juga waktu kami datang ternyata bersamaan dengan  rombongan dari keluarga besar Perhutani Banyuwangi wilayah kerja barat. Maka suasana suangat ruamaaii poll sudah menyambut kedatangan kami sejak beberapa meter dari pintu masuk. So how lucky we are karena akhirnya kami  dianggap bagian dari rombongan Perhutani tersebut sehingga  bebas bayar tiket. Plus pastinya sepanjang jalan ada teman ngobrol dan teman kecapekan yang banyak, hehehehee...
So, Let's Go...
Start jam setengah delapan pendakian dari Paltuding menuju Kawah Ijen pun dimulai. Maksudnya, nunggu rombongan Perhutani diberangkatkan dan kami ngikut di belakangnya. Jarak yang harus kami tempuh adalah 3KM untuk sampai di puncak kawah Ijen. Dari Paltuding berjalan kaki dengan jarak sekitar 3 km dimana secara keseluruhan jalurnya landai tapi menanjak, terutama di separuh lintasan awal medannya lumayan berat karena menanjak dengan rata-rata kemiringan 25-35 derajad, jadi dengan berat hati si Noe [salah satu rekan kami] minta ditinggalkan saja karena sesak nafasnya tidak bisa diajak kompromi lagi, dan ditemani si Yoesi yang legowo gak ikutan sampai puncak karena dia sudah pernah ke Ijen sebelumnya. Beberapa Ibu-ibu [istri karyawan Perhutani] juga ada yang give up setelah menempuh perjalanan sekitar 1 Km. Dalam perjalanan menuju kawah Ijen, beberapa kali kami berhenti untuk menstabilkan nafas beberapa menit saja karena jika terlalu lama bisa kesiangan dan akibatnya semburan asap belerang semakin banyak.
Sebagian Rute ke Kawah Ijen
Sambil ngobrol ngalor-ngidul dengan teman baru [salah satu karyawan perhutani] yang bercerita tentang the real adventure di Kawah Ijen hendaknya start perjalanan tengah malam atau camping kalau pengen all out menikmati pesona kawah ijen. Dengan berangkat saat jelang dini hari maka akan sampai di puncak kawah Ijen saat masih sepi dari semburan asap belerang dan sekaligus bisa menyaksikan fenomena langka BLUE FIRE. Resikonya ya harus tahan dingin karena saat malam sampai pagi menjelang suhunya bisa menyamai suhu air membeku dan di puncak musim dingin bisa mencapai lebih dari -10 derajat Celcius!
View di kanan - kiri menuju Kawah Ijen
Di sisi kanan dan kiri lereng gunung dominan oleh tumbuhan cemara gunung dan ada bukit kayak di pilem Teletubbies yang tak kalah indahnya dengan di Bromo. Di sepanjang perjalanan kami berpapasan dengan para penambang belerang yang memikul belerang dari kawah dengan berat berkisar 70 – 90 Kg! Saat sempat bisa menjajari salah satu penambang, saya mendapat cerita katanya dalam sehari para penambang itu dua kali naik- turun dengan membawa pikulan belerang seberat itu sodara!
Mereka menggunakan trik: saat naik langsung membawa 2 pasang keranjang kosong yang silih berganti diisi belerang kemudian dinaikkan bergantian. Setelah target hasil tambang tercapai, baru mereka membawanya turun ke pos penimbangan dengan dua kali perjalanan turun. Luar biasanya lagi, harga 1 Kg belerang  600an Rupiah [gak sampai Rp.700,-.] Jadi sekali angkut, mereka memperoleh penghasilan sekitar 50 ribu. Jadi jika ada turis yang membutuhkan jasa angkut untuk anak-anaknya, ya para penambang belerang itu dengan senang hati milih untuk memikul anak turis bule. Lha ongkosnya bisa mencapai 500an ribu tuh.
Here I'm.....
Setelah ngos-ngosan meniti Perjalanan mendaki sejauh 3Km dan butuh waktu hampir 2 jam karena mandeg-mandeg mulu dan bersemangat lagi karena malu manakala melihat para penambang yang enjoy saja memikul belerang dari kawah ijen, finally kami berlima sukses sampai di puncak Kawah Ijen. Dan satu lagi pembuktian, penampakan dua puncak gunung yang setiap hari saya lihat dari kantor dan saya anggap sebagai kawah Ijen, ternyata bukan.
Penemuan terbesar di dunia: WC emergency
Begitu sampai di puncak, barulah saya tahu kalau letak kawah Ijen justru gak terlihat dari bawah melainkan berada diantara kaki gunung Raung dan Gunung Merapi, dua puncak gunung masih jauh dari Kawah Ijen.


