[Melihat] Sisi Lain Tembakau

Saat menikmati Bismillahirrahmaanirrahiim menu buka puasa: teh hangat dan singkong rebus sambil melihat TV, ada frase running text yang langsung menarik perhatian saya: 70% perokok aktif di Indonesia adalah REMAJA! Bukan Berita yang mengejutkan TAPI memprihatinkan karena prosentase tersebut sangat mungkin akan mengalami peningkatan dramatis dalam waktu singkat karena:
  1. Banyaknya tauladan ~ orang tua dan orang-orang dewasa di sekitar anak-anak secara demonstratif melakukan adegan merokok yang memberikan kesan betapa “nikmatnya” merokok. Bagimana mau melarang anaknya ikut merokok jika orang yang dewasa mempertunjukkan aksi hisap setiap hari. Seperti kata Simbok saya yang sangat saya hafal tiap kali anak-anaknya mudik semua “ Piye anake ora ngrokok, lha wong Pak’ne mbendino ngrokok kok”.
  2. Sistem penjualan yang longgar karena anak-anak bisa dengan mudah mendapatkan rokok dengan harga yang terjangkau uang saku mereka. Apalagi tidak ada sistem legal yang mengatur apa, siapa dan harusnya bagaimana pembeli rokok yang bisa dilayani.
  3. Harga rokok yang termasuk murah walaupun sudah include dengan pita cukai. Padahal dari penjelasan salah satu produsen rokok yang pernah saya kunjungi di Kabupaten Malang, konon area pemasaran produk rokoknya adalah di kawasan bebas cukai. Dengan dimahalkan melalui pita cukai saja masih "dianggap murah", maka silahkan dikira-kira, berapa jadinya itu harga rokoknya jika dijual tanpa pita cukai yaaaa?
  4. Penetrasi IKLAN rokok yang magic. Peran Label peringatan dengan gambar menyeramkan hanya berfungsi memenuhi aturan untuk melengkapi pembungkus rokok. Peringatan merokok bisa membunuh sepertinya tidak memiliki efek apa-apa karena kalah pamor dengan iklan rokok yang mempertunjukkan betapa gagah, hebat, macho, pemberani, sehat dan berprestasi orang-orang yang diperankan dalam iklan rokok. 
  5. Dan masih banyak lagi permodelan yang memiliki daya tarik bagi bertumbuhnya perokok-perokok baru di masa-masa mendatang (jika kondisinya tidak banyak ada perbaikan dari saat ini)
Wajar kan jika daya pikat untuk menjajal rokok di kalangan remaja lebih menggairahkan ketimbang kesadaran akan bahaya laten merokok yang ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia yang terkandung dalam rokok, beberapa diantaranya adalah:
  1. Nikotin, kandungan yang menyebabkan perokok merasa rileks. Sensasi rasa rilek inilah yang kemudian menjadi candu (alasan) untuk merokok lagi dan lagi.
  2. Tar, yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia di antaranya bersifat karsinogenik.
  3. Sianida, senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano.
  4. Benzene, juga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia organik yang mudah terbakar dan tidak berwarna.
  5. Cadmium, sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif.
  6. Metanol (alkohol kayu), alkohol yang paling sederhana yang juga dikenal sebagai metil alkohol.
  7. Asetilena, merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon alkuna yang paling sederhana.
  8. Amonia, dapat ditemukan di mana-mana, tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.
  9. Formaldehida, cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk mengawetkan mayat.
  10. Hidrogen sianida, racun yang digunakan sebagai fumigan untuk membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan pestisida.
  11. Arsenik, bahan yang terdapat dalam racun tikus.
  12. Karbon monoksida, bahan kimia beracun yang ditemukan dalam asap buangan mobil. 

Zat/senyawa kimia di atas baru sebagian kecil dari keseluruhan zat kimia yang terkandung dalam sebatang rokok. Sinkron kan jika kebiasaan merokok itu bisa menimbulkan bahaya laten karena tak hanya beresiko pada si perokok aktif, tapi juga orang-orang di sekitarnya beserta keturunannya. Nikotin dalam rokok yang sudah bersenyawa dalam darah dan kromosom. Artinya bayi yang lahir dari orang tua yang merokok aktif ataupun yang kesambetan asap rokok, di dalam darahnya mengandung nikotin jugak. Dengan resiko penyakit yang tak jauh berbeda seperti yang tercantum dalam label peringatan bungkus rokok itu: kanker, jantung, paru-paru dan serombongan penyakit degenaratif lainnya, termasuk penurunan kecerdasan. Kalau sekedar paparan bau atau asap rokok di baju bisa di cuci, di kulit bisa hilang dengan mandi dan bau khas rokok di rongga mulut bisa dibilas dengan OBAT KUMUR. Ah iya ya, peluang bisnis yang mentarget konsumen dari perokok sehingga kehadiran Obat Kumur yang bisa mennetralisir aroma rokok ini menjadi angin segar bagi perokok untuk menambahkan excusing-nya “ Ah kan ada obat kumur yang bisa ngilangin bau rokok”. So, what’s the problem?

