Tak Ada Istilah Pensiun

Tak Ada Istilah Pensiun. Gegara habis bikin [Sekilas] Photoblog Machinami  jadi ketularan pengen untuk sesekali memposting dengan tema: Biar Foto yang bicara. 

Bismilllahirrahmaanirrahiim, Berikut ini foto-foto yang saya ambil dari pasar. Awal ketertarikannya ketika saya melihat seorang Ibu yang sekira Simbok saya, dengan semangatnya menawarkan parutan kelapa. Dan inilah hasil Paparazi dan sepengetahuan si Ibu lho?

Saya tayangkan sebagian action beliau mulai dari memecah kelapa dengan Pisau besar [ di desa saya disebut Bendo], hingga bagaimana si Ibu menyimpan uang di kantong kain yang terlihat sudah lusuh sebagai dompetnya.






Dan, Ibu tua tersebut harus bersaing dengan pemarut kelapa yang menggunakan mesin [seperti terjepret di bawah ini], tapi saya yakin Meski pesaing akan tumbuh dan berkembang dengan inovasinya masing-masing, tapi rejeki tak akan tertukar selama kita mau bekerja dan bersungguh-sungguh.


Setidaknya, dari acara belajar memotret [pengennya] ambil angle human interest-nya, ada hal-hal lain yang tak kalah menarik yang saya dapatkan, yaitu:
  1. Tetap aktif bekerja adalah salah satu ekspresi bersyukur
  2. Dari antusiasme si Ibu tua penjual parutan kelapa, seolah memberitahu saya akan aplikasi konkrit "Bekerjalah seolah-olah akan hidup 1000 tahun" di samping khusyulah beribadah seakan-akan besok akan mati.
  3. Tidak ada istilah usia manula untuk tetap produktif. Menikmati masa tua bukan berarti duduk leyeh-leyeh di rumah, makan, minum, tidur, jalan-jalan, tapi Bekerja dilakukan dalam rangka menikmati masa tua. Meski secara nominal, uang yang dihasilkan tak seberapa, tapi value-nya adalah bahwa meski pun sudah tua dan semakin merenta, beliau tidak ingin menjadi beban orang lain. Selama sukma masih menyatu dengan raga, dan kesehatan mendukung untuk berkarya, why we can't take ACTION. 



"Not Everyone That Worked Hard Has Succeeded, 
But Everyone That Succeeded Has Worked Hard" ‪#‎DONow Follow Your Passion and Get Your Dream





Ririe Khayan

Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com

7 comments:

  1. Di pasar2 tradisional biasanya pake mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa, tapi nenek ini pake parutan manual ya mbak?? T_T selalu salut pada orang2 yg sudah sepuh spt beliau tapi tetap bersemangat mencari nafkah.. semoga Allah selalu melapangkan rezeki mereka, aamiin :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, betapa capeknya kebayang tangan beliau

      Delete
  2. Luar biasaaa.. sudah tua tapi tetap produktif.. semoga Allah selalu melapangkan rezeki mereka, aamiin :)

    ReplyDelete
  3. Kita pensiun setelah kita masuk ke rumah keabadian, Mbak.

    @nuzululpunya

    ReplyDelete
  4. Ya Allah Mbaaak.. si Mbah itu sudah sepuh tapi marut kelapa pakai manual? nggak kebayang capeknya. Saya aja muales banget marut kelapa, apalagi s Mbah itu yang tenaganya sudah nggak full lagi. Semoga si Mbah diparingi rejeki ingkang kathah, Amiin

    ReplyDelete
  5. usia tidak menghalanggi ibu itu untuk bekerja ya. Ya ampun aku aja suka pegel kalau marut manual

    ReplyDelete
  6. Mbak itu marutnya pakai tangan?, kuat sekali. Saya marut kelapa sebelah saja, tangan kayak mau copot.

    ReplyDelete

Leave a comment or just be silent reader, still thank you so much.
Terima kasih telah singgah di Kidung Kinanthi.
Mohon maaf, atas ketidaknyamanan MODERASI Komentar.

Maaf ya, komentar yang terindikasi SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublikasikan.

So, be wise and stay friendly.