Myanmar dan Visa-nya

Duluuuu....buangets, saya pikir untuk main-main ke Luar negeri, cukup dengan punya paspor saja. Sempat bingung juga, kalau sudah punya paspor kenapa masih harus apply visa jika hendak mengunjungi suatu negara? Bismillahirrahmaanirrahiim, kemudian saya dapat pencerahan saat ada teman kuliah yang suka nonton Formula ke Luar Negeri. Dia menjelaskan bahwa paspor itu similar dengan KTP, jadi merupakan Identity Card yang berskala internasional. Nah kalau Visa sebagai dokumen ijin yang dikeluarkan oleh negara yang akan kita kunjungi dan berbatas waktu tertentu, sehingga perlu ada perpanjangan waktu jika masa tinggal kita melebihi kuota maksimal yang telah ditetapkan oleh negara tersebut. Berarti kalau paspor cukup satu saja, sedangkan visa harus menyesuaikan dengan masing-masing negara yang kita kunjungi. Jadi kalau hobi traveler, bisa punya koleksi visa yang banyak tuh. Teman saya kala itu juga menjelaskan bahwa masing-masing negara memiliki persyaratkan apply visa yang berbeda dan dari cerita teman tersebut, menurut saya paling berat adalah jika suatu negara mempersyaratkan saldo minimal di rekening tabungan sampai sekian ratus juta! Lha kalau saya bermodalkan backpacker, kapan saya bisa dapat Visa ke negara tersebut ya? 

Dan ketika saya bisa punya paspor sendiri - yang masih blank sampai sekarang karena belum pernah dibawa kemana-mana sehingga masih suci dari stempel – saya baca pada halaman terakhir, sudah jelas dicantumkan: Agar meminta Visa dan keterangan terlebih dahulu dari perwakilan negara asing yang akan dikunjungi. Jadi, pada dasarnya Visa tak hanya demi kepentingan sepihak bagi negara yang dikunjungi. Tapi juga merupakan Assurance bagi  para turis yang hendak berkelana di negara lain. Kata Istilah Jawa” Mowo Deso, Mowo Coro”, atau dimana bumi dipijak ya disitu aturannya harus diikuti. Lha bertamu ke rumah tetangga di sebelah rumah saja ada etika dan sopan santunnya, kita tidak bisa nylonong asal masuk, apalagi jika pagar rumahnya tinggi terus ada anjing penjaganya pula. Jika ingin disambut dengan ramah, tidak digonggongi anjing yang ada di depan rumah, sebagai tamu ya kita perlu menempuh prosedur sopan-santun dan bersikap baik. Kira-kira seperti itu konteks pemahaman sederhana saya tentang kenapa Visa perlu ada bagi para wistawan/warga negara asing. Jadi perlu tidaknya Visa, ya manut pada aturan yang ditetapkan pada negara yang akan dikunjungi. Sebagai tamu yang baik dan berharap mendaptkan perlakuan yang baik, tentu harus bersikap cooperative dengan aturan yang diberlakukan di negara tersebut.
Paspor Saia yang masih "Suci"
Jadi kalau pengurusan visa itu perlu lebih banyak dokumen dibandingkan persyaratan buat paspor ya sangat wajar, lha untuk keamanan dan kenyaman saat berada di negeri orang lain. Rata-rata negara memberlakukan kunjungan turis menggunakan sistem Visa ON arrival. Tapi, kecenderungan umumnya banyak negera yang berusaha memberikan fasilitas dan kemudahan dalam mengurus visa dan atau bahkan memberlakukan bebas visa. Setidaknya, Negara-Negara di kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam Asean sudah berkomitmen bebas Visa untuk kawasan regional ASEAN dengan batasan waktu tertentu pastinya. Pembebasan visa ini dalam rangka meningkatkan animo kunjungan wisata, khususnya. Traffic wisatawan yang tinggi, tentunya akan memberikan dampak progesif bagi pertumbuhan ekonomi karena meningkatnya transaksi perdagangan dan aneka jasa yang terkait dengan kepariwasataan. Pemberlakuan bebas visa ini tentu merupakan angin segar bagi wisatawan regional ASEAN, otomatis biaya juga lebih bisa ditekan dan waktu juga bisa lebih cepat untuk pemberangkatan karena cukup dengan paspor sudah bisa melenggang ke berbagai negara sesama tetangga ASEAN.