Sukses sampai di Kawah Ijen bersama tongkat sakti
Untuk bisa berada sedemikian dekat dengan Kawah Ijen yang berada pada 2.384 mdpl membutuhkan perjuangan yang berat jadi harus dinikmati dulu dunk segenap penjuru kawah Ijen. Danau Kawah Ijen memiliki diameter 6 Km, kedalaman danau 200an meter dan luas hampir 50 Hektar dengan bentuknya yang lonjong seperti elip dengan daerah pembuangan air danau terletak sebelah barat yang merupakan hulu sungai Banyu Pahit dan Banyu Putih.
Danaunya samar-samar tertutup asap belerang
Sayangnya ketika saya sampai di atas semburan belerang sudah mulai banyak sehingga panorama danau asam yang konon ceritanya dari teman-teman yang sudah pernah melihatnya berwarna hijau tosca yang sangat indah mentakjubkan.
M0de Zoom shoot
Di sepanjang bibir kawah menyuguhkan gradasi ukiran permukaan tanah dengan kombinasi warna abu-abu dan kuning keemasan serta hitam, yang demikian dramatis keelokannya merupakan keunikan terwakili oleh kata-kata. Dan diantara keindahan alam yang mempesona tersebut, ada geliat kehidupan yang tak kalah “dramatisnya’ yaitu potret kehidupan para penambang batu belerang. Dari bibir kawah itulah pula para penambang setiap hari naik turun untuk mengambil belerang dengan tingkat resiko yang sangat tinggi mengingat produksi terbesar kawah Ijen adalah belerang dan Asam Klorida terbesar di dunia. Para Penambang itu menempuh jalan setapak yang terjal dan harus siap melawan semburan asap zat asam untuk mengambil belerang.
Para Penambang Sulfur
Melihat dan membayangkan ealitas kehidupan para penambang secara langsung di kawah Ijen sungguh merupakan salah satu sisi buram kehidupan di negeri ini. Proses penambangan belerang yang sangat tradisional dimana pengangkutannya dengan cara dipikul tenaga manusia dan inilah penambangan tradisional yang hanya terdapat di Indonesia yaitu di Welirang dan Ijen. Tempat pengambilan belerang terdapat di dasar  kawah yang sejajar dengan permukaan danau, sehingga bisa dibayangkan seberapa tinggi tingkat resiko yang setiap hari harus dihadapi para penambang belerang.
Iring-iringan penambang belerang menuruni sisi perbukitan
Dari penuturan salah satu bapak penambang yang sempat kami ajak bincang-bincang santai, mereka mengambil batu-batuan belerang yang dipecah-pecah dengan bantuan alat linggis dan kemudian langsung diangkut menggunakan keranjang. Para penambang mengangkut belerang dengan melalui dinding kaldera yang curam untuk kemudian dibawanya menuruni gunung sejauh tiga kilometer. Hingga sampai di pos timbang atau yang biasa disebut sebagai Pos Bundar. Di pos ini para penambang menimbang belerang yang berhasil dipikulnya dan mendapatkan secarik kertas tentang muatan dan nilainya, baru kemudian bukti kertas tersebut di-uang-kan.
Souvenir berbahan Sulfur didekat Pos Bundar
Semakin beranjak siang, para penambang pun semakin sedikit jumlahnya. Dan semburan asap belerang pun semakin mengganggu pernapasan walaupun kami sudah mengenakan masker. Ditambah lagi langit sudah mulai dihiasi awan, maklum kala kesana di bulan Januari yang  masih tinggi curah hujan, jika tidak segera turun harus bersiap kehujanan. Dan pastinya kami tidak ada yang bawa jas hujan maupun payung, kan mbolang gak mau repot namanya. Kalau sekedar diri yang kehujanan sih masih bisa enjoy menikmati guyuran air hujan, tapi kami masih tidak ikhlas jika HP dan Kamera kami sukses kehujanan dunk? Jadi ya kami harus menggunakan speed jalan kaki lebih cepat berlomba dengan rintik-rintik gerimis yang mulai turun berirama. Oia, ternyata si Noe yang ditemani Yoesi bisa sampai juga di pos terakhir batas pendakian [yang masih berjarak sekitar 500 meter untuk sampai kawah Ijen], sehingga lengkap lagi deh formasi 7 Bidadari dalam jelajah Pesona Wisata Kawah Ijen.

