Nostalgia [dengan] Rujak Cingur

Salah satu kuliner khas Jawa Timur, khususnya Surabaya  adalah rujak cingur. Yang ngaku Arek Suroboyo tentu kenal keunikan cita rasa Rujak cingur. Kuliner jenis rujak yang menggunakan primadona: CINGUR ~ BIBIR sapi yang dicampuradukkan dengan bahan rujak lainnya: aneka sayur dan bebuahan. 

Pengennya makan rujak cingur sih karena ngidam *ngarep banget* tapi untuk kali ini penyebabnya masih belum karena ngidam. Bismillahirrahmaanirrahiim, sudah sejak lama tumbuh benih-benih kerinduan untuk menikmati sensasi makan rujak cingur nan pedas dan menguras keringat. Kali terakhir melahap rujak cingur, sekitar 4-5 tahun lalu, pas lagi di Surabaya. Pas laper, pas ada teman yang ngiming-iming rujak cingur yang konon katanya super cethar membahana. Yang saya ingat sih gak jauh-jauh dari daerah Pagesangan, lupa alias gak inget persisnya dimana.   

Sebenarnya sejak pindah ke Jogya, sudah dicritani oleh Kangmas Abi tentang keberadaan salah satu warung yang jualan rujak cingur di Jogya yaitu Jalan Magelang KM. 5 - Sleman. Sebenarnya ya gak jauh-jauh dari rumah tapi belum kesampaian. Lha beberapa kali menyiapkan diri untuk menyantap rujak cingur Jawa Timur versi Yogyakarta, ndilalah pas tutup.  

Alhamdulillah, dalam perjalanan dari Solo - Jogya menemukan obat kangen terhadap rujak cingur. Tepatnya, saat singgah untuk makan siang di food court sebuah mall di Solo (sekalian Aida belanja bulanan untuk di asrama), terdapat sebuah stand yang menyediakan menu rujak cingur. Tanpa pikar-pikir lagi, saya langsung memutuskan pilih rujak cingur. 

Tidak lebih dari sepuluh menit, seporsi rujak cingur pedas (harganya  Rp. 21.000 include sebotol teh isi 330 ml), sudah terhidang di depan saya. Racikan kuliner yang terdiri dari irisan bengkuang, mentimun, kedongdong, mangga, tahu goreng, tempe goreng, lontong, kangkung+kacang panjang rebus, KRUPUK dan pastinya slice cingur yang memantapkan kesedapan rasa menu ala campur-campur aduk tersebut. Oia…..bumbu rujaknya yang semerbak oleh aroma petis, hhemmmm……bikin ngiler deh pokoknya. 
Rujak Cingur Versi Solo (Karena belinya di Solo)
Sajian seporsi rujak cingur pedas pun dengan cepat kandas. Suami hanya kebagian incip-incip seseondok doang deh. Karena kepedasan, nasi goreng suami tuh yang jadi korban untuk meredakan lidah yang huwah-huwah kepedasan. 

Saya pribadi, mengingat bisanya bikin makanan demi sebatas asal-asalan: Asal tidak meracuni, Asal jadi dan asal bisa dimakan. Untuk membuat Rujak cingur harusnya sih bisa, walaupun kemungkinan besar rasanya [awal-awal trial –eror] bakal kacau balau. Intinya orang masak itu kan HANYA karen mau mencoba [imajinasi] untuk mix and macth bahan-bahan untuk masak. 

Makanya, makanan yang terkenal dengan nama seleb RUJAK Cingur ini termasuk model makanan yang memberikan kelonggaran untuk mengeluarkan segenap daya imajinasi, inovasi dan kreatifitas. 

At least, sewaktu masih tinggal di Muncar – Banyuwangi dulu cukup makan rujak cingur rame-rame. Penjual rujak cingur yang terkenal di Muncar adalah di Jalan Bayangkara [ tapi lupa namanya dan saat belum kepikiran untuk moto-moto jugak]. Yang jelas, kalau sudah merasa ‘waleh’ dengan menu dapur kantor, salah satu variasi makanan yang jadi favorit adalah rujak cingur yang kala itu harganya masih Rp. 8000,- sudah paket lengkap dengan Krupuk Udang dan sebutir telur asin.

Tulisan saya kali ini buakn dalam rangka cerita wisata kuliner atau pun karena saya sukses coba-mencoba bikin rujak cingur lho? Sekedar pengen cerita betapa excitednya saya karena bisa menikmati rujak cingur lagi, setalah berabad-abad rasanya saat terakhir menyantap rujak cingur di Surabaya. Kalau boleh jujur sih, rasanya memang gak sama banget seperti rujak cingur yang dulu biasa saya makan di Muncar atau pun saat di Surabaya. Atau mungkin karena kelamaan tidak makan rujak cingur, sehingga indera perasa saya mengalami sedikit bias akan keaslian rujak cingur ya?

Next time, pengen deh nyobain bikin rujak cingur sendiri. Kan pas dulu di Muncar, saya suka merhatiin racikan bahan-bahan yang di uleg oleh si Ibu penjual Rujak cingur di Jalan Bayangkara. Seperti yang saya pedomani dalam membuat makanan jenis apapun, bahwa pada dasarnya meracik bumbu dan bahan untuk suatu jenis makanan itu sifatnya relatif dan  bukan absolut. Dalam proses memasak, kita bisa bereksperimen dan berimprovisasi layaknya saat merangkai huruf-huruf demi hingga tersusun kata, kalimat, paragraf dan postingan.