Tapi, apakah semua negara ASEAN sudah kompak dengan gaya Free Visa ini? Meskipun Bebas Visa ini sudah diklarasikan dalam KTT ASEAN bebrapa waktu lalu, merupakan point plus yang menarik minat wisatawan, tapi bagi Myanmar masih menganggap penting untuk menerapkan Visa On Arrival. Keputusan Myanmar ini tentu sangat beralasan, mengingat selama ini dan sampai sekarang situasi keamanan dan stabilitas politik di sana masih rawan terjadi konflik. Sekilas pandang tentang negara yang memiliki luas sekira 680 ribu km² ini sebenarnya telah bergabung dalam ASEAN sejak 23 Juli 1997. Tapi karena diperintah oleh junta militer sejak aksi kudeta berdarah tahun 1988, policy pemerintahan lebih banyak menerapkan asas ala tirai bambu.  

Sebenarnya pada pemilu 1990 partai pro-demokrasi pimpinan Aung San Suu Kyi menang telak dengan perolehan suara yang mnecapai 82%, akan tetapi hasil ini ditolak oleh rezim militer disana. Bisa dilihat, gelombang konflik berkelanjutan secara berkepanjangan dengan akar permasalahan perbedaan Etnis walaupun jumlah etnis di sana hanya 8 etnis saja. Etnis Birma yang berasal dari Tibet sebagai mayoritas di Myanmar tapi merupakan yang datang belakangan dibandingkan etnis Shan. Etnis Shan menempati wilayah di sepanjang perbatasan Thailand-Myanmar. Namun sebelum etnis Birma dan etnis Shan, sudah ada etnis Mon, yang menghuni wilayah dekat perbatasan dengan Thailand. Diantara ketiga etnis inilah sering trejadi konflik perebutan kekuasaan, silih berganti mereka menjadi penguasa di Myanmar yang dulu bernama Burma. Dan belum lama ini aksi pembantaian Etnis Rohingya pun masih mewarnai ketidakstabilan di Myanmar, maka sangat wajar jika Visa On Arrival masih menjadi prosedur standart bagi kunjungan wisatawan di negara tersebut.

Pinjam dari SINI
Pemberlakuan Visa On Arrival sepertinya TIDAK menjadikan Myanmar  kurang diminati untuk dikunjungi. Memang sedikit ribet di depan karena harus melengkapi dengan Visa jika ke Myanmar [daripada negara ASEAN lainnya], tapi tetap ada hal yang menarik minat untuk berwisata ke sana karena di Myanmar. Selain destinasi wisata yang menarik dan keramahan warganya, yang tak kalah menarik pula adalah tidak ada "harga turis" seperti yang jamak kita jumpai pada berbagai obyek wisata di Indonesia dan negara lainnya. Mulai tarif kendaraan umum, bill hotel, makanan, aneka souvenir, mayowitas ditawarkan dengan harga yang sama rata dengan turis domestik. Jadi saya pun tetap tertarik untuk berback packer ke Myanmar jika diijinkan oleh suami, yaa...itung-itung biar paspor saya ada stempelnya. Dan mau tahu destinasi yang paling ingin saya kunjungi di Myanmar? Itu tuh yang di atas.....so cool kayaknya kalau bisa sampai di sana. #celingukan cari sponsor.





Ririe Khayan

Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com

7 comments:

  1. Ih ciyusan gak ada harga turis...
    Tambah pengen ke Myanmar deh...
    Ayok mbak...

    ReplyDelete
  2. Nah, ini sponsore komen pertama deweeeek. .. Hahahah
    Mayoooo, mbolang maninglah.

    Semua negara memang mempunyai aturan sendiri2 ya, Mba. Tapi nek misal free visa sepertinya tambah banyak yang berwisata ke sana lho.

    ReplyDelete
  3. wahhh pengen deh mbak ndka ada harga turisss yaa kerenn, pasport ajah belum punya nehhhh :D

    ReplyDelete
  4. saya nebeng aja deh ke myanmar, hehe

    maaf lahir batin ya tante...

    ReplyDelete
  5. Wah,,,,, baru saya menemukan photo bangunan situs yang asyik tuh. Di atas puncak tebing batu. Keren kali ya kalalu bisa ke sana.

    Salam wisata

    ReplyDelete
  6. pernah punya pengalaman ngurusin visa Bos, lumayan jadi referensi buat ngurus visa sendiri :) someday uhuk :)

    ReplyDelete
  7. ke myanmar pengennya ketemu sama budhe Aung San Su Kyi

    ReplyDelete

Leave a comment or just be silent reader, still thank you so much.
Terima kasih telah singgah di Kidung Kinanthi.
Mohon maaf, atas ketidaknyamanan MODERASI Komentar.

Maaf ya, komentar yang terindikasi SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublikasikan.

So, be wise and stay friendly.