Rute turun memang lebih ringan tapi juga beresiko merosot bagai main seluncuran air karena struktur tanahnya juga berpasir sehingga tetap harus hati-hati saat menempuh perjalanan baliknya. Dan jika ingin membawa oleh-oleh aneka model belerang, harganya murah meriah. Kalau bisa nawar ala ibu-ibu, untuk ukuran yang kecil bisalah tuh 10 ribu dapat 6 biji. Tapi sebaiknya siapkan tempat khusus yang bisa mencegah belerang terkena goncangan baik saat perjalanan turun maupun ketika dalam perjalanan di kendaraan karena meskipun belerang souvenir sudah dalam kondisi padatan membeku tapi tetap bersifat fragile. Tapi ya gak apa-apa sih jika mau me-Reform sendiri sesamai di rumah. Kan tinggal dididihkan lagi tuh serpihan belerangnya dan dituangkan dalam cetakan yang diinginkan.
Another View Of Teletubbies Hill
Nah, bagi yang penasaran untuk melakukan Pesona Wisata Kawah Ijen secara totally silahkan rencanakan ke Kawah Ijen dengan start dari Paltuding menjelang dini hari dan pada bulan Agustus-September sehingga bisa melihat Blue Fire, fantastisnya danau di kawah Ijen dan bisa melihat mekarnya bunga Edelwiss saat perjalanan turunnya. Jika waktunya masih longgar bisa juga mampir ke perbukitan Teletubbies  dan sapa tahu bisa berpelukan dengan Lala, Pooh, Tingki, Dipsy dan Winkie...lho?



Ririe Khayan

Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com

56 comments:

  1. wah kalo gitu mendingan kesana aja ya
    tak buka lapak panggul anak bule bisa cepet kaya tuh. sehari dapat 2 rit udah cukup...

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahaha
      XD
      anak manusia diukur pake rit. XD
      Masalahnya, kalo buka usaha nggendong anak bule, bulenya tiap hari ada?
      Lumayan juga nih, kalo tiap hari ada bule yg naik sambil bawa anak. XD

      Delete
    2. ya kalau gak ada bule yg naik bawa Anak, kaish tumpangan grats saja pd yg gak kuat jalan di tanjakan tuh, hehehe

      Delete
    3. wah sedap sekali pemandangan yang indah di Kawah Ijen ini. Hiks jadi ingat masa SMA ku yang sangat minim traveling ke kawasan seperti Kawah Ijen ini. Saya dulu tamat SMA era taon 1989 cuma mampir ke daerah Puncak, dan Purwakarta (Bandung Utara) aja sudah senengnya bukan main hiheiieiehiee. Kapan ya bisa ke Kawah Ijen, Hmmmmmmm

      Delete
  2. berpelukan... :p
    nama bukit yg aneh, teletubbies. Hoehehe.
    Duh, enaknya jalan2 sama temen, enaknya dapet gratisan karcis. @__@
    Next time jalan2nya sama misua tercinta donk mbak? hihihi. :D
    Bukannya sulfur tu bau menyengat ya? Paltuding apaan sih, nama tempat ya? au ah kepo nih.
    Have a nice day mbak Rie, wherever you are. ~,~

    ReplyDelete
    Replies
    1. lha, penampakannya ada kemiripan sama bukit d teletubbies tuh.

      klo mbolang sama suami, hehehhee..kayaknya harus extra rayuan pulau kelapa neh, lha suami tipikal orang rumahan, gak suka mbolang neh

      #Paltuding itu nama post terakhir sebelum rute menuju Kawah Ijen

      Delete
  3. Emang mirip perbukitan teletubbies ya rie.. Hahaha..

    Aduh subhanallah, indah bgt pemandangannya... Membaca ttg perjuangan penampang belerang, luar biasa ya... Aku baru tau loh Rie, ada kerajinan tangan dari belerang itu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. ohhiya Rie... yg greenpensieve di wordpress itu emang baru sih.. tapi ndak terlalu sering diisi.. cuma coba2 menulis di wordpress aja, Rie.. hehe

      Delete
    2. Sebelumnya saya tahu ya dr teman yg sdh lbh dulu ke Kawah ijen, dia cerita klo ada yg jual souvenir berbahan belerang di kawah ijen

      # Sip, mantap Mbak, bikin blog baru yg lbh spesifik contentnya neh. Sukses selalu ya mbak

      Delete
  4. ohh ini ya yang tertulis di kostumnya Arema Indonesia.
    belum pernah kesana. terasa jauh sekali sekarang. abot mbak, nek wis keluarga kaya ngene.

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau pak zach mah sdh bejibun mengalami dan mnikmati petualangan di alam bebas.

      Delete
    2. kang zach di alam bebaassss.....

      Delete
  5. waaah seru yaa...
    pengen maen ke sana aah kalo bsk pulang....
    :)

    brp jam ya dari Magelang..?

    ReplyDelete
    Replies
    1. magelang jogya sekira 3-4 jam kan?
      Jogya - bwi = sekira 14 jam [klo lancar]
      Bwi- Ijen = 20 Km, kira-kira 1-2 jam

      Silahkan dihitung yaaa

      Delete
  6. ada pondok wisata dan canteen nya, menu makannya asik sekali.

