Mengenalkan ISU GENDER pada anak

Mengenalkan ISU GENDER pada anak? Ehmmm….sebenarnya complicated topic dan butuh waktu yang tidak sebentar meski hanya sekedar mengenalkan [dulu] pada anak-anak. Mengenalkan ISU Gender sama artinya saya mengenalkan sesuatu yang abstrak untuk Azka ~ Anak usia 10 tahun. Tapi Kami Bismillahirrahmaanirrahiim harus mulai melakukannya secara learning by doing karena saya juga hanya seorang Emak yang belajar dari anak-anak bagaimana sebaiknya menjadi Emak yang lebih baik dari hari ke hari. 

ISU gender adalah fenomena sosial yang dihasilkan oleh konstruksi dari lingkungan, adat istiadat, budaya, politik, ekonomi, interaksi/pengaruh sosial, opini publik, politik, media,  pendidikan, juga harapan-harapan orang dewasa (ortu)  yang diopinikan sejak masih dalam kandungan. Semisal: 
  1. kalau calon DeBay cowok nanti bajunya gak boleh warna pink ( memangnya ada hukum yang mengatur warna pakaian tertentu hanya bisa dipakai oleh anak cowok/cewek?)
  2. Jika DekBay cewek, nanti mainnya boneka-bonekaan saja, gak usah mainan bola atau mobil-mobilan ya? (padahal cewek juga bisa kan jadi pembalap, kenapa didoktrinkan gak boleh main mobil-mobilan cobak?)
  3. Atau, bagi yang pernah mengikuti/melihat acara turun tanah ketika anak usia 7 bulan. Ada kan yang membuat list kalau anak cewek dikasih pilihan harus A,B,C, dst. Dan kalau anaknya cowok pilihan mainannya i,u,e,o dst.
Isu gender pada umumnya masih banyak dipahami sebagai tuntutan kesetaraan hak dari kaum perempuan/wanita agar setara (equal) dengan laki-laki. Padahal isu gender adalah problematika sosial (ISU GLOBAL) yang dihadapi oleh semua negara yang ada di muka bumi ini (dan jika ada peradaban luar angkasa, bisa jadi memilki problematika yang serupa tapi istilahnya berbeda kali ya?). 

Saya akui, metode learning by doing merupakan salah satu cara edukasi yang cukup efektif dan bisa meresapkan kesan yang akan berkembang pada penalaran bahwa Isu Gender tidak melulu terkait soal kesetaraan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan, TAPI LEBIH LUAS DAN KOMPLEKS karena sebenarnya Isu gender merupakan persoalan kesenjangan dan ketidaksetaraan pada semua aspek kehidupan. 
Kaya VS miskin
Minoritas VS mayoritas
Superioritas Vs Inferior
Senior Vs Junior
Maju VS terbelakang
Sekolah Unggulan VS Sekolah Inpres; de-el-el
Dan berbagai isu yang terjadi akibat kesenjangan antara satu golongan/kelompok masyarakat terhadap kelompok.golongan lainnya.

ISU Gender akan (masih) menjadi masalah jika kaya meremehkan yang miskin, mayoritas menekan minoritas, anak sekolah unggulan meremehkan anak yang sekolah biasa, laki-laki lebih dominan dari perempuan, pihak penguasa yang otoriter terhadap rakyat, yang kuat menindas yang lemah, dsb. Jadi Isu Gender akan ada sepanjang masih ada kehidupan 


Singkat cerita, saya hanya ingin menyatakan opini jika melakukan pekerjaan rumah tak hanya harus dikenalkan pada anak-anak perempuan. Anak cowok pun wajib bisa dan MAU mengerjakan pekerjaan rumah. Sebagai Emak acak kadut, mengkonstruksi skenario agar anak laki-laki mau turun tangan membantu mengerjakan pekerjaan rumah, at least mengerjakan keperluan untuk dirinya sendiri tentu merupakan tantangan yang unik dan menarik. Awalnya Azka memang mengajukan semacam komplain “merasa” sebagai anak laki-laki kenapa mengerjakan pekerjaan rumah? Mencuci piring, beberes kamar dan sejenisnya adalah dunianya anak perempuan. Sedikit dengan sedikit saya memberikan penjelasan sambil praktek langsung saat momentnya pas. Agar tidak merasa disuruh-suruh banget, saya siasati dengan memulai pekerjaan rumah yang paling dekat dengan dirinya yaitu mencuci botol minum yang setiap hari dibawa ke sekolah. Pulang sekolah botol minum diisi dulu dengan SABUN CUCI PIRING dan sorenya dicuci/bilas hingga bau sisa minuman hilang deh.

So far, meski belum ajeg dilakukan tapi setidaknya saya mendapati jika Azka kini memiliki pemhaman jika melakukan pekerjaan rumah: mencuci piring dan menyapu itu bukan pekrjaan yang identik dengan “kodrat” wanita, melainkan pekerjaan yang bisa dilakukan oleh semua jenis kelamin. 

Jadi, siapa yang masih menganggap kalau Isu gender semata hanya menyoal tentang permasalahan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan?

Ririe Khayan

Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com

4 comments:

  1. jadi inget masa kecil, saya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aiiih, Pak Zach muncul neh. Sesuatu banget di kunjungi pak Zach neh. Apa kabar Pak? Semoga semuanya sehat dan bahagia selalu ya

      Delete
  2. Yup...setuju mbak..
    Di rmh kan kita tinggal bareng2, jd pekerjaan rmh ya harus diselesaikan bareng2, nggk hanya utk si ibu maupun anak perempuan...
    Tfs :)

    ReplyDelete
  3. Anakku udah remaja, tadi aku kesulitan menjelaskan kampanye pelangi lgbt mendukung pernikahan sejenis. Piye jal?

    ReplyDelete

Leave a comment or just be silent reader, still thank you so much.
Terima kasih telah singgah di Kidung Kinanthi.
Mohon maaf, atas ketidaknyamanan MODERASI Komentar.

Maaf ya, komentar yang terindikasi SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublikasikan.

So, be wise and stay friendly.