Moment Idhul fitri yang dinanti-nanti penuh suka cita, menuai kebersamaan dengan segenap keluarga yang sehari-hari terpisah kerana menti jalan takdirnya masing-masing. Libur lebaran beberapa hari untuk mengulang euforia dikala kebersamaan masih melingkari setiap hela nafas kita. One of the special great things saat momentum lebaran adalah bisa menikmati tiap alunan detik bersama orang-orang yang sbeelum-sebelumnya menjalani waktu bersama, tumbuh bersama, bermain bersama dan sesekali bertengkar untuk kemudian akur lagi main di sungai, menggembala, mencari rumput atau main layang dan sekian memory yang terlipat dalam lembaran waktu yang sudah menepi. Dan Bismilllahirrahmaanirrahiim meski lebaran tahun ini tidak selengkap tahun kemarin, karena alasan yang confidential sehingga 3 kakak saya harus men-delay mudiknya di luar Idhul fitri. Meski demikian tetap lebaran yang indah dan semarak, terlebih lagi raya masih punya orang tua yang lengkap. Rasa syukur dan harap semoga kedua orang tua saya diberikan panjang umur dan kesehatan untuk bertemu banyak Ramadhan lagi bersama-sama anak –anak beserta cucu-cucunya.
Aroma lebaran rasanya masih pekat, ketupat lebaran pun belum dibikin di rumah saat kemarin sore saya pamitan untuk kembali mencari sesuap nasi dan sebakul berlian. Yang membuat semakin terasa berat untuk bernagkat adalah karena kondisi Bapak yang belum pulih. Ceritanya setelah acara sungkeman, menjelang tengah hari Andri [salah satu cucu] melihat keanehan diwajah Mbah kakungnya yaitu bagian kiri wajahnya mengalami asimetris mirip orang terkena stroke [wajahnya jadi menceng]. Awalnya Bapak saya hanya mengeluhkan sakit pada rahang bawah sebelah kiri yang dikiranya karena giginya yg tinggal beberapa buah sedang sakit gigi. Karena hari H lebaran dan memang lokasi di desa, sehingga yang siaga ya Puskesmas. Akhirnya di bawa ke RS di Babat dan dari hasil diagnosa [sementara] kata dokter Bapak saya terkena Bell’s Palsy atau idiopathic facial paralysis dan untuk pemeriksaan serta perawatan lebih lanjut minggu depan dengan dokter syaraf. Sangat jelas saya tidak tahu tentang jenis penyakit Bell pesly, bukan hanya karena awam dengan ilmu kedokteran tapi ini juga kali pertama saya mendengar nama penyakit tersebut.
Pinjam gambar dari SINI |
Dari hasil gugling, saya memperoleh informasi tentang apa, kenapa dan bagaimana Bell’s Palsy, berikut ini saya copas dari wikipedia:
“Bell's palsy adalah nama penyakit yang menyerang saraf wajah hingga menyebabkan kelumpuhan otot pada salah satu sisi wajah. Terjadi disfungsi syaraf VII (syaraf fascialis). Berbeda dengan stroke, kelumpuhan pada sisi wajah ditandai dengan kesulitan: menggerakkan sebagian otot wajah, seperti mata tidak bisa menutup, tidak bisa meniup, dsb. Beberapa ahli menyatakan penyebab Bell's Palsy berupa virus herpes yang membuat syaraf menjadi bengkak akibat infeksi. Metode pengobatan berupa obat-obatan jenissteroid dapat mengurangi pembengkakan. Kata Bell's Palsy diambil dari nama seorang dokter dari abad 19, Sir Charles Bell, orang pertama yang menjelaskan kondisi ini dan menghubungkan dengan kelainan pada sarah wajah".
Bell’s Palsy bisa menyerang semua usia dan semua jenis kelamin, dimana penyebab pasti serangan Bells Palsy tidak diketahui secara pasti. Dugaan sementara Bells Palsy disebabkan oleh virus, ada juga kajian menyatakan jika Bells Palsy bisa dipicu oleh trauma (stres fisik), dan faktor lingkungan (udara dingin). Sudah banyak yang pernah mengalaminya, catatan medis menunjukkan rata-rata 40.000 orang Amerika terkena Bell’s Pasly. Perempuan hamil berpotensi 3 x lipat dibandingkan wanita yang tidak hamil. Penderita diabetes, perokok, pengguna obat-obatan sejenis stereoid berpeluang 4x lebih mudah terserang Bell’s Palsy dan. Sebagian yang mengalami penyakit ini bisa sembuh total, dan sebagian tidak bisa alias wajahnya tetap menceng. Untuk informasi lebih detail, silahan di gugling artikel terkait dengan Bell’s Palsy ini.
Saat saya berangkat, kondisi Bapak memang belum pulih total tapi Alhamdulillah sudah bisa ditinggal balik anak-anaknya. Besok anak bungsunya [adik saya] yang akan melanjutkan tugas berikutnya, yaitu membawa ke dokter syaraf. Saat Bapak di bawa ke RS, tiba-tiba adik saya telpon Andri [maklum dia sedang di rumah mertuanya jadi tidak bisa merayakan lebaran bersamaan juga]. Makanya Andri pas sampai rumah langsung tanya apa saya ngabari Si Om-nya? Karena saat itu memang belum ada yang ngabari saudara-saudara yang gak bisa mudik lebaran, masih menunggu hasil dari RS. Mungkin itulah vibrasi hubungan anak dan orang tua , saat ada kondisi yang tidak stabil akan ada gelombang ajaib yang mengabarkan pada anak/orang tua. Oh ya, karena Bapak saya itu tipe orang yang ‘cerewet’ saat sakit, maka kemarin saya wanti-wanti: “ njenengan kedah siyam ngomong Pak, menawi kathah ngomong gerahipun lami sarase ~ Bapak harus ‘puasa’ bicara, kalau tetap banyak bicara maka sakitnya bisa lama baru sembuh” Dan selain itu, saat ke dokter pun minta dengan sangat agar memberi ‘ultimatum’ pada Bapak untuk prei merokok dan minum kopi. Adat orang tua kan susah kalau dibilangin oleh anaknya, jadi harus minta bantuan the expert-nya: Dokter!
Semoga kita lebih aware terhadap kesehatan diri, karena bahkan hal-hal yang kita anggap ‘biasa’ pun bisa menjadi penyebab ketidakstabilan bagi kesehatan diri kita. Maaf, saya TIDAK bisa menampilkan kondisi wajah Bapak yang saat ini menceng dan mohon doanya agar kondisi Bapak bisa segera membaik.
Sumber :
http://www.ihnigmuh.com/ [untuk pinjam gambarnya]