    ReplyDelete
  7. belom pernah ke sini aaaaaaakkkk *acak2 blognya

    ReplyDelete
  8. Telletubbies hill nya bagus :)

    ReplyDelete
  9. ane sendiri orang bwi asli belum pernah berkunjung kesini :D

    ReplyDelete
  10. ngajak suami ah pas hari libur kesana...hehe

    ReplyDelete
  11. wC emergency..benar-benar penemuan yang luarbiasa :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahhaa....ngalahn penemuan columbus ya bang

      Delete
  12. widih bagus banget nih tempatnya.... selalu kagum banget dengan Indonesia. keliling keliling indonesia bisa ga selesai selesai ya.. catet juga biar bisa jadi mimpi dulu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. keliling Indonesia bisa seumur hiudp gak tuntas kal ya mas

      Delete
  13. Kawah Injen lain dari yang lain, ya. Untuk melihatnya harus naik dulu, 3km booooo. :)

    Terus, kamu beli si kucing yang imut itu gak, Mba. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. gue gak beli kucing imutnya, gak bisa mbawain dengan uth sampai rumah sist. Lha perjalanan baliknya rentan keprosot dan klo kena goncangan..mudah pecah berantakan tuh si kucing

      Delete
  14. wow .. foto fotonya , cantik mbak :)

    aku pernah nonton dokumentasi ttg penambang ini mbak di TV lokal sini

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya juga pertama kali tahu ttg penambang batu bara ini dr reportase di TV mbak

      Delete
  15. Pesona alam yang sangat luar biasa sekali,

    ReplyDelete
  16. Pesona ijen memang tiada habisnya, sayang sekali saya menyianyiakan waktu dan tempat yang sangat dekat dengan ijen. Saya belum pernah ke sana mbak, entah kenapa kalau dengan hawa dingin saya jadi males

    ReplyDelete
    Replies
    1. waaa...sayang banget ya klo gk bisa kompromi dengan hawa dingin.

      Delete
  17. Buat Photo Pre wedding bagus kayaknya :D hahaha

    ReplyDelete
  18. seru rie, pasti ngos2an ya begitu sampe atas, tapi dirimu kelihatan ceria tuh,,,jadi pengen juga...:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. totally seru bangets mbak, yukkk ke kawah Ijen. Atau nti jelang akhir tahun ada even Tour De Ijen tingkat internasional

      Delete
  19. weew....
    perasaan di kamarku jadi dingin banget deh,,
    abis lihat foto ada banyak kabutnya gitu.. hehehehe

    di Jawa Timur yah?
    Aku baru cuma ke Gunung Tengger... Next, pengen lihat danau Ranu Kumbolo.
    Ammiinnn....

    ReplyDelete
    Replies
    1. weew....aku blm ke tengger, belum ke Ranu Kumbolo.

      Delete
  20. bagusnyaaa pemandangannya, mba. moga menangggg :D

    ReplyDelete
  21. Wah kalau lihat kawah ijen, rindu rasanya sama kampung halaman Ï‘Ä­ Banyuwangi, Mbak Rie2, ªķku̶̲̥̅̊ ke ijen 2 kali Mbak, sama teman2 dan tak lupa pulangnya bawa belerang hiasan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. keren tuuh bisa mbawa belerang hiasan dgn utuh dan selamat sampai rumah. Pny teman saya kmrn udah hancur pas di belokan di kelepeleset deh

      Delete
  22. cie ... akhirnya ke sono juga ente mba ... lagi nyok ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyeee..nunggu dikau kelamaan gak brgkt ke ijen deh

      Delete
  23. saya pernah ke kawah ijwn, perjuangannya luar biasa, rencana camping di bukitnya, eh malah ujan, jadi kita campingnya di dalam mushola itu.hahahahaa...


    Mbak ayok ikutan Giveaway pertama saya
    http://arrrian.blogspot.com/2013/06/arr-rians-giveaway.html

    ReplyDelete
    Replies
    1. camping di Musholla? itu mah bukan kemping namanya bro

      #Oke, semoga bisa ikutan yaa

      Delete
  24. keren ya pemandangannya... bisa di jadiin salah satu tujuan petualangan berikutnya niih :D

    ReplyDelete
  25. serunya,,berpetualang terus,,,

    ReplyDelete

Leave a comment or just be silent reader, still thank you so much.
Terima kasih telah singgah di Kidung Kinanthi.
Mohon maaf, atas ketidaknyamanan MODERASI Komentar.

Maaf ya, komentar yang terindikasi SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublikasikan.

So, be wise and stay friendly.