Untuk meracik bumbu untuk membuat “sauce” rujak cingur, saya masih ingat bahan dasar/utamanya yaitu: petis udang,  cabe rawit (sesuai selera), kacang tanah goreng, air asam jawa (Ibu saya menyebut asam jawa = asam kawak), pisang klutuk, garam secukupnya, gula merah/jawa/aren/bathok secukupnya, air secukupnya. Ada juga yang pakai terasi untuk melengkapi bumbu rujak ini. Tapi kalau saya, prefer pilih salah satu: petis atau trasi saja, agar rasanya lebih jelas dan tegas. Semua bahan tersebut di uleg hingga halus, kemudian dicampurkan dengan bahan yang akan dijadikan rujaknya.

Pada umumnya, bahan/makanan yang dibuat rujak sifatnya variable. Sah-sah saja mau mencampur-adukkan bahan yang akan di rujak. 
Selain lontong, tahu goreng, tempe goreng, maka aneka sayuran rebus (kankung, bayem, kacang panjang, daun ketela, sayuran lainnya) dan jenis bebuahan yang umumnya dibuat rujak antara lain: nanas, bengkoang, mentimun (krai), kedondong, belimbing, mangga, dan buah lainnya juga bisa, selama buah tersebut menurut anda maknyus kalau disajikan untuk rujak cingur ataupun jenis rujak uleg lainnya.
Ini BUKAN Rujak Cingur, Tapi RUJAK SOTO (kuliner khas Banyuwangi)
Yang pasti, rujak Cingur merupakan salah satu jenis kuliner yang memungkinkan kita mengeksplorasi kreatifitas dan imajinasi. 
Mau pakai imajinai yang wild, semisal menambahkan pare untuk mendampingi cingur juga bisa kok *saran orang yang gak lulus jadi chef*. Tak hanya jenis sayuran dan buah yang bisa di kombinasikan sesuai selera, tapi jenis lauknya juga bisa bervariable kok. Selain cingur, tempe dan tahu goreng, seperti saya ceritakan di atas kalau telur asin dan jenis protein hewani lainnya juga suitable untuk pelengkap rujak cingur. 

Nah, sebelum saya makin ngaco ngasih saran soal bikin rujak cingur yang asal apalah-apalah yang penting jadi rujak, yang ada saya malah dapat protes para food blogger dan komunitas kuliner kalinnya neh. 
Barangkali, ada yang tertarik untuk uji coba membuat rujak cingur ala your own recipe? Atau jenis makanan rujak lainnya mungkin?
Atau, dakah yang suka makan rujak cingur atau rujak jenis lainnya?
Kalau saya sih, jadi jalan-jalan ke Surabaya dan makan rujak cingur asli Suroboyo versi Suroboyo.   

Ririe Khayan

Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com

21 comments:

  1. Rujak soto? baru kali ini dengan. pengen coba rujak soto

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rujak soto merupakan gabungan Rujak + dikasih kuah soto. salah satu Menu kuliner khas di Banyuwangi

      Delete
  2. rujak tapi kok pakai kerupuk ya mbk?enak yah mbak itu?pasti rasanya banyak ya alias aneka rasa..lumayan juga harganya 21rebu ya mbak,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau di Jawa timur, sdh umum makan rujak dilengkapi dengan krupuk lohh

      Delete
  3. Heu, memang terlalu itu mah rujak teh meuni banyak kuahnya kaya soto :D
    memang sih untuk menyajikan sesuatu itu awalnya pasti asal"an tapi saya mah yakin rujak cingur ala teteh mah pasti akan lebih berbeda, lebih tegas ke soto. :D viss

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau yg di bawah itu mah rujak yang dimixed dengan soto Mas

      Delete
  4. cocok nih sambil ngabisin rujaknya sambil nyanyi rujak cingur rujake wong suroboyo mbak :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. ayo nyanyi rame-rame, rujak cingur rujake arek suroboyo *penciptanya siapa lagu itu?*

      Delete
  5. wah, saya baru denger mbak ada rujak soto, kalo ditempat kami rujak kacang namanya :) hehehe penasqran sama rujak cinggur dan soto nya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pada dasarnya juga menggunakan bahan kacang tanah utk bumbu rujaknya mas. Namanya juga kuliner daerah, biasanya mmg punya nama yg unik

      Delete
  6. Saya mau nyobain rujak cingur Mbak, belum pernah coba ya, dan baru tau ya, wah kayaknya sedap tuh ya rujak cingur kerupuk udang dan telor asin... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya MAs, rujak cingur +telur asin dan kerupuk udang, di santap saat siang hari...mantabs

      Delete
  7. Rujak cingur pengen banget nyoba..dikota saya gak ada mbak :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Silahkan mencoba Mbak, krn pada dasarnya bumbu rujak itu ya mudah didapatkan dimana-mana kok, selama masih di Asia Tenggara

      Delete
  8. Aah, jadi inget pertamakali makan rujak cingur sama Mbak Yuni. :D

    Skrg makin rajin masak nih yaaa. . .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masaknya ala-ala bisa dimakan dan gak bikin keracunan sajo dhek bro

      Delete
  9. Belum pernah nyobain rujak cingur
    rasa'a kaya rujak biasa gak tuh mba?

    ReplyDelete
  10. mbak ngambil angle foto nya kereeen deh.
    silakan mampir ke rumah pena ku yaa mbak :)
    http://giasittighaliyah.blogspot.co.id/2015/11/idvolunteeringhub-bukan-sekadar.html

    ReplyDelete
  11. Jamal sebelah mana ya? Kok belum pernah? Minggu lalu beli di Jl Godean 22rb, mihil.

    ReplyDelete

Leave a comment or just be silent reader, still thank you so much.
Terima kasih telah singgah di Kidung Kinanthi.
Mohon maaf, atas ketidaknyamanan MODERASI Komentar.

Maaf ya, komentar yang terindikasi SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublikasikan.

So, be wise and stay friendly.