Di satu sisi Industri rokok, dari hulu – hilir –  muara yang memiliki mata rantai dengan dampak sistemik (multi kompleks) pada aspek sosial dan ekonomi. Dan di sisi lain, kampanye tidak merokok yang gencar dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran akan bahaya merokok bagi kesehatan. Saya melihatnya sebagai dua gerakan yang saling menetralisir. Makanya ketika saya nyasar di Blognya Mas Dani rachmat dot kom (tahun lalu), saya ikut memberikan tantangan postingan mengenai dilematis Petani Tembakau VS Kampanye Anti merokok. Many thank buat Mas Dani yang telah memilih komentar saya menjadi salah satu topik yang dijadikan tema saat men-challenge dirinya untuk ODOP = ONE DAY ONE POST. Tak hanya itu, saya juga apreciate sekali atas  kupas tuntasnya yang makjleb, menyoroti Industri Rokok mulai dari petani tembakau hingga ke konsumen dan regulasi yang memayungi tata niaga tuhan sembilan centi tersebut.

Bahwa selama ini konsentrasi dan mind set produk (olahan) pasca panen tembakau adalah (masih) dominan ROKOK. Panen tembakau di-monoton-kan hanya untuk menghasilkan lintingan rokok, cerutu,  Ultra Lights, Mild Cigarettes, Menthol Cigarettes dll. Oh iya, ada lagi cara konsumsi tembakau versi nenek moyang kita: Menyirih, di desa saya di sebut NGINANG, Nyusur (mengunyah daun sirih yang digulung berisikan gambir, kapur dan entah apa lagi, kemudian diakhiri dengan memasukkan tembakau dalam mulut). Aktifitas Menyirih ini masih bisa dijumpai di desa-desa dan umunynya dilakukan oleh simbah-simbah. Simbah saya juga termasuk yang gemar menyirih semasa hidupnya dulu. Tak hanya alasan sosial ekonomi, tapi ada juga yang konon (katanya) demi melestarikan warisan budaya leluhur. Entahlah, siapa yang mencetuskan ide tidak cerdas berbau heritage tersebut.

Yang jelas, dari dulu hingga sekarang dan entah sampai kapan tembakau dibuat seattled dengan teknologi pasca panen sebagai bahan baku rokok semata. Seolah, orientasi diversifikasi olahan hasil panen “TIDAK BERLAKU” untuk tembakau. Padahal, dari hasil-hasil riset sudah diketahui mengenai SISI LAIN TEMBAKAU yang memiliki value/kesehatan karena:
  1. Bisa menghasilkan Protein Anti Kanker yaitu bisa digunakan untuk Mencegah kanker mulut rahim :Tembakau mengandung sumber protein yang dapat menstimulasi antibody terhadap human papilloma virus (HPV), yang menjadi penyebab kanker mulut rahim.
  2. Getah tembakau dapat melepaskan gigitan lintah dan dapat digunakan sebagai insektisida karena nikotin yang terkandung merupakan neurotoxin yang sangat ampuh untuk serangga. 
  3. Obat Diabetes & Antibodi. Para ilmuwan berhasil menggunakan tembakau yang dimodifikasi secara genetik untuk memproduksi obat diabetes dan kekebalan tubuh. Hasil penelitian itu dipublikasikan dalam jurnal BMC Biotechnology, yang menghasilkan protein, melainkan virus tembakaunya.
  4. Anti Radang. Mereka membuat tembakau transgenik yang memproduksi interleukin-10 (IL-10), yang merupakan cytokine anti-radang yang ampuh. Cytokine adalah protein yang merangsang sel-sel kekebalan tubuh agar aktif. 
  5. Obat HIV/AIDS. Tembakau juga bisa menghasilkan protein obat human immunodeficiency virus (HIV) penyebab AIDS, yang disebut griffithsin. HIV adalah virus yang menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia. Bedanya, bukan tembakaunya.
  6. Pemelihara Kesehatan Ternak. Ekstrak tembakau (nikotin 1,68%) mempunyai ptensi untuk membasmi cacing H. contortus. Bermanfaat untuk kesehatan ternak agar makin baik. 
Dari beberapa manfaat kesehatan yang dimiliki tembakau di atas, seharusnya daun tembakau sangat eligible untuk di olah dan diproduksi menjadi aneka produk lain yang aman bagi kesehatan dan mendukungi derajat kesehatan. Yang diperlukan adalah kemauan untuk menseriusi inovasi produk dengan kadar rendah nikotin dan Ramah Lingkungan. Bagan proses penyulingan/pemurnian nikotin di bawah ini merupakan sebagian hasil riset yang memungkinkan untuk mengembangkan teknologi olahan pasca panen tembakau.
Bagaimana kampanye anti merokok bisa berhasil jika produksi massal rokok masih menjadi salah satu pilar ekonomi? Order and demand terhadap rokok masih sangat harmonis, apalagi dengan progress kaum remaja yang tertulari kebiasaan merokok yang saat ini jumlahnya sudah mencapi 70%, industri rokok tentu dianggap ladang bisnis yang menggiurkan.
Untuk mereduksi jumlah perokok (unjuk kerja kampanye anti rokok berhasil) tanpa mengorbankan di sektor hulu-hilir-muara, kuncinya adalah kelapangan hati para pihak yang terkait untuk sesegera mungkin mengalokasikan investasi terhadap inovasi olahan tembakau yang lebih menyehatkan dan ramah lingkungan.
Akhirnya, saya bingung mau nulis apa lagi ini. Intinya, saya tidak bermaksud menambah bahasan pro-kontra tentang merokok, sekedar Hanya ingin titip pesan ( saya sebagai anak, adik, adik ipar bagian masyarakat  yang saat ini masih termasuk perokok aktif):
  1. jika merokok di anggap sebagai HAK individu, tolong diingat/diperdulikan hak orang lain yang memilih tidak merokok dan butuh udara bebas asap rokok. 
  2. Kalau sedang merokok, bisa kan ya di usahakan tidak di depan anak-anak, termasuk jika anak tersebut anak orang lain lho? Bukankah pencopet saja tak ada yang ingin anaknya jadi pencopet? Tak ada orang yang jahat yang memiliki cita-cita untuk membuat anaknya jadi penjahat juga.
  3. Kalau memang masih belum bisa berhenti rokok, paling tidak jangan biarkan diri anda menjadi ‘inspirasi’ bagi orang lain ikut merokok.


Apa anda juga punya pesan cinta lainnya untuk saudara-saudara kita yang masih merokok? 





Sumber Tulisan: Materi workshop Bapak Purnama Darmadji (Ahli tembakau, Program Studi Teknologi Hasil Perkebunan, FTP, UGM)

Ririe Khayan

Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com

24 comments:

  1. Informasinya sangat menarik, jadi nambah ilmu :)

    ReplyDelete
  2. Susahnya berhenti merokok aku pikir bukan soal kecanduan nikotin dan sejenisnya. Lebih dominan unsur kebiasaan. Intinya sama kaya yang dibahas diatas. Lingkungan terlalu permisif dan sangat mendidik anak jadi perokok

    ReplyDelete
  3. tidaklah mengherankan kalau prosentase lebih dominan ke remaja.
    seperti yang sudah dijelaskan diatas, setiap hari anak-anak atau remaja selalu melihat orang merokok.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kang, anak-anak kan memiliki sifat "mudah" meniru apa-apa yg dilakukan oleh orang dewasa karena dianggap baik

      Delete
  4. kalau aku pribadi, kampanye anti rokok perlu konsensus, bukan hanya dibilang haram atau merusak kesehatan. sebab jika tidak diwaspadai secara politis mudah ditunggangi kepentingan bisnis global yang akan mematikan industri rokok kita sendiri

    perokok pasif lebih berbahaya dari perokok aktif? kalau begitu aktifkan saja! #ehh

    ReplyDelete
  5. sebetulnya rokok itu haram ga sih?
    bingung

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebetulnya kebiasaan rokok itu tdk sulit utk dihentikan

      Delete
  6. DI group BB teman2 sekolahku dulu masih seru aja diskusi2 soal rokok. Apalagi ada yg jd pejabat pemerintah di daerah penghasil tembakau. Jadi tambah lg dg isu ekonomi. Seru heheee

    ReplyDelete
    Replies
    1. banayk kepentingan yg mengintrusi dalam bisnis rokok ya Mbak

      Delete
  7. masalahnya utk berhenti merokok sulit banget mba, saya sendiri juga masih blm bisa berhenti merokok.tapi setidaknya saya didampingi suplemen utk perokok :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sangat mudah berhenti dengan yang namanya rokok,, padahal sudah 1 tahun lebih,, tapi dengan niat dan menahan nafsu,, sudah bisa berhenti dengan namanya rokok..

      Delete
    2. bagi tips nya dong mas,saya juga pengen bisa berhenti merokok :)

      Delete
    3. Saya teman punya teman kerja, yg dulunya perokok aktif dan addict. Tp ketika memutuskan utk berhenti, ya lgs berhenti dengan serentak. Katanya...kalau mau berhenti merokok, yg sulit itu mmeulainya berhenti kok. Ketika sdh MULAI berhenti merokok, kan tinggal membiasakan tidak merokok saja kan

      Delete
  8. Bener banget. Gambar yg tertera di rokok semacam ngga berfungsi, ya.

    ReplyDelete

Leave a comment or just be silent reader, still thank you so much.
Terima kasih telah singgah di Kidung Kinanthi.
Mohon maaf, atas ketidaknyamanan MODERASI Komentar.

Maaf ya, komentar yang terindikasi SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublikasikan.

So, be wise and stay